Ikuti Kami

Hasto: Tugu Lapangan Banteng Pengingat Lepaskan Penindasan!

Di Lapangan Banteng berdiri Tugu Pembebasan dengan patung sosok pemuda Indonesia pejuang. 

Hasto: Tugu Lapangan Banteng Pengingat Lepaskan Penindasan!
PDI Perjuangan Gelar Peringatan HUT RI Ke-75 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (17/8). Para kader banteng hadir dengan warna-warni pakaian adat Nusantara. (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan pelaksanaan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-75 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, adalah simbol pengingat bahwa Indonesia masih menghadapi rantai belenggu ketidakadilan, dan Indonesia tidak boleh diam.

Hasto mengatakan di Lapangan Banteng berdiri Tugu Pembebasan dengan patung sosok pemuda Indonesia pejuang. 

Baca: Hasto: Isi Kemerdekaan, Pemuda Harus Kuasai Iptek & Riset

"Di Tugu Pembebas inilah sekali lagi, kita diingatkan tugas dari kemerdekaan Indonesia. Bahwa Indonesia dan dunia saat ini masih dihadapkan pada rantai belenggu ketidakadilan dan sekaligus bagaimana tanggung jawab Indonesia bagi umat manusia," kata Hasto Kristiyanto dalam amanatnya di hadapan peserta upacara itu, Senin (17/8).

Ia menjelaskan, jauh sebelum Indonesia Merdeka, Bung Karno telah memikirkan, bagaimana kemerdekaan Indonesia itu berdiri kokoh di atas falsafah bangsa yang benar-benar khas Indonesia. Itulah Pancasila yang menjadi falsafah bangsa Indonesia. 

Dan Pancasila tidak hanya sebagai meja statis dimana Indonesia dibangun. Pancasila sekaligus hadir sebagai bintang pengarah dinamis dimana cita-cita membangun persaudaraan dunia yang berdiri di atas tatanan dunia baru yang bebas dari imperialisme dan dikumandangkan.

Pada tahun 1945, Bung Karno memiliki tesis bahwa kapitalisme selalu menciptakan krisis dan suatu saat Eropa Barat dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan. Dan hal itu telah terbukti. 

Baca: Keberagaman, PDI Perjuangan Rayakan HUT RI Berbusana Adat

Dari situ, Hasto mengatakan bahwa gagasan melakukan reformasi PBB dan usulan agar piagam PBB diganti dengan Pancasila tetap relevan. 

"Mengapa? Pancasila mengandung falsafah ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan atau persatuan, musyawarah atau deliberative democracy, dan keadilan sosial," ujarnya.

"Landasan falsafah tersebut selalu relevan, terlebih dalam realitas kehidupan antar bangsa yang diwarnai oleh ketidakadilan; penjajahan di berbagai aspek kehidupan; terorisme; krisis di Timur Tengah, Afganistan, dan juga ketegangan di Laut China Selatan. Dunia memerlukan direction. Dunia memerlukan paradigma baru agar terhindar dari krisis," bebernya.

Maka itulah dia mengajak seluruh kader PDI Perjuangan dan rakyat Indonesia untuk berani melihat keluar atau melaksanakan outward looking. Sebab Pancasila sebagai falsafah mengamanatkan tugas bagi Indonesia untuk mengatasi ketidakadilan yang ada di dunia.

"Terlebih dengan krisis yang bertentangan dengan cita-cita kemanusiaan. Bahwa tugas sejarah agar Indonesia menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa Asia Afrika hingga ke Amerika latin, dan selanjutnya mewarnai peradaban dunia, adalah tugas yang harus kita tunaikan," pungkasnya.

Di acara itu, Hasto ditemani oleh jajaran DPP PDI Perjuangan seperti Sri Rahayu dan Nusyirwan Soejono. Hadir juga jajaran DPD PDI Perjuangan Jakarta yang dipimpin Ketuanya Adi Wijaya. Peserta upacara yang dibatasi 75 orang sejalan dengan protokol Covid-19, memakai pakaian adat Nusantara.

Quote