Ikuti Kami

Penderitaan Soekarno Sebagai Tahanan Rezim Soeharto

Sebagaimana dikisahkan oleh salah satu mantan ajudannya, Sidarto Danusubroto.

Penderitaan Soekarno Sebagai Tahanan Rezim Soeharto
Presiden Pertama RI Soekarno dan Presiden ke-2 RI Soeharto.

Jakarta, Gesuri.id - Pasca dijatuhkan oleh kudeta bergerak Soeharto, Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Termasuk dalam hal keuangan. 

Sebagaimana dikisahkan oleh salah satu mantan ajudannya, Sidarto Danusubroto. Sidarto mengawal Soekarno sebagai Presiden selama dua pekan, yakni sejak 6-20 Februari 1967.

Baca: Bung Karno, Pemimpin Yang Patuh Pada Ulama

Setelah Soekarno tidak diperbolehkan masuk ke Istana sekembalinya dari berkeliling Jakarta pada Mei 1967, Soekarno dikenai tahanan kota dan menetap di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala, Jakarta) sampai akhir 1967. 

Soekarno pun diperlakukan layaknya tahanan politik oleh rezim Soeharto. 

Sebagaimana dikisahkannya dalam buku Memoar Sidarto Danusubroto Ajudan Bung Karno karya Asvi Warman Adam,Sidarto mengisahkan betapa kehidupan Sang proklamator pasca berada di Wisma Yaso semakin menyedihkan. 

Soekarno bisa dikatakan mengalami kemiskinan akut karena tidak mendapat kejelasan mengenai pembayaran gaji serta uang pensiun sebagai seorang mantan Presiden. 

Selain tidak mendapatkan uang dari negara, semua fasilitas kenegaraan juga dibatasi ketat untuk Soekarno. Termasuk fasilitas dokter kepresidenan untuk memeriksa kesehatannya.

Soekarno pun kehabisan uang untuk pegangan atau sekadar untuk memenuhi keperluan hidup selama menjadi tahanan kota di Wisma Yaso.

Sidarto masih ingat betul ketika Soekarno memintanya mencarikan uang. Hal yang tak mudah, karena saat itu orang takut berhubungan dengan Soekarno. 

Soekarno lalu meminta Sidarto menemui mantan pejabat rumah tangga Istana Merdeka, Tukimin. Dari Tukimin, Sidarto berhasil memeroleh uang tunai 10.000 dollar AS untuk diberikan kepada Soekarno.

Selanjutnya, Sidarto mencari cara agar uang tersebut lolos dari pemeriksaan penjaga dan sampai ke tangan Soekarno.

Ia lalu memasukkan uang itu ke dalam kaleng biskuit dan meminta putri sulung Soekarno, Megawati Soekarnoputri, untuk menyerahkannya kepada sang ayah.

"Megawati yang mengantarkannya, dan bisa lolos," ujar Sidarto.

Baca: Eva Beberkan Kenapa Bali Selalu Jadi Tuan Rumah Kongres

Pada awal 1968, Soekarno dikenai tahanan rumah dan dibatasi aktivitasnya termasuk untuk bertemu keluarga.

Sidarto pun ditarik dari posisinya sebagai ajudan Soekarno oleh Polri Pada 23 Maret 1968.

Kondisi kesehatan Soekarno semakin menurun, dan pada 21 Juni 1970, Sang Penggali Pancasila yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi Indonesia itu meninggal dunia.

Quote