Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, menyoroti kekacauan yang terjadi dalam pelaksanaan job fair di Kabupaten Bekasi baru-baru ini. Dalam keterangannya, Rieke mengungkapkan bahwa kuota lowongan kerja yang tersedia sangat tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang datang.
“Di job fair Kabupaten Bekasi, kuotanya hanya ribuan, tapi yang datang puluhan ribu. Anak-anak kita berdesakan, saling injak, bahkan sampai baku hantam dan ada yang pingsan,” ujar Rieke, Kamis (29/5/2025).
Namun, menurutnya, peristiwa tersebut bukan sekadar soal pelaksanaan job fair, melainkan potret krisis sistemik dari belum sinkronnya antara dunia pendidikan dan dunia kerja di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Rieke membeberkan data yang menunjukkan bahwa pada tahun 2025, jumlah lulusan SMA dan SMK di Jawa Barat mencapai lebih dari 618 ribu siswa, dan angka itu diprediksi meningkat menjadi 634 ribu lulusan pada 2026.
“Pertanyaannya: setelah SMA/SMK, anak-anak ini mau ke mana?” tegas Rieke.
Politisi PDI Perjuangan itu mengingatkan bahwa jargon “bonus demografi” yang sering digaungkan pemerintah bisa menjadi bencana demografi jika tidak dikelola dengan baik.
Sebagai anggota DPR RI yang membidangi pendidikan, Rieke menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Komisi X DPR RI, untuk membangun sistem pendidikan yang benar-benar terhubung dengan dunia industri.
“Sudah saatnya pendidikan dan industri jadi satu ekosistem, agar anak-anak dari SMK, SMA, D3, D4, vokasi, dan perguruan tinggi disiapkan jadi tenaga kerja yang terampil dan siap masuk industri,” ujar Rieke.
Menurutnya, tantangan saat ini bukan sekadar menciptakan lapangan kerja, tapi memastikan lulusan sekolah dan perguruan tinggi punya keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja masa kini.
“Ini PR kita bersama. Jangan sampai generasi produktif malah jadi generasi yang terpinggirkan,” pungkasnya.