Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri, menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi genomik sebagai kunci dalam mewujudkan kemandirian pangan laut Indonesia.
Hal ini disampaikannya saat memberikan keynote speech pada pembukaan Konferensi Internasional ke-5 International Conference on Marine, Molecular Biology & Biotechnology (ICMMBT) yang digelar di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Rabu (30/7/2025).
“Negara yang sedang menghadapi krisis tenaga kerja harus melihat blue economy dan marine biotechnology sebagai panasea untuk menolong bangsa ini,” ujar Prof. Rokhmin.
Ia menyebutkan bahwa potensi ekonomi biru Indonesia mencapai US\$1,4 triliun atau setara dengan Produk Domestik Bruto saat ini. Sektor kelautan dan bioteknologi dinilai strategis, tidak hanya sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga sebagai solusi atas tantangan ketenagakerjaan, dengan proyeksi menciptakan hingga 45 juta lapangan kerja.
Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa untuk mewujudkannya, dibutuhkan kebijakan yang “all out” dari pemerintah pusat hingga daerah.
Lebih lanjut, Prof. Rokhmin menekankan pentingnya pembangunan Food Stock Center berbasis genomik guna mendukung kemandirian benih, terutama untuk sektor unggulan seperti udang.
“Produk yang dihasilkan bukan sekadar untuk kebutuhan lokal, tetapi juga kompetitif di pasar global: tahan penyakit, adaptif terhadap perubahan iklim, dan berproduktivitas tinggi,” jelasnya.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University, dengan tema “Blue Food Nexus: Harnessing Solutions for Global Food Security & Ocean Health.”
Acara ini mempertemukan ilmuwan dari 21 negara, termasuk dari Universitas Stanford, Xiamen, Turki, Malaysia, Australia, dan berbagai negara Asia-Pasifik.
Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya sains dan inovasi sebagai fondasi dalam membangun ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami menghadirkan pengelolaan sistem pangan melalui pengelolaan sumber daya tanah dan bumi, serta menggali kekuatan tidak hanya dari wilayah-wilayah kita, tetapi juga dari kawasan yang terabaikan. Di IPB, kami mengusung visi agro-maritim untuk dunia, disinergikan untuk membangun Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Menurutnya, dengan 70 juta hektare lahan pertanian dan 325 juta hektare wilayah laut, Indonesia memiliki potensi besar sebagai episentrum pangan global. IPB saat ini mengembangkan berbagai inovasi seperti pertanian digital, akuakultur cerdas, bioteknologi kelautan dari rumput laut hingga skidulina, serta solusi karbon biru.
“Kami adalah masa depan. Dan prototipe pangan besar ini bukanlah sekadar eksperimen, melainkan bagian dari strategi nasional dan global dalam menghadapi perubahan iklim, gizi, dan pemberdayaan ekonomi,” tegas Prof. Arif.
Ia juga menyampaikan bahwa IPB kini mengedepankan pendekatan interdisipliner dan transdisipliner, terbukti dari pencapaiannya dalam Time Higher Education Interdisciplinary Science Ranking 2035, di mana IPB menempati peringkat tertinggi di Indonesia dan masuk 60 besar dunia.
“Kami memiliki program unggulan seperti AI, Smart Archer, dan Bioinformatika untuk menjawab tantangan kompleks dunia nyata melalui pendekatan ilmiah yang progresif,” tambahnya.
ICMMBT ke-5 ini menjadi momentum penting bagi sinergi lintas negara dan perguruan tinggi dalam merumuskan strategi pengembangan blue food dan pengelolaan wilayah pesisir yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis riset.