Ikuti Kami

Inilah Penulis Pertama Pidato Bahasa Inggris Bung Karno

K’tut Tantri adalah nama yang diberikan khusus dari Raja Bali. Nama aslinya sendiri adalah Muriel Stuart Walker.

Inilah Penulis Pertama Pidato Bahasa Inggris Bung Karno

Jakarta, Gesuri.id - Bung Karno emang jago berpidato. Apalagi kalau sudah menggunakan bahasa Inggris. Sudah pasti fasih! Tapi tahukah Anda jika Bung Karno pernah meminta seorang perempuan berkewarganegaraan Amerika kelahiran Inggris Raya, berdarah Viking untuk membuatkan naskah teks pidato berbahasa Inggris untuk pertama kalinya? Yap betul sekali, Bung Besar meminta K'tut Tantri, seorang penyiar radio asing membuat naskah tersebut.

Peristiwa sejarah itu terjadi saat Ibu Kota Republik Indonesia berada di Yogyakarta. Bung Karno selama di Yogya, tinggal di Istana Kepresidenan dengan "Loji Kebon" berhalaman luas yang rindang. Yogyakarta sendiri menjadi ibu kota negara sejak 4 Januari 1946 sampai akhir 1949.

K’tut Tantri adalah nama yang diberikan khusus dari Raja Bali. Nama aslinya sendiri adalah Muriel Stuart Walker. Dia tinggal di Indonesia selama 15 tahun, 1932-1947. Awalnya tinggal di Bali, kemudian turut bergerilya bersama Bung Tomo dan pejuang lainnya. Dia menjadi seorang penyiar dalam siaran radio republik, Voice of Free Indonesia.

Setelah turut bergerilya bersama Bung Tomo dan pejuang Republik di Jawa Timur, Tantri pindah ke Yogyakarta. Selama di kota itu Tantri ditempatkan di Hotel Merdeka—kini Hotel Garuda—di Jalan Malioboro, bersama para negarawan Republik.

Ihwal permintaan pembuatan pidato sendiri datang dari Ali Sastroamidjojo. Waktu itu Tantri langsung menolak karena tidak punya pengalaman tulis menulis pidato politik untuk kepala negara. Apalagi Bung Karno juga lancar berbahasa Inggris.

Namun Ali menjelaskan jika Bung Karno sendiri yang berkeinginan agar yang menyusun pidato itu adalah warga negara penutur asli. Sehingga Bung Karno bisa dibimbing dengan baik. “Aku lantas memusatkan pikiran, berusaha mengingat-ingat tulisan dan ucapan tokoh-tokoh demokrasi Amerika,” ungkap Tantri.

Sebagai sumber inspirasi, Tantri mengambil ide pemikiran dari para negarawan Amerika Serikat seperti Thomas Paine, Jefferson, Abraham Lincoln, dan lainnya. Singkatnya, Bung Karno pun membaca pidato bahasa Inggris karya Tantri itu lewat siaran Radio Republik Indonesia (RRI).

Tentunya Tantri sangat bangga mendengar pidatonya dibacakan saat itu. Apalagi gaya Bung Karno saat berpidato mampu memberikan makna yang dalam bagi siapapun yang mendengarkannya. “Pidato radio itu sukses besar,” ungkapnya. “Aku sangat terharu ketika mendengar suara Bung Karno yang berat dan penuh perasaan membaca naskahku.”

Usai berpoiato, Bung Karno pun memanggil Tantri ke Istana. Dengan berkebaya merah putih, Tantri terlihat luwes dalam berpakaian. Hal ini pula yang membuat Bung Karno tak sungkan memujinya. Apalagi saat itu Bung Karno tampil gagah dengan jas pendek berkopiah dengan mengenakan sarung. “Kurasa selama ini belum ada orang kulit putih yang pernah melihatnya memakai sarung,” ungkap Tantri. “Kelihatannya tampan sekali!”

Tantri juga mengenang kalau Bug Karno juga ikut memujinya saat itu. “Aku lantas teringat bahwa ia terkenal pandai mengambil hati kaum wanita [...],” ungkapnya. “Kini aku percaya pada kabar itu.”

Atas aksinya itu, Tantri ikut jadi buruan para jurnalis. Mereka ingin tahu proses Tantri menyusun pidato itu.

“Saya berusaha memaparkan cita-cita bangsa Indonesia pada seluruh rakyat di dunia—yaitu kemerdekaan, hak untuk membangun negara sendiri,” tulisnya dalam buku itu. “Saya juga ingin menandaskan pada Belanda—dan sedikit banyak kepada Inggris—mengenai kesalahan besar yang mereka lakukan selama ini.”

Tantri mengutip sebuah surat kabar yang sohor di pesisir timur Amerika Serikat yang menulis tentang dirinya. “Sulit sekali membayangkan K’tut Tantri yang dilahirkan di Skotlandia meninggalkan negeri dengan tingkat kehidupan tertinggi di dunia dan menjadi orang Indonesia dalam wujud internasional.”

“Sulit rasanya membayangkan hal itu—tetapi mungkin saja ia sudah jauh lebih maju dari kita semua dalam menerapkan makna kata internasional.”

Quote