Ikuti Kami

Soal Bendera One Piece, Aria Bima: Jangan Berlebihan, Sifatnya Temporer, Meski Harus Diwaspadai

Menurutnya, ekspresi semacam itu harus ditanggapi dengan bijak tanpa berlebihan, meskipun tetap perlu diwaspadai.

Soal Bendera One Piece, Aria Bima: Jangan Berlebihan, Sifatnya Temporer, Meski Harus Diwaspadai
Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima, menanggapi fenomena munculnya bendera dan mural bertema One Piece di berbagai daerah. 

Menurutnya, ekspresi semacam itu harus ditanggapi dengan bijak tanpa berlebihan, meskipun tetap perlu diwaspadai.

"Kita perlu merespons, menanggapi, tapi jangan terlalu berlebihan. Ini sifatnya temporer, tapi harus diwaspadai. Ini sifatnya ngetren, bisa ngetren kan gitu," kata Aria Bima dalam agenda Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan MPR RI di Loji Gandrung, Solo, Selasa (5/8).

Ia memandang bahwa tren ini bisa mencerminkan rasa kecewa masyarakat atau semata-mata merupakan bagian dari budaya populer yang tengah berkembang.

Dalam momentum menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Aria mengajak semua pihak untuk menjadikan peringatan ini sebagai waktu untuk merefleksikan arah perjalanan bangsa.

"Ada yang merasa kemerdekaan sudah sangat dirasakan di usia yang ke 80 ini, ada yang mensyukuri dan ada yang tidak merasakan keadilan hukum, ada yang tidak merasakan keadilan, ada yang merasakan, apa sih bedanya merdeka dan tidak? Gek gek (jangan-jangan) lebih enak dijajah Belanda, kan boleh saja. Semuanya dianggap rakyat Indonesia," ungkapnya.

Aria menekankan bahwa jika ekspresi semacam itu sudah mengarah pada gerakan kolektif, maka perlu ada penanganan. Namun, jika masih dalam bentuk ekspresi pribadi, pemerintah tidak perlu bersikap represif.

"Ya bagi yang sudah mengibarkan ya mulai dihentikan. Jangan kemudian dijadikan gerakan. Kalau ekspresi-ekspresi pribadi masih kita lihat sebagai sesuatu yang biasa. Tapi kalau itu diorganisir, dijadikan sebagai suatu gerakan untuk menanggapi 80 tahun Indonesia ini dengan terlalu berlebihan, sehingga kita lupa mengucap syukur, ini harus ditindak," tegasnya.

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa tidak semua ekspresi publik layak direspons secara keras, apalagi jika ekspresi itu merupakan bentuk perhatian dan kritik konstruktif dari rakyat.

"Nanti justru saat kita memperingati 80 tahun, yang terekspos adalah hal-hal yang tadi. Yang pernik-pernik yang mungkin hanya kekecewaan-kekecewaan masyarakat yang sebenarnya tidak ingin berniat jahat terhadap republik ini. Hanya menyampaikan ekspresi, tolong dong aku perhatikan dong, tolong dong 80 tahun aku lebih dilihat hal-hal yang menyangkut masalah kesejahteraan," pungkasnya.

Quote