Ikuti Kami

Rokhmin Dahuri: Generasi Bahari Sangat Berperan Sebagai Kunci Indonesia Emas 2045

Seorang lulusan perguruan tinggi yang sukses tidak hanya dilihat dari pencapaian materi.

Rokhmin Dahuri: Generasi Bahari Sangat Berperan Sebagai Kunci Indonesia Emas 2045
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan sekaligus Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan sekaligus Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS, mengajak generasi muda untuk menjadi lulusan perguruan tinggi yang sukses dan bahagia, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. 

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara utama dalam acara C-Day 2025 bertajuk “Sea the Future: Blue Economy dan Peran Generasi Bahari Menuju Indonesia Emas 2045” di Auditorium Sumardi Sastrakusumah, FPIK IPB, Bogor, Rabu (6/8/ 2025).

"Seorang lulusan perguruan tinggi yang sukses tidak hanya dilihat dari pencapaian materi, tetapi juga dari kontribusinya terhadap masyarakat dan peningkatan iman serta takwa," ujar Rektor Universitas UMMI Bogor itu saat membawakan tema "Menyiapkan Lulusan FPIK – IPB University Yang Sukses Dan Bahagia Serta Berperan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Dan For A Better And Sustainable World".

Menurutnya, alumni perguruan tinggi yang sukses harus mampu memberikan kontribusi nyata, baik bagi bangsa maupun dunia, termasuk dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang maju, adil-makmur, dan berdaulat. Bahkan, ia menekankan pentingnya kesuksesan yang juga berdampak pada kehidupan setelah mati.

“Kemudian, sebagai insan beriman, sukses dan kebahagiaan hidup itu tentu bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak kita terhindar dari semua siksa kubur dan neraka, dan menjadi penghuni surga–Nya,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk menjadi lulusan sukses di era digital, mahasiswa harus memiliki kombinasi keterampilan teknis, soft skill, dan akhlak mulia.

"Anak muda harus menguasai ilmu, punya karakter, dan siap menjadi problem solver. Dunia hari ini tidak hanya butuh orang pintar, tapi juga yang bisa dipercaya," tegasnya.

Prof. Rokhmin juga mendorong mahasiswa untuk mulai berwirausaha sejak di bangku kuliah. 

“Entrepreneurship adalah aset masa depan. Siapa yang memulai lebih awal, akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif,” ujarnya.

Prof. Rokhmin turut memaparkan strategi menghadapi Revolusi Industri 4.0, tantangan sosial-ekonomi nasional, serta peta jalan menuju Indonesia Emas 2045. Ia menilai, lulusan yang mampu berkontribusi nyata untuk bangsa dan agama adalah potret sukses sejati.

Ia juga menantang IPB University untuk menjadi universitas kelas dunia. Ada 10 pilar yang harus diperkuat untuk mencapai itu: pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, kurikulum, kualitas dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, laboratorium, sarana prasarana, dan tata kelola perguruan tinggi.

“Jika semua elemen ini dibenahi secara menyeluruh dan konsisten, maka IPB bisa menjadi pelopor pendidikan tinggi kelas dunia yang mencetak SDM unggul dan berakhlak mulia,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin juga mengurai sejumlah tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini, seperti:

1. Pertumbuhan ekonomi rendah (<7% per tahun)
2. Pengangguran dan kemiskinan
3. Ketimpangan ekonomi terburuk ke-3 di dunia
4. Disparitas pembangunan antar wilayah
5. Fragmentasi sosial: Kadrun vs Cebong
6. Deindustrialisasi
7. Kedaulatan pangan, farmasi, dan energi rendah
8. Daya saing dan IPM rendah
9. Kerusakan lingkungan dan sumber daya alam
10. Volatilitas global seperti perubahan iklim dan persaingan AS vs Tiongkok

Ia pun mengkritisi kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang belum mampu bersaing di level global. 

“Dari 104 Perguruan Tinggi (PT) yang mendapatkan status akreditasi institusi unggul dari BAN-PT, tidak ada satupun yang masuk dalam jajaran 100 besar PT berkelas dunia,” ujarnya.

Malaysia, kata Rokhmin, memiliki University of Malaya yang berada di peringkat ke-60 dunia. Singapura bahkan memiliki dua: National University of Singapore (peringkat 8 dunia) dan Nanyang Technological University (peringkat 15 dunia). Sementara Indonesia hanya menempatkan lima PT di 500 besar dunia: UI (206), UGM (239), ITB (256), UNAIR (308), dan IPB (426).

Ia mengutip data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2024, bahwa IPB University berada di peringkat ke-4 dari 75 perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Edurank.

Diskusi juga menyoroti tantangan menuju Indonesia Emas 2045, termasuk ketimpangan ekonomi dan rendahnya produktivitas.

“Solusinya ada di depan mata. Blue Economy tersebar luas di luar Jawa, bisa menyerap tenaga kerja tanpa perlu modal besar. Yang dibutuhkan hanya kebijakan afirmatif dan SDM yang unggul,” tambahnya.

Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengubah paradigma pembangunan.

“Ekonomi biru bukan sektor pinggiran, tapi ujung tombak masa depan kita,” pungkas Guru Besar Emeritus Shinhan University, Korea Selatan itu.

Quote