Ikuti Kami

Memberdayakan Pertanian Dalam Menghasilkan Pangan

Oleh: E.Y. Wenny Astuti Achwan. Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan & Anak DPD PDI Perjuangan NTB.

Memberdayakan Pertanian Dalam Menghasilkan Pangan
E.Y. Wenny Astuti Achwan. Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan & Anak DPD PDI Perjuangan NTB.

Jakarta, Gesuri.id - Kita semua menghadapi kenyataan bahwa planet ini mungkin tidak dapat mendukung 7,7 miliar orang secara berkelanjutan, sementara pada tahun 2050 jumlah populasi dunia mencapai 9,8 miliar. Artinya adalah pertanian global harus mampu menghasilkan lebih banyak makanan untuk populasi yang makin tumbuh. Kita dituntut semakin mahir dalam meningkatkan pangan dan semua tahu bahwa produksi makanan adalah salah satu pencapaian manusia yang paling mengagumkan.

Tanah Untuk Produksi Makanan

Konsumsi pangan global yang tumbuh semakin cepat berakibat langsung terhadap pemanfaatan lapisan tanah atas. Perhitungan kasar tingkat degradasi tanah saat ini menunjukkan bahwa penghuni planet ini hanya memiliki waktu sekitar 60 tahun untuk mendayagunakan lapisan tanah atas yang tersisa. Sekitar 40% dari tanah yang digunakan untuk pertanian di seluruh bumi digolongkan sebagai terdegradasi. Lapisan tanah atas memungkinkan tanaman untuk tumbuh. Namun, lapisan tanah atas tersebut berkisar antara 10 sampai 40 kali lebih cepat hilang daripada kemampuannya diisi ulang secara alami.

Tanah adalah topik yang tidak menarik. Orang selalu berbicara tentang banyak hal lain selain tanah, antara lain kesehatan, lingkungan, keamanan, iklim, dan air bersih. Pertanian menyumbang 70% dari penggunaan air bersih. Kita membuang sebagian besar air langsung ke tanah. Maka jika tanah tempat pembuangan air itu tidak diperuntukkan sesuai dengan tujuan, maka air yang terbuang menjadi sia-sia karena air menembus tanah yang terdegradasi dan melewati sistem akar tanaman.

Tanah adalah bahan kehidupan. Segenggam tanah mengandung lebih banyak mikroorganisme daripada jumlah orang yang pernah hidup di bumi ini. Mikroba ini mendaur ulang bahan organik yang menopang siklus kehidupan di bumi, serta merekayasa tanah pada tingkat yang sangat kecil agar tanah lebih tangguh dan lebih baik dalam menahan air.

Mikroba membutuhkan karbon untuk makanan tetapi karbon bisa hilang dari tanah karena beberapa tindakan. Salah satunya, membakar tunggul yang ditinggalkan di ladang setelah panen, atau menghilangkannya untuk pakan ternak, agar memudahkan untuk menanam tanaman berikutnya. Karbon bisa juga hilang karena terlalu banyak gangguan tanah akibat pembajakan yang berlebihan dan penyalahgunaan pupuk tertentu. 

Tanah yang terdegradasi mengakibatkan produktivitas makanan menjadi 30% lebih sedikit selama dua sampai lima dekade ke depan. Padahal proyeksi permintaan mengharuskan untuk memproduksi makanan 50% lebih banyak karena pertumbuhan populasi dan makin banyak orang yang mengkonsumsi daging. Peternakan membutuhkan lebih banyak lahan daripada biji-bijian. Sedangkan tanah yang terdegradasi hanya mampu menampung kurang dari setengah jumlah air daripada tanah yang sehat. 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari kenaikan permukaan laut sejak 1960 disebabkan karena air irigasi mengalir langsung melewati akar tanaman dan langsung menuju ke laut.

Perlu Perbaikan Sistem Makanan

Setengah dari total luas lahan di dunia digunakan untuk pertanian. Ketika populasi tumbuh, semakin banyak hutan dunia diubah menjadi pertanian, yang justru dapat meningkatkan pemanasan global karena hutan adalah penyerap karbon dioksida. 

Tanah tidak dihitung sebagai biaya untuk menjadi makanan, yang artinya petani tidak memiliki kapasitas keuangan untuk berinvestasi di tanah mereka sendiri dalam rangka meningkatkan kondisi mereka. Oleh karena itu penting untuk menemukan mekanisme penetapan harga yang memperhitungkan biaya lingkungan dan kesehatan. Perlunya mengupayakan karbon kembali ke tanah dengan mengubah praktek pertanian yang buruk seperti pengolahan lahan, salah urus nutrisi (pemanfaatan pupuk), menghilangkan tunggul dan penggembalaan yang berlebihan. 

Jumlah tanah dan energi yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram daging sapi sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan sepuluh kilogram biji-bijian. Jika lahan penggembalaan dikonversi menjadi lahan pertanian, produktivitas pangan global dapat meningkat tajam.

Fokus kepada tanaman hasil tinggi yang dapat bertahan hidup di tanah terdegradasi dapat memperburuk situasi sehingga tidaklah mengherankan bahwa 60% populasi dunia mengalami kekurangan nutrisi seperti zat besi. Hendaknya Pemerintah mengurangi subsidi sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan yang mengorbankan kesehatan dan lingkungan. 

Saatnya petani perlu diberi penghargaan yang pantas untuk meregenerasi lingkungan dan memproduksi makanan yang mendukung masyarakat sehat. Juga perlu mengintensifkan penelitian yang lebih terintegrasi sebagai langkah pertama mengadaptasi pertanian menghadapi perubahan iklim untuk memastikan bahwa petani tahu apa yang akan terjadi dan mereka dapat bersiap untuk itu.

Selamat Hari Tani Nasional
24 September 2019

 

Quote