Jakarta, Gesuri.id – Kehadiran Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di samping Presiden Prabowo Subianto saat merespons situasi pascademonstrasi dan kerusuhan pada akhir Agustus 2025 dinilai sebagai simbol politik yang kuat. Penasihat Senior LAB 45 yang juga politisi PDI Perjuangan Andi Widjajanto menyebut momen tersebut menepis hipotesa yang mengaitkan PDI-P dengan aksi demonstrasi yang berujung ricuh.
Hal itu disampaikan Andi dalam podcast Gaspol Kompas.com saat membahas pihak-pihak yang diduga ingin mengganggu keamanan dalam negeri melalui kerusuhan tersebut. “Misalnya saya mendengar kemungkinan bahwa ini dilakukan oleh kelompok oposisi. Kalau ditanya ke PDI Perjuangan, PDI Perjuangannya kan kita bukan oposisi,” kata Andi, dikutip Sabtu (14/9/2025).
Andi menegaskan kehadiran Megawati di Istana pada Minggu (31/8/2025) harus dilihat sebagai simbol politik. “Kalau kemudian partai oposisinya yang dianggap ke PDI Perjuangan, lah Ibu Mega hadir di Istana. Pada saat critical time, Ibu Mega hadir di samping Pak Prabowo,” ujarnya.
Menurut Andi, simbol-simbol politik semacam ini penting untuk diinterpretasikan dengan benar agar tidak memunculkan kesimpulan yang keliru. “Sebetulnya tadi hipotesa friksi itu berlaku enggak? Kalau Ibu Mega hadir ya mestinya hipotesa friksi antara Pak Prabowo dengan Ibu (Megawati) patah, hadir kok ya di situ,” tambahnya.
Andi juga menyarankan agar dalam menelusuri pihak yang terkait kerusuhan, semua kemungkinan dikumpulkan terlebih dahulu, mulai dari friksi politik hingga potensi campur tangan pihak luar. “Ya untuk sementara dideretkan saja semua hipotesa-hipotesa yang mungkin ya. Setelahnya, patahkan hipotesanya satu per satu dengan kesesuaian fakta yang ada,” kata Andi.
Dengan demikian, menurutnya, kehadiran Megawati berdampingan dengan Prabowo menjadi tanda penting bahwa PDI Perjuangan tidak berada di kubu yang berseberangan dalam isu kerusuhan Agustus, sekaligus simbol rekonsiliasi politik yang menguatkan stabilitas nasional.