Ikuti Kami

REPDEM: Mengangkat Soeharto Pahlawan Sama Saja Mengkhianati Sumpah Pemuda

Bangsa yang menobatkan penindas sebagai pahlawan sedang kehilangan arah moral dan menodai perjuangan generasi muda 1928.

REPDEM: Mengangkat Soeharto Pahlawan Sama Saja Mengkhianati Sumpah Pemuda
Ketua Umum DPN Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) sayap PDI Perjuangan, Wanto Sugito.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum DPN Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) sayap PDI Perjuangan, Wanto Sugito, menilai wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat Sumpah Pemuda.

Menurut mantan aktivis 98 UIN tersebut, bangsa yang menobatkan penindas sebagai pahlawan sedang kehilangan arah moral dan menodai perjuangan generasi muda 1928.

“Sumpah Pemuda lahir dari keberanian melawan ketakutan dan ketidakadilan. Jika simbol penindasan diangkat sebagai pahlawan, itu sama saja dengan mengkhianati makna sumpah itu sendiri,” kata Wanto saat dihubungi wartawan, Senin (27/10).

Baca: Ganjar Ingatkan Pemerintah Program Prioritas dengan Skala Masif

Wanto menyebut, di tengah peringatan Sumpah Pemuda, bangsa ini justru dihadapkan pada upaya sistematis untuk melupakan luka sejarah. 

Ia menegaskan bahwa Soeharto bukan simbol kepahlawanan, melainkan simbol kekuasaan yang membungkam rakyat, merampas kebebasan, dan menindas perbedaan.

“Bangsa ini seharusnya menundukkan kepala kepada mereka yang berani melawan ketidakadilan, bukan kepada mereka yang menindas. Kalau bicara pahlawan, lebih pantas menyebut Marsinah, Wiji Thukul, dan ribuan korban kekerasan Orde Baru yang tak pernah mendapat keadilan,” ujarnya.

Menurut Wanto, sejarah tak bisa ditulis ulang atas nama rekonsiliasi atau kepentingan politik sesaat. 

Ia mengingatkan, Sumpah Pemuda bukanlah upacara tahunan, melainkan peringatan untuk menjaga keberanian dan kesetiaan pada kebenaran sejarah.

“Kita boleh berdamai, tapi bukan dengan kebohongan. Mengangkat Soeharto sebagai pahlawan sama saja menampar wajah para korban dan keluarga mereka,” tegasnya.

Bagi REPDEM, Sumpah Pemuda hari ini harus dimaknai sebagai sumpah melawan lupa. 

Wanto menyerukan agar generasi muda tidak sekadar mengenang sejarah, tetapi berani menegaskan sikap politik terhadap ketidakadilan masa kini.

Baca: Ganjar Tegaskan Pemuda Harus Benar-benar Siap

“Kalau dulu pemuda bersumpah untuk satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, maka hari ini pemuda harus bersumpah untuk satu keberanian: menolak lupa dan menolak pemalsuan sejarah,” ujarnya.

Ia menilai, bangsa yang memuliakan pelaku penindasan tapi melupakan korban sedang menyiapkan tirani baru. 

REPDEM, kata Wanto, akan terus berdiri di barisan yang memperjuangkan kebenaran sejarah, keadilan sosial, dan nilai-nilai Trisakti Bung Karno — berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

“Bangsa ini tidak akan besar dengan mengagungkan penindas, tapi dengan menghormati yang tertindas. Itulah makna sejati Sumpah Pemuda,” pungkasnya.

Quote