Jember, Gesuri.id - Ketua Lembaga Pemikiran Islam Bung Karno (LPI-BK) sekaligus tokoh masyarakat Kabupaten Jember, Habib Ali Assegaf mengkritik cara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember dalam menangani stunting atau gizi buruk yang menyebabkan pertumbuhan ibu dan anak terhambat,
Habib Ali merasa prihatin ketika Pemkab memandang sekelompok masyarakat sebagai kelompok miskin, serta melabeli kemiskinan dalam rumah mereka hanya untuk sebuah catatan daftar orang miskin. Lebih unik lagi, lanjut Habib Ali, Pemkab membentuk satuan tugas guna memburu kemiskinan hanya untuk sekedar catatan administrasi,
Baca: Angka Stunting Turun, SDM Jadi Cerdas
“Semua ini sangat mengherankan saya, apalagi kepala daerah itu seorang dari duna medis. Sehingga dugaan saya sederhana, Pemda yang demikian terpenjara akal pikiran nya, yang ikut membawa perkara sosial makin jauh dari penyelesaian masalah stunting,” kata Habib Ali dalam keterangan tertulisnya kepada Gesuri, baru-baru ini.
Habib Ali menegaskan, stunting tak akan terjadi jika kita terlebih dahulu memahami Filosofi Tauhid, atau yang dia sebut juga filosofi bangsa merdeka. Habib Ali menjelaskan, filosofi ini memaparkan bahwa Allah SWT menciptakan tumbuhan lebih banyak dari jumlah binatang yang memakan tumbuhan.
Artinya, tidak ada binatang akan mati karena kelaparan, kecuali binatang itu ada dalam taman safari. Yang mejadi penyebab kematiannya adalah hilangnya kebebasan binatang untuk mencari makannya sendiri.
“Berdasarkan logika yang sama, Allah SWT menciptakan tumbuhan dan binatang selalu lebih banyak dari manusia, jelas ini bermakna tidak ada manusia yang akan kelaparan, kecuali manusia itu berada dalam jeruji. Jeruji ini yang bernama kapitalisme, jeruji ini yang menghalangi manusia mendapatkan gizi dalam kehidupannya,” papar Habib Ali.
Dalam konteks Jember, Habib Ali menjelaskan seandainya setiap sungai irigasi yang jumlahnya hingga ribuan di Jember dijadikan sebagai kolam ikan yang bersih, maka stunting dapat hilang dengan sendirinya. Sebab dengan begitu pangan menjadi ada disekitar masyarakat.
Habib Ali pun menjelaskan ada lima keuntungan terkait pengembangan kolam ikan ini.
“Pertama, budaya masyarakat bersih dicapai, yang juga perwujudan dari pesan BK (Bung Karno), yakni character building. Selain character building, Islam juga menegaskan makna keimanan diukur dengan kebersihan ini,” ungkap Habib Ali.
Keuntungan kedua, lanjut Habib Ali, adalah tersedianya pangan, Sehingga tak ada orang yang kelaparan atau kekurangan gizi, sebab ikan itu proteinnya sangat tinggi.
“Kemudian keuntungan ketiga, gotong royong membuat masyarakat tak lagi menjadi target kapitalisme, yang diharapkan menjadi perwujudan dalam pesan Trisakti BK, kemandirian ekonomi,” kata Habib Ali.
Baca: Hasto Pimpin Sosialisasi Pencegahan Stunting di Tiga Daerah
Lalu keuntungan keempat adalah sampah tidak sampai kelaut, sehingga menjamin keleestarian laut Indonesia. Kemudian keuntungan kelima, adalah menjadi tujuan wisata. Hal itu akan membuat warga Jember menjadi tuan rumah bagi wisata di daerahnya.
“Itu sebabnya, BK saat melihat orang beda-beda agama, melihat titik kebersamaannya dalam berketuhanan. Berketuhanan berarti bangkit untuk memberi kepastian jalan kemerdekaan dengan menghargai bangsa ini dan melepaskanya dari belenggu imperialisme dan kapitalisme yang memenjarakannya,” pungkas Habib Ali.