Ikuti Kami

Cinta pada Jurnalistik Membuat Putra Nababan 'Survive'

Putra: dalam bekerja harus dari kecintaan, dari hati nurani. 

Cinta pada Jurnalistik Membuat Putra Nababan 'Survive'
Jurnalis Senior yang juga Pendiri idtalent.id, Putra Nababan, di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya dalam Seminar dengan tema Unleash The Potential and Creativity in Digital Era, Rabu (19/9). (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Kekuatan cinta telah membuat seorang Putra Nababan tak pernah bisa mengingkari hati nuraninya pada dunia jurnalistik. Itu pula yang membuatnya mampu bertahan (survive) bahkan terus bergerak maju hingga menggapai kesuksesannya di dunia yang begitu melekat di kehidupannya sejak dilahirkan di dunia ini.

Baca: Putra Nababan Serukan Gerakan Talent Indonesia

Sukses sebagai pembawa berita Indonesia terbaik selama 4 tahun berturut-turut, Putra Nababan yang merupakan anak dari seorang wartawan kawakan Panda Nababan menekankan begitu pentingnya bagi seseorang dalam bekerja harus dari kecintaan, dari hati nurani. 

Apalagi, Putra melanjutkan, menjadi seorang wartawan merupakan pekerjaan yang cukup menantang.

"Kalau kalian tidak punya waktu, tidak punya modal, tidak punya jiwa yang berkobar-kobar, jangan jadi wartawan. Kalau memang hatinya tidak di situ, tidak minat-minat banget, tidak usah. Kecintaan yang membuat saya survive," ujar Putra yang juga pendiri idtalent.id di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya dalam Seminar dengan tema Unleash The Potential and Creativity in Digital Era, Rabu (19/9).

Pada kesempatan itu, Putra yang juga pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Metro TV itu menekankan kepada para mahasiswa terutama jurusan jurnalistik untuk menjadi wartawan yang berprestasi.

Hal itu karena, Putra menilai, dengan kemampuan pas-pasan saja wartawan hanya akan menerima gaji yang pas-pasan pula, bahkan di bawah cukup. Putra menceritakan bahkan pernah suatu ketika saat Putra memutuskan untuk menjadi wartawan, almarhumah ibunya sempat mengingatkan jika gaji wartawan itu kecil.

"Saya bilang sama almarhumah ibu saya, tidak kecil kok Ma, tapi cukup. Kalau kalian nanti jadi wartawan tidak berprestasi, bukan cukup lagi, melainkan di bawah cukup nanti," ujar Putra. 

Baca: PDI Perjuangan Sukses Cetak Banyak Pemimpin Muda Potensial

Besar dari keluarga wartawan membuat Putra sangat memahami hitam putihnya dunia jurnalistik. Hal itulah juga yang membuatnya sanggup melewati masa-masa sangat populer di dalam hidupnya dengan tetap menjadi wartawan bukan selebriti.

Itu pula yang mendorong Putra Nababan untuk terus memberikan motivasi kepada para mahasiswa khususnya para calon wartawan. 

Lebih lanjut Putra mengatakan untuk menjadi seorang wartawan harus tegar dan sanggup mengatasi emosi dari dalam diri sendiri. Apalagi membawa kepentingan pribadi dalam karya jurnalistiknya. 

Ia juga mengingatkan seorang jurnalis tidak boleh terlalu dibawa perasaan alias baper. "Terlebih jika kita melebih-lebihkan diri sendiri, seperti halnya sedikit-sedikit update status, pasang status marah-marah di facebook, instagram atau di twitter.

Pastinya tidak mungkin baper, karena kalau baper ya repot," ungkap Putra yang kini memantapkan diri terjun ke dunia politik di PDI Perjuangan.

Mengambil Konsentrasi News Editorial

Putra juga menceritakan saat dirinya lulus sebagai seorang sarjana jurnalistik. Saat kuliah, Putra melanjutkan, dirinya mengambil konsentrasi pada news editorial.

Setelah kuliah, Putra bekerja di majalah yang kemudian dilanjutkan di koran hingga menempati posisi redaktur pelaksana. 

"Setelah hampir 8 tahun di cetak, saya merasa harus masuk ke televisi sebagai media yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengkonsumsi berita. Saya masuk Metro TV dan RCTI," ujarnya. 

Baca: Putra Nababan Tularkan Semangat Motivasi Duta Baca Indonesia

Putra menceritakan dirinya menempati posisi tertinggi di media yaitu Pemimpin Redaksi di usia yang muda yaitu 38 tahun. Sebuah pekerjaan yang penuh tantangan dan tanggungjawab.

“Menjadi Pemred itu cita-cita dari hampir semua wartawan. Memimpin Redaksi ada seninya karena kita harus memadukan kemampuan editorial, managemen dan bisnis. Namanya juga Pemimpin,” kenangnya.

Setelah pensiun dari dunia pertelevisian, Putra seperti merasakan kehilangan akan dunia jurnalistik yang dikenalnya sejak dilahirkan ke dunia ini. 

"Saya ini lahir dari anak wartawan, jadi kalau namanya dunia jurnalistik ya selalu ada dalam jiwa. Bapak saya adalah  wartawan perang dan investigasi jadi dari kecil itu saya terbiasa dengan berita, berita, dan berita terus," ujar Putra.

Namun, Putra kembali menekankan yang terpenting dari semua itu adalah kebahagiaan menjadi seorang wartawan. Dirinya juga sangat berbahagia bisa bertemu para calon jurnalis di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya. 

Putra kembali mencontohkan salah satu hal yang paling membahagiakannya sebagai seorang jurnalis ketika Ia mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk mewawancarai hampir semua presiden di Republik Indonesia, bahkan hingga sampai puncaknya dimana Putra Nababan pun mendapatkan kesempatan indah untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Presiden AS Barack Obama. 

Baca: Putra Nababan: Ini Pak Jokowi Banget!

Mengapa semua itu bisa diraihnya, Putra kembali menekankan karena bekerja dengan hati, yang membuat kita sanggup terus bergerak, bertahan (survive), bahkan siap ditempatkan dimana saja.

"Ada kecintaan yang mendorong dari hati, bukan semata diukur dari uang, dari gaji, menunggu waktu gajian. Kecintaan itu yang mendorong kita survive, termasuk bisa berprestasi di media jenis apapun,” katanya.

Berita 'Hoax', Sensasi dan Pentingnya Klarifikasi

Terkait berita-berita 'Hoax' yang begitu santer akhir-akhir ini, Putra memastikan media yang memberitakan 'hoax' hanyalah mencari sensasi belaka. Namun, Ia melanjutkan hal itu merupakan fakta dan tidak dapat dipungkiri. 

Namun, Putra melanjutkan, yang terpenting adalah klarifikasi terhadap berita-berita yang bersifat 'Hoax' kepada masyarakat. 

Ia mencontohkan peristiwa peledakan bom di Thamrin Jakarta Pusat beberapa waktu lalu dimana  banyaknya berita 'hoax' yang beredar di masyarakat.

"Termasuk pengebomnya sudah di daerah sini lah, daerah situ lah, pelakunya naik motor lari dan segala macam. Ada bom di sana-sini dan sebagainya," ujar Putra mengenang peristiwa tersebut. 

Baca: Putra Nababan Akan Berjuang ke Senayan, Dapil I DKI Jakarta

Kala itu, sejumlah media mainstream TV  ambil sikap menenangkan masyarakat dengan segera memberitakan bahwa sesungguhnya tidak terjadi di lokasi tersebut seperti yang diberitakan di informasi 'hoax' tersebut. 

"Jadi dengan adanya pemberitaan 'hoax' itu tujuannya agar kita mengklarifikasi, bukan mengamplifikasi kabar 'hoax' itu ke tengah-tengah masyarakat.

Itulah tugas media massa, mengklarifikasi isu-isu kebohongan. Salah kalau media massa itu malah menyebarluaskan berita-berita 'hoax'," Putra menegaskan.

Quote