Ikuti Kami

Bung Karno Melarang Menghina Agama Lain 

Hal ini disuarakan Bung Karno dalam pidato nya tentang Pancasila pada 1 Juni 1945 di sidang BPUPKI. 

Bung Karno Melarang Menghina Agama Lain 
Presiden Pertama RI Soekarno.

Jakarta, Gesuri.id - Ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) yang dinilai banyak pihak telah menghina agama melalui pernyataannya bahwa salib adalah tempat bersarangnya jin kafir, masih terus menuai polemik hingga kini. 

Beberapa pihak seperti organisasi masyarakat Horas Bangso Batak dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) bahkan sudah melaporkan Somad ke kepolisian karena menilai ceramahnya menodai agama.

Baca: Budiman : Langgar Etika, UAS Harus Minta Maaf

Perbuatan menghina agama tertentu memang sudah diatur penindakannya secara hukum di negeri ini. Namun, pangkal persoalannya sejatinya bukan ada di bidang hukum. 

Permasalahan ini berpangkal dari ketiadaan penghormatan terhadap agama atau keyakinan umat beragama lain. Dan 'penyakit' ini menjangkiti banyak orang, tak hanya Abdul Somad. 

Padahal Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno, sudah menegaskan bahwa seluruh pemeluk agama harus menunjukkan penghormatan pada agama lain. Hal ini disuarakan Bung Karno dalam pidato nya tentang Pancasila pada 1 Juni 1945 di sidang BPUPKI. 

Berikut cuplikan pidato Bung Karno. 

“Nabi Muhammad SAW telah memberi bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain, Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip ke-5 daripada Negara kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain.”

Jadi, pada 1 Juni 1945 Bung Karno sudah menegaskan bahwa penghormatan kepada agama lain adalah keharusan dalam negara yang bhinneka seperti Indonesia. Penegasan itu dibingkai dalam satu frasa, “saling hormat-menghormati”. 

Masih dalam pidato yang sama, Bung Karno juga mengecam egoisme agama. Sang Penggali Pancasila itu tidak menginginkan egoisme agama ada dalam negara yang hendak ia perjuangkan kemerdekaannya. 

“Prinsip Ketuhanan. Bukan saja Bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang hendaknya bertuhan, Tuhan-nya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al-Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Budha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi, marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaklah negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara leluasa. Segenap rakyat hendaknya berTuhan secara berkebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme agama”

Baca: DPD PDI Perjuangan DIY Tegaskan Tolak Penistaan Agama

Jadi, Bung Karno sudah sejak lama tidak menghendaki adanya egoisme agama yang bisa bermuara pada ketiadaan penghormatan terhadap agama lain. Karena itu, bisa dikatakan egoisme agama juga yang melahirkan perbuatan maupun pernyataan menghina atau menista agama lain sebagaimana dilakukan UAS. 

Sehingga untuk menekan kemunculan egoisme agama, ajaran Bung Karno memang harus dibumikan kembali di negeri ini. Dengan begitu seluruh anak bangsa akan memegang teguh ajaran Sang Proklamator, bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wajib hukumnya menghormati agama lain. Bukan justru menghina atau menista agama lain dengan alasan apapun.

Quote