Jakarta, Gesuri.id - Sejarawan dan Anggota DPR RI, Bonnie Triyana, menolak tegas usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional ke Presiden ke-2, Republik Indonesia, Soeharto.
Bonnie mengajak kembali ke masa lalu, pada saat merebut era reformasi, seluruh warga berjuang memulihkan demokrasi yang porak poranda.
Baca: Ganjar Tekankan Kepemimpinan Strategis
Ia menjabarkan, dengan gerakan warga hingga meraih era reformasi, warga dapat membatasi kekuasaan seorang presiden menjadi dua periode saja.
Termasuk lebih bebas dalam mengekspresikan pendapat. Jumlah partai politik (parpol) semula zaman orde baru dibatasi hanya tiga, kini semakin banyak.
“Banyak sekali kehidupan di masa itu yang kita koreksi. Kalau koreksi berarti dari sebuah zaman itu ada yang salah kan,” kata Bonnie kepada IDN Times di Taman Baca Ubud, Kabupaten Gianyar, Sabtu (1/11).
Bonnie berpendapat, tidak ada yang benar dari pemberian gelar pahlawan pada Soeharto. Ia mempertanyakan bagaimana seorang pemimpin dari sebuah zaman yang dikoreksi karena salah menjadi pahlawan. Sebagai politisi, Ia juga menolak gelar tersebut.
Baca: Ganjar Ajak Kader Banteng NTB Selalu Introspeksi Diri
“Saya gak tahu fraksi yang lain, tapi PDI Perjuangan menolak. PDI Perjuangan menolak Soeharto dicalonkan sebagai pahlawan,” tegasnya.
Bagi Bonnie, fakta sejarah sudah menjadi bukti kuat penolakan gelar pahlawan pada Soeharto. Ia menegaskan, setiap anak muda yang belajar sejarah era orde baru hingga reformasi, juga akan bersikap sama. Sikap itu menolak tegas gelar pahlawan untuk disematkan ke Soeharto.

















































































