Ikuti Kami

Bonnie Ingatkan Penulisan Sejarah Jangan Sampai Berakhir Keliru

Bonnie Triyana mengatakan, penulisan sejarah Indonesia dimulai sejak era kemerdekaan.

Bonnie Ingatkan Penulisan Sejarah Jangan Sampai Berakhir Keliru
Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana mengatakan, penulisan sejarah Indonesia dimulai sejak era kemerdekaan.

Ketika itu, pemerintah berusaha mencari formulasi yang tepat agar identitas bangsa ditulis dengan benar.

Baca: Ganjar Tegaskan Seluruh Kader PDI Perjuangan Taat Pada Aturan

"Oleh karena itu pada tahun 1957 ada seminar sejarah nasional pertama di Yogya para intelektual, sejarawan negeri, dan cendekiawan berkumpul untuk merumuskan apa sejarah nasional yang yang diharapkan oleh kita waktu itu, untuk meningkatkan identitas kita seperti apa," kata Bonnie dalam diskusi Mencermati Upaya Penulisan Ulang Sejarah Bangsa oleh Negara yang digagas AIPI secara daring, Selasa (29/7).

Pada masa Orde Baru (Orba), terbit buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Namun dalam bab terakhir, memicu kontroversi karena dianggap mengkultuskan Presiden Soeharto.

"(SNI) Kemudian menjadi kontroversi karena ada semacam mengkultuskan individu Soeharto. Kemudian kita punya ide sekarang ada keinginan untuk menulis ulang," ucap Bonnie yang juga dikenal sebagai sejarawan ini.

Politikus PDI Perjuangan ini sempat mempertanyakan urgensi penulisan ulang sejarah saat rapat kerja bersama Fadli Zon di DPR.

"Saya mengatakan jangan sampai ada tendensi pengingkaran di dalam proyek penulisan ini, khususnya atas beberapa peristiwa-peristiwa pentingnya sepanjang 80 tahun kita merdeka," katanya.

"Jadi kalau misalkan disampaikan sejarah nasional kali ini ditulis dengan menggunakan perspektif Indonesia sentris, sebetulnya itu formulasi yang sudah dimulai sejak 1957 ketika jiwa zaman waktu itu kita membutuhkan satu formulasi narasi sejarah yang bisa membuat kita punya rasa kebangsaan yang sama, dengan latar belakang sejarah yang sama, satu nasib," kata Bonnie.

Baca: Ganjar Pranowo Ajak Kepala Daerah Praktek Pancasila

Bonnie pun sempat menyinggung sedikit soal rezim fasis. Ia mewanti-wanti jangan sampai penulisan ulang sejarah berakhir keliru karena mengikuti keinginan rezim fasis.

"Saya pikir menjadi penting bagi kita semua untuk mempelajari kekeliruan sehingga historiografi yang reflektif, historiografi yang mungkin juga ada keberanian untuk melakukan otokritik, itu jauh lebih berguna bagi kita ketimbang menggelorakan masa lalu kita sebagaimana yang selalu ditunjukkan dalam rezim-rezim yang otoriter dan fasis," ucap Bonnie.

Quote