Lombok, Gesuri.id - Ada yang menarik dalam kunjungan Bakal Calon Presiden (Bacapres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo di Kantor DPD PDI Perjuangan NTB di Kota Mataram, Minggu (18/6).
Ganjar bertemu dan mengajak diskusi Ketua PAC Lunyuk bernama Soekarno di acara konsolidasi DPD PDI Perjuangan NTB.
Awalnya, Ganjar yang memberikan arahan dalam acara konsolidasi struktur PDI Perjuangan se-NTB memanggil Soekarno untuk naik ke atas panggung.
"Pak Karno, sini Pak Karno," kata Ganjar.
Baca: Bahayakah Psikopat Jadi Caleg? Ini Kata Psikolog Tia Rahmania
Karno yang tampak sudah sepuh dan beruban itu lalu naik ke atas panggung.
"Pak Karno usia berapa?" tanya Ganjar.
"83 tahun," jawab Karno.
Mendengar itu, Ganjar tampak terkejut. "83? Luar biasa," kata Ganjar.
Ganjar lalu menanyakan mengapa bapak tersebut dinamai Soekarno oleh orang tuanya.
Pria yang mengenakan kopiah itu menjawab bahwa ayahnya dulu pernah satu lokasi bersama Proklamator RI Soekarno yang menjalani pengasingan di Ende, NTT.
"Bapak saya dulu satu lokasi di Ende bersama Bung Karno, setelah pulang saya diberikan nama Soekarno," kata Pak Karno.
Menurut ia, ayahnya sempat bermain tonil bersama Putra Sang Fajar. Karno juga menyatakan sempat menjadi sosok yang membaca naskah sandiwara itu di Ende.
"Bapak saya Muhamad Tayib, pemain tonil," kata Soekarno.
Soekarno menerangkan sang ayah sangat mengagumi Bung Karno dan hal itu menurun kepadanya.
"Saya bukan hanya orang PDI Perjuangan, tetapi saya juga penganut ajaran Bung Karno, pak. Nasionalnya Soekarno tidak bisa dipisahkan dari saya," kata dia.
"Biar bagaimana, saya pasang dada, walupun saya ditembak, saya tetap junjung Pak Soekarno sebagai pemimpin bangsa," tegas Karno.
Baca: Puan Maharani dan AHY Bertemu Minggu Pagi di GBK
Ganjar lalu menanyakan bagaimana jabatan Pak Karno di PDI perjuangan NTB.
Pak Karno menyampaikan dirinya dilantik oleh Ketua DPD PDI Perjuangan NTB Rachmat Hidayat sebagai Ketua PAC seumur hidup. Pernyataan itu pun disambut tawa oleh Ganjar dan seluruh hadirin.
"Saya dulu dari PNI. Waktu kami pindah dari PNI ke PDI, kami buat bendera moncong putih bersama-sama beliau (Rachmat Hidayat)," kata Pak Karno.
Ganjar pun merasa bangga dan merasa cerita Pak Karno sungguh menginspirasi. Ganjar lalu menjanjikan kepada Pak Karno hadiah.
"Luar biasa. Saya akan kirimkan ke beliau bendera yang besar, yang sedang, saya akan kirimkan kaus dan saya akan kirimkan sepeda motor untuk beliau," kata Ganjar.
.