Ikuti Kami

Film Garin Nugroho, Iis: Lestarikan Budaya dengan Bijak 

Iis Sugianto: Hasil karya yang bernilai bisa dinikmati dan tetap mengawal isu yang sensitif sehingga bisa diterima oleh masyarakat luas. 

Film Garin Nugroho, Iis: Lestarikan Budaya dengan Bijak 
Ilustrasi. Film berjudul Kucumbu Tubuh Indahku diluncurkan sutradara kondang Garin Nugroho.

Jakarta, Gesuri.id - Pada 18 April sebuah film berjudul Kucumbu Tubuh Indahku diluncurkan sutradara kondang Garin Nugroho. Hingga saat ini film tersebut terus menuai kontroversi. 

Baca: Tragedi KPPS, Iis: SOP Rekrutmen & Kesehatan Faktor Krusial

Film yang menceritakan seorang Arjuno (Juno), penari lengger lanang sebuah tarian perempuan yang dibawakan oleh penari laki-laki itu telah mendapatkan puluhan ribu petisi penolakan. Bahkan Garin dianggap telah mendukung LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual). 

Tarian Lengger Lanang sebenarnya awam dibawakan oleh laki-laki di kawasan Banyumas, Jawa Tengah. Tarian itu diketahui sudah ada sejak Abad ke-18 dan tercatat dalam Serat Centhini. Namun masyarakat -yang dalam film disebut berlatar di era reformasi- menolaknya.

Sementara, Garin Nugroho mencoba menampilkan bahwa kelompok marjinal yang diwakili oleh Arjuno dan teman-teman lenggernya menjadi korban dari kepentingan politik segelintir orang. 

Terkait itu, Politisi Srikandi PDI Perjuangan, Iis Sugianto, mengajak masyarakat untuk melihat dalam koridor positif kedua perspektif tersebut. Kepada Gesuri, Iis mengatakan tak bisa dinafikan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak melihat dari segi negatif dari LGBT.  

"Memang ini jadi makan buah simalakama, di satu sisi kita harus melestarikan budaya kita di lain pihak masyarakat masih banyak yang melihat segi negatifnya aja (LGBT). Semua ada alasan dan sudut pandang yang positif, masing-masing alasan itu harus bisa kita terima dengan baik," ungkap penyanyi senior cantik yang juga Caleg DPR RI dapil DKI 3.

Menurut Iis, melestarikan budaya nusantara harus tetap mengedepankan kedamaian dan kenyamanan. Terutama, lanjutnya, untuk masalah yang sensitif harus benar-benar diseleksi, juga hasil karya diedit agar semua pihak merasa nyaman. Dengan demikian, ujar Iis, hasil karya yang bernilai bisa dinikmati dan tetap mengawal isu yang sensitif sehingga bisa diterima oleh masyarakat luas. 

Namun, Iis tetap mengingatkan konsep Trisakti Bung Karno yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial budaya. Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya asing, meski secara natural suatu bangsa tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh asing. 

Baca: Sari Koeswoyo Kecam Pelarangan Film Kucumbu Tubuh Indahku

Begitupula, Iis menambahkan bangsa ini tetap harus mempertahankan budaya asli Nusantara, namun manakala film itu memiliki pengaruh yang kurang baik maka perlu dipertimbangkan. "Maka itu kita harus bijak dalam menentukan pilihan, karena hal tersebut sangat sensitif saat ini. Lebih baik tidak menayangkan film itu di Indonesia saat ini," tandasnya.

Iis juga mengimbau agar Lembaga Sensor Film dapat mengedit bagian yang dianggap terlalu vulgar, sehingga itu bisa juga menjadi salah satu solusi.  

Seperti diketahui, beberapa pemerintah kota seperti Depok, Kubu Raya, Pontianak dan Palembang pun melarang film ini dengan alasan film ini "mempromosikan LGBT".

Quote