Ikuti Kami

Angka Stunting Turun, SDM Jadi Cerdas

Mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh SDM yang sehat dan kuat.

Angka Stunting Turun, SDM Jadi Cerdas
Ilustrasi. Presiden Jokowi tengah berinteraksi dengan seorang anak.

Jakarta, Gesuri.id - Presiden Jokowi optimistis jika angka stunting terus menurun maka akan mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang pintar dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu, lanjutnya, harus didahului oleh SDM yang sehat dan kuat. 

“Kita turunkan angka stunting sehingga anak-anak kita bisa tumbuh menjadi generasi yang premium,” tegas Jokowi pada pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di depan sidang bersama MPR dan DPR RI di kompleks parlemen Jakarta, dilansir dari fin.co.id, Sabtu (17/8).

Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia dua tahun.

Pada masa pemerintahannya yang kedua bersama KH Ma’ruf Amin, Jokowi mengusung SDM Unggul, Indonesia Maju dengan meningkatkan kualitas kesehatan dengan pengembangan inovasi dan budaya hidup sehat.

Pengamat kebijakan Agus Pambagio mengatakan bahwa pidato presiden menunjukkan komitmen presiden yang sangat serius terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya melalui upaya penurunan angka stunting.

“Presiden berulangkali memerintahkan upaya mengatasi stunting pada anak Indonesia dan pidato kemarin menunjukkan masalah ini kembali menjadi fokus presiden dan kabinet mendatang,” jelas Agus dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (17/8).

“Presidenpun berkali kali mendorong dilakukannya inovasi, terobosan dan kerjasama antar lembaga untuk mengatasi permasalah bangsa dan tidak menggunakan cara-cara lama,” tambah Agus.

Pemerintahan Jokowi periode pertama telah berhasil menurunkan angka stunting dari 37,2 persen di tahun 2013 menjadi 30,6 persen di tahun 2018. Namun angka ini masih di atas angka 20 persen berdasarkan standar WHO. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka stunting baik melalui upaya pencegahan (preventif) maupun melalui intervensi.

Salah satu catatan penting dalam upaya mengatasi stunting adalah terobosan yang dilakukan oleh Tim Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang dipimpin oleh Prof DR dr Damayanti Rusli di daerah Pandeglang melalui dukungan Kementerian Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT).

Awal 2018 lalu, Tim yang dipimpin oleh Prof Dr Damayanti menangani sekaligus mengamati kasus stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Metode mereka ternyata berhasil menurunkan angka stunting sampai 8 persen hanya selama enam bulan. Tim ini bersama Kemendes telah membagikan pengalaman mereka ke berbagai instansi serta pemerintah daerah termasuk Jawa Timur.

Di Jawa Timur, tim Prof Damayanti telah berbagi dan menawarkan agar sejumlah kabupaten di provinsi ini mau menjadi pilot project pelaksanaan metode mengatasi stunting pada anak yang telah terbukti di Pandeglang.

Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak sangat mendukung kerjasama lintas instansi dan mendorong kepala desa, di daerah yang menjadi lokus penanganan nasional, mengalokasikan dana desa untuk mencegah stunting.

Hal ini dikemukakan oleh Wagub Jatim bulan lalu dalam acara Forum sosialisasi Aksi Cegah Stunting ini digagas oleh Samsul Widodo Direktur Jenderal Pembangunan Desa Tertinggal (PDT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang diikuti kepala dinas dari 18 kabupaten dengan prevalensi stunting tinggi di Jatim.

“Dalam diskusi Aksi Cegah Stunting disebut 75 persen dari yang stunting kemunginan IQ-nya di bawah rata-rata. Bayangkan kalau ini terjadi di Jatim. Bagaimana kami bisa mengentas kemiskinan? Ini pekerjaan rumah yang urgent, sangat urgent,” ujar Emil.

Menurut Agus Pambagio, langkah terobosan dan kerjasama yang dilakukan oleh Tim RSCM, Kemendes dan PDT dan Pemda Jawa Timur ini patut didukung oleh Pemerintah Pusat termasuk Kementerian Kesehatan dan didorong untuk diterapkan di daerah lain.

“Tanpa keberanian untuk melakukan inovasi dan terobosan kebijakan dan kerjasama lintas Kementerian dan Instansi, harapan Presiden untuk menurunkan angka stunting di Indonesia bakal sulit terwujud,” tegas Agus menandaskan.

Quote