Ikuti Kami

Tata Kota Jakarta Terburuk, Gilbert 'Sentil' Slogan Kampanye

Penilaian ini berkaca dari DKI Jakarta menjadi peringkat pertama kota yang memiliki tata kota buruk versi Platform Arsitektur Rethinking The

Tata Kota Jakarta Terburuk, Gilbert 'Sentil' Slogan Kampanye
Anggota DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak menilai Jakarta tidak kuat menopang kebutuhan warga dengan kota yang ramah.

Penilaian ini berkaca dari DKI Jakarta menjadi peringkat pertama kota yang memiliki tata kota buruk versi Platform Arsitektur Rethinking The Future.

Baca: Gaji ASN Pemprov DKI Kelebihan Bayar, Tata Kelola Buruk !

"Artinya dunia juga objektif melihat bahwa kota Jakarta makin tidak kuat menopang kebutuhan warganya akan kota yang ramah warga dan lingkungan. Fokus Pemprov harusnya bikin maju kotanya bahagia warganya, hasil ini menunjukkan sebaliknya," ujar 

Gilbert menilai banyak faktor yang menjadi penilaian. Diantaranya udara bersih, Gilbert mengatakan 191 pohon yang menjadi paru-paru kota Jakarta justru ditebangi, serta integrasi transportasi yang belum sesuai target.

"Faktor penilaian itu banyak, tetapi kalau dirunut memang perencanaan kota kuncinya, jangan menjadi kota beton seperti Bangkok. Faktor yang dinilai antara lain: udara bersih, paru-paru kota ditebangi 191 pohon di Monas dan tidak diketahui kemana pohonnya. Transportasi lancar/udara bersih, transportasi terintegrasi sesuai kampanye harusnya dilaksanakan, tapi jauh dari target 10 ribu Jaklingko dan terintegrasi," kata Gilbert.

Selain itu, RPTRA yang dibangun juga dinilai saat ini tidak terurus. Pelayanan kesehatan yang dinilai belum memadai hingga pembongkaran trotar yang kerap dilakukan.

Baca: Presiden Resmikan Tol Dalam Kota Kelapa Gading-Pulo Gebang

"Ruang terbuka hijau, RPTRA tidak terurus. Pusat perbelanjaan yang tertata, beberapa di jalan protokol. Museum yang terawat baik, ini kurang mendapat perhatian, justru FE yang prioritas. Infrastruktur, banjir tidak tertangani. Pelayanan kesehatan, banyak korban COVID tidak mendapat pelayanan dan isoman meninggal di rumah dan lain-lain. Budaya, kita tidak punya acara budaya rutin sebagai wahana," kata Gilbert.

"Lingkungan, trotoar dibongkar terus tiap tahun dan lain-lain. Pendidikan, dan infrastruktur, yang ada jalur sepeda, trotoar makin bikin macet, tugu sepeda dan tugu di bundaran HI," sambungnya.

Diketahui, Platform Arsitektur Rethinking The Future melaporkan 10 kota di dunia yang memiliki tata kota buruk. Hal itu salah satunya dikarenakan 'cacatnya' perencanaan infrastruktur.

Quote