Ikuti Kami

Anton Tegaskan Budaya Sunda Selaras dengan Ajaran Islam

Sebab, sambung Anton, budaya Sunda sudah menganut Agama Samawi sejak awal , yang Berketuhanan Maha Esa.

Anton Tegaskan Budaya Sunda Selaras dengan Ajaran Islam
Budayawan Sunda sekaligus Ketua Dewan Pembina di Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat Anton Charliyan.

Tasikmalaya, Gesuri.id - Budayawan Sunda sekaligus Ketua Dewan Pembina di Padepokan Pencak Silat dan Pesantren Pajajaran Pusat Anton Charliyan, dalam sambutannya pada Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW menyampaikan bahwa  Budaya Sunda dan Nusantara itu selaras dengan  budaya Islam yang dibawa Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Sebab, sambung Anton, budaya Sunda sudah menganut Agama Samawi sejak awal , yang Berketuhanan Maha Esa.

" Hal tersebut dibuktikan dengan tulisan-tulisan Prasati dan Naskah-naskah kuno yang ada di Tatar Sunda dan seluruh Nusantara, contoh dalam Prasasti Kawali dan Naskah Amanat Galunggung yang berisi tulisan bahwa 'jika ingin jaya, setiap manusia Sunda Harus selalu ada dalam jalan yang benar dan lurus'," papar Anton, baru-baru ini. 

Hal itu, sambung Anton, selaras dengan ayat dalam surat Al Fatihah, yang berbunyi   "Tunjukanlah jalan yang Lurus atau Benar, sebagaimana jalannya orang-orang terdahulu yang sudah engkau tunjukkan kebenaran".

Baca: PDI Perjuangan dan Gerakan Budaya Partai

Kemudian ada juga ungkapan "Pake gawe Kreta Rahayu, Ulah botoh bisi Kokoro, jeung kudu Ngelmu Pare". Arti dari ungkapan itu  adalah "membangun kekuatan dengan kedamaian, jangan serakah pasti akan celaka, serta harus membangun kekuatan dengan kerendahan hati.

"Hal itu selaras dengan sikap dan ajaran Islam yang harus Tawadhu, rendah hati, jangan serakah harus menjaga hati serta membawa kedamaian yang Rahmatan lil Alamin bagi seluruh umat dan alam semesta," ujar Anton. 

"Dari bukti dan kajian kecil saja ternyata Budaya Sunda dan Ajaran Islam  sudah sama dan selaras,  sehingga dengan adanya Maulid Nabi ini, tidak perlu ada lagi perbedaan paham antara Budaya dan Agama, apalagi sampai terjadi benturan karena salah paham dengan tata cara Adat Tradisi yang selama ini dilaksanakan. Padahal semuanya tujuanya sama, untuk Tuhan Yang Maaha Esa," tambah Mantan Kapolda Jabar itu.

Anton melanjutkan,  Tuhan Yang Maha Esa juga sama dengan istilah masyarakat Sunda Kuno sebagai Sanghyang Tunggal. Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam ajaran Masyarakat Baduy Banten yang intinya bahwa Sanghyang Tunggal itu adalah "Hyang Nu teu Mangrupa, nu teu Sarua jeung sasaha, nu teu Berwarna, Ayana di Euweuh Euweuhna di aya.

Arti dari kalimat itu adalah "tidak berwujud tapi ada dimana-mana",  bukan penyembah Batu atau Pohon sbagaimana yang selama ini sering  didengungkan sejalan dengan "pisau analisis" kajian Ilmu-ilmu Barat yang mungkin punya tujuan tertentu terhadap keluhuran Budaya Sunda dan Nusantara.

Masyarakat Baduy bahkan mengatakan bahwa Tuhan yang umat Muslim sembah, sama dengan Hyang mereka. Karena 'Hyang' itu merupakan Penghalusan dari kata  'HWA',  Tuhan nya umat Muslim dan juga Tuhan nya Agama-agama Samawi lain Seperti agama Yahudi, yang Tuhan nya  dikenal dengan sebutan  'Ya Hwa'. 

"Apalagi mereka menyebut bahwa  ageman kami adalah agama Adam , agama kami ngarana 'SLAM SUNDA Wiwitan , Ageman nu rek ngajaga Agama Adam'. Jika Agama tersebut berasal dan berawal dari Nabi Adam, artinya Agama tersebut adalah Agama Samawi, agama yang dibawa para Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah," ujar Anton. 

Baca: Di Sumedang, Anton Serukan Pemajuan Budaya Nusantara

Anton melanjutkan, berbagai budaya ritual ke-Nabi-an pun ada dalam Budaya Sunda dan Nusantara, yang sampai hari ini masih kental melekat di masyarakat karena sudah mendarah daging menjadi budaya sejak zaman leluhur. Salah satunya budaya Leuit, yang dalam Islam dikenal sebagai zakat. 

"Justru budaya-budaya tersebut tidak ada di tengah-tengah masyarakat Timur Tengah yang konon kabarnya merupakan cikal bakal turunnya para Nabi dan Rasul, apalagi dalam budaya  Masyarakat Eropa dan Amerika," ujar Anton.

Anton Charliyan  pun menegaskan bahw kita semua harus bisa menteladani ajaran Rasulullah. Dan orang Sunda khususnya harus mampu menjadi yang terdepan dalam meneladani ajaran-ajaran Rasulullah tersebut,  yang disebut sebagai Sunah Rosul,  karena  telah menjadi darah daging orang Sunda dan Nusantara.

"Sehingga menjadi satu Budaya yang melekat pada masyarakat Sunda Nusantara. Sehingga jika manusia Sunda tidak bisa menjadi yang terdepan, artinya termasuk kedalam golongan orang Sunda yang belum paham dan mengerti budaya Sunda itu sendiri, yang sudah terbukti dengan jelas bahwa budaya Sunda dan Nusantara selaras dengan budaya Islam bahkan selaras dengan budaya-budaya agama Samawi yang lainnya," ujar Anton.

Quote