Ikuti Kami

Pakai Nama Samaran Bima, Bung Karno Sebarkan Nasionalisme

Bung Karno juga terpaksa menggunakan nama Bima agar dia bisa menyampaikan gagasan gagasan revolusinya dengan nyaman tanpa harus tertangkap.

Pakai Nama Samaran Bima, Bung Karno Sebarkan Nasionalisme

Sebagai kader PDI Perjuangan, tentu kita patut berbangga menjadi anak cucu ideologis Bung Karno. Lewat berbagai pidatonya di masa pergerakan sampai dengan Indonesia merdeka, kita dapat menyelami pemikiran Bung Karno yang di jaman tersebut bisa dibilang melampaui jamannya.

Sejak masih belia, sekitar usia 15 tahun, Bung Karno lebih banyak menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan membaca dan mengejar ilmu pengetahuan. Hobinya adalah belajar, membaca dan membedah pemikiran politikus kelas dunia. Karena itu sejak remaja pula, Bung Karno sudah khatam perjuangan politik pembebasan Amerika beserta perjuangan para pendiri bangsa Amerika seperti Thomas Jefferson, George Washington, Benjamin Franklin, John Adams dan masih banyak lagi lainnya.

Tak hanya itu saja bacaan Bung Karno. Sejarah perjuangan revolusi Perancis, revolusi industri, perjuangan buruh, Declaration of Independence, perang saudara di AS, sampai revolusi politik di Rusia pun dilahapnya sampai tuntas. Apalagi berbagai pemikiran dari tokoh intelektual dunia seperti Karl Marx, Friederich Engels, Lenin, Rousesseau, Voltaire, Gladstone, Beatrice Webb, Mazzini, Cavour, Garibaldi, Otto Bauer, Alfreed Adler dan masih banyak lagi.

Semua bacaan itu dilahapnya dari kamar asrama Soekarno, di rumah HOS Cokroaminoto. Namun jangan dibayangkan kamarnya akan senyaman seperti zaman now ya, justru kondisinya jauh berbeda. Kamarnya di rumah Cokro tidak lebih baik dari kandang ayam! Tidak ada pintu, tidak ada jendela, tidak ada kasur, tidak ada bantal dan tidak ada listrik. Benar-benar gelap gulita. Satu-satunya penerangan adalah dari lilin pijar. DI dalam kamar tersebut hanya ada meja, kursi reyot, tikar untuk tidur serta sarang-sarang serangga seperti nyamuk, kecoa, kelabang dan laba-laba. Namun, darisitulah gemblengan kawah candradimuka Bung Karno dimulai. Bung Karno menjelma menjadi sosok nasionalisme yang kaya dengan gagasan pemberontakan melwan kolonialisme.

Di masa remaja ini pula, tumbuh jiwa politik Bung Karno bersama dengan teman-teman diskusinya seasrama. Berbekal pengetahuan yang cukup, Bung Karno lantas membentuk organisai pemuda yang pertama yaitu Tri Koro Darmo dengan tiga tujuan yaitu kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial. Tidak lama kemudian lahir perkumpulan baru dengan aktvitas yang lebih konkrit yaitu Jong Java. Dari perkumpulan inilah, Bung Karno dkk memulai pendekatan politiknya dengan pergi ke kampung-kampung untuk melakukan aktivitas kerja sosial, mendirikan sekolah, membantu korban bencana, dan lain-lain. Kemudian saat umur 19 tahun, Bung Karno (saat itu masih SMA) sudah produktif menulis gila-gilaan sampai 500 artikel di harian Oetoesan Hindia dengan menggunakan nama samaran Bima untuk mengobarkan semangat pemberontakan pada masyarakat luas.

Oetoesan Hindia tak lain adalah milik Cokroaminoto sendiri. Majalah itu diterbitkan Cokroaminoto sebagai alat propoganda partai Serikat Islam. Bung Karno mengggunakan nama Bima karena diambil dari tokoh pewayangan epos mahabrata. Bima adalah putra kedua pemegang tahta Astina, Pandu Dewanata. Dalam dunia wayang, Bima atau Werkudara adalah sosok kesatria pemberani, prajurit besar sekaligus seorang pahlawan.

 Bima digambarkan sebagai pejuang yang lurus dan jujur.

Bisa dibilang tulisan-tulisan Bima bikin gempar kalangan rakyat pro kemerdekaan dan selalu menjadi perbincangan di seluruh pelosok negeri, terutama di Pulau Jawa, lebih spesifik Jawa Timur. Ini disebabkan karena tulisan Bima mengangkat realitas kehidupan yang terjajah di satu sisi dan kerakusan pemerintah Hindia Belanda di sisi lain dalam menguras sumber daya alam tanpa sisa. Bahkan kedua orang tuanya, Raden Sukeni dan Idayu juga kerap memperbincangkan tulisan Bima tersebut tanpa mereka tahu bahwa Bima itu adalah Bung Karno, anak mereka sendiri.

Bung Karno juga terpaksa menggunakan nama Bima agar dia bisa menyampaikan gagasan gagasan revolusinya dengan nyaman tanpa harus tertangkap penjajah Belanda. Sebab, bila tertangkap langsung masuk penjara dan bisa saja dibunuh karena menebarkan benih-benih kebencian terhadap pemerintahan kolonial.

Tentu kalau sudah tertangkap, Bung Karno tidak bisa lagi menyebarkan gagasan-gagasan tentang nasionalisme ke masyarakat saat itu.

Quote