Ikuti Kami

Said Abdullah Kehilangan Sosok Kwik Kian Gie Sebagai Guru Bangsa

Kwik dengan lantang menyatakan bahwa ekonomi negara kita semuanya impor. Bangsa Indonesia cuma menjadi bangsa perakit

Said Abdullah Kehilangan Sosok Kwik Kian Gie Sebagai Guru Bangsa
Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah mengaku sangat kehilangan sosok guru bangsa ini. Said mengaku sudah mengenal Kwik Kian Gie sejak tahun 1988.

"Awal mula saya bertemu Pak Kwik seingat saya tahun 1988, ketika itu Saya sebagai Sekretaris PDI Kabupaen Sumenep ikut rapat koordinasi di Kantor DPD PDI Jawa Timur. Rapat koordinasi dipimpin oleh Pak Marsusi selaku Ketua DPD. Saat itu Pak Kwik hadir sebagai pembicara kunci, sekaligus Ketua Balitbangpus DPP PDI. Teringat dalam kenangan momen itu, Pak Kwik dengan cakapnya mengulas persoalan persoalan ekonomi bangsa," ujar Said Abdullah, Selasa (29/7).

Menurut Said, saat itu Kwik dengan lantang menyatakan bahwa ekonomi negara kita semuanya impor. Bangsa Indonesia cuma menjadi bangsa perakit.

Baca: Teknologi Kian Gerus Dunia Pekerjaan

"Pikiran pikiran Pak Kwik selalu bernas dan kritis, terutama soal soal ekonomi dan politik. Tak peduli, di dalam dan di luar kekuasaan, sikap politik dan kepribadiannya tidak berubah. Idealisme menjadi rel penyangga sekaligus 'hakim' untuk menentukan langkah langkahnya. Kecintaannya terhadap republik ini tidak surut dibarter oleh apapun," kenang Said.

Saat krisis 1997/1998, Kwik juga menonjol sebagai figur terdepan mempersoalkan skema penyelesaian ala IMF terhadap utang para obligor. IMF dan sejumlah menteri di kabinet menyetujui skema pengambil alihkan aset para obligor atas utang mereka di bank yang diambil alih oleh BPPN. 

"Saat itu Kwik menilai, sejumlah aset perusahaan yang disita BPPN jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah utang, sebab asetnya jauh lebih kecil dibandingkan kewajibannya. Pak Kwik kalah dalam keputusan ini, namun beliau tetap berdiri dengan kepala tegak.," terang Ketua Banggar DPR RI ini.

Dalam cerita lain, Pada tahun 2004, Ibu Mega yang saat itu menjabat sebagai Presiden memerintahkan Kwik selaku Kepala Bappenas untuk mengelola sendiri Blok Migas di Cepu dari Exxon Mobil (EM) yang berposisi sebagai Technical Assitance Contract (TAC) yang akan berakhir tahun2005. Pak Kwik bersama Pertamina membuat konsep kontrak kerjasama operasi di mana EM nantinya menjadi subordinat Pertamina.

Baca: Ganjar Pranowo Ajak Kepala Daerah Praktek Pancasila

"Desain ini sangat memberi nilai ekonomi yang besar bagi bangsa, namun belum terimplementasi, masa pemerintahan Ibu Mega berakhir," beber Said.

"Tidak sejengkal pun kita ragu atas nasionalismenya Pak Kwik, beliau meneruskan jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta, yang menginginkan ekonomi kita sebagai bangsa bisa mandiri. Oleh sebab itu, beliau selalu memberi perhatian besar tentang bagaimana sumber daya alam dikelola, dan bagaimana cara mengelolanya," ujar Said.

Said menyebut bangsa ini kehilangan ekonom gigih, guru bangsa yang terus menyuarakan idealisme hingga akhir hayat. 

"Semoga Tuhan Yang Maha Esa menempatkan Pak Kwik ke tempat yang terhormat. Lantunan doa senantiasa kami panjatkan mengiringi ruhmu di alam keabadian," pungkas Said.

Quote