Jakarta, Gesuri.id — Di tengah tantangan generasi muda yang semakin jauh dari sejarah bangsanya, anggota DPR RI sekaligus sejarawan Bonnie Triyana menyerukan pentingnya menghadirkan kembali sejarah ke ruang publik.
“Selama ini sejarah hanya dipelajari di ruang kelas. Harusnya bisa diakses di ruang publik — di jalan, di taman, di media sosial,” ujar Bonnie dalam program Sudut Dengar Parlemen beberapa waktu lalu.
Bonnie mencontohkan bagaimana di Amsterdam, ingatan kolektif sejarah ditanamkan melalui tanda-tanda kecil di trotoar. “Hanya dengan sebuah plakat kecil di depan rumah, masyarakat bisa tahu bahwa keluarga di rumah itu dulu menjadi korban Holocaust. Itu membuat sejarah hidup, nyata, dan dekat,” katanya.
Menurutnya, Indonesia perlu langkah serupa agar masyarakat merasa memiliki sejarahnya sendiri. “Sejarah adalah ingatan kolektif bangsa. Kalau publik merasa memiliki sejarah, maka mereka akan lebih menghargai perjuangan dan identitas bangsanya,” tegasnya.
Selain itu, Bonnie juga menyoroti pentingnya peran DPR dalam membangun literasi sejarah dan kebudayaan melalui kebijakan pendidikan. “Kalau ingin generasi muda kritis, punya rasa kebangsaan yang kuat, ya pendidikan sejarah harus dihidupkan kembali. Bukan hafalan, tapi penghayatan,” ucapnya.
Bonnie menutup pesannya dengan refleksi sederhana namun kuat: “Sejarah bukan romantisme masa lalu. Ia adalah cermin untuk menata masa depan.”

















































































