Jakarta, Gesuri.id - Bupati Trenggalek yang juga politisi muda PDI Perjuangan, Mochamad Nur Arifin, biasa disapa Mas Ipin, mengajak generasi muda Indonesia untuk tampil sebagai pelaku perubahan nyata menuju pembangunan yang lebih adil, inklusif, dan regeneratif. Ajakan itu ia sampaikan saat menjadi penanggap dalam Peringatan 97 Tahun Sumpah Pemuda yang digelar DPP PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Jakarta, Selasa (28/10).
Dalam kesempatan itu, Mas Ipin menegaskan pentingnya menjadikan semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar seruan persatuan, tetapi juga dorongan untuk menghadirkan solusi konkret bagi tantangan bangsa.
“Tidak semua suara jadi cerita, dan tidak semua cerita berawal dari kerja nyata. Hari ini saya senang karena yang bersuara adalah anak-anak muda yang berangkat dari dialektika dan kerja nyata,” ujarnya.
Sebagai kepala daerah muda, Mas Ipin membagikan berbagai terobosan yang dilakukan di Trenggalek untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang inklusif. Ia mengaku kebijakan pertamanya sebagai bupati adalah membentuk sekolah perempuan, anak difabel, dan kelompok rentan, serta mewajibkan musyawarah khusus sebelum Musrenbang dilakukan.
“Kami ingin memastikan semua kelompok punya ruang bicara. Sekarang di Trenggalek sudah ada 41 rumah inklusif, data terpilah gender, bahkan kredit khusus untuk difabel,” jelasnya.
Mas Ipin juga memperkenalkan program Festival Gagasan, ajang partisipatif yang memungkinkan masyarakat, khususnya anak muda, mengajukan ide pembangunan secara daring. Sepuluh gagasan terbaik setiap tahun mendapat dukungan pendanaan hingga Rp5 miliar untuk direalisasikan menjadi program prioritas daerah.
“Kami ubah budaya Musrenbang yang kaku. Sekarang anak muda bisa submit ide secara online, dan ide itu benar-benar kami wujudkan. Ada yang bikin sistem pencegahan gempa dan tsunami, ada yang melawan tambang destruktif lewat inovasi ekonomi hijau,” ungkapnya.
Menurut Mas Ipin, langkah tersebut menjadi bukti bahwa anak muda memiliki kekuatan besar jika diberi ruang dan kepercayaan. Ia pun menantang generasi muda lain untuk ikut mewujudkan ekonomi regeneratif, bukan sekadar mengejar keuntungan jangka pendek.
“Sekarang masyarakat kami menolak tambang karena kami ingin membangun ekonomi yang regeneratif, bukan ekstraktif. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia berarti juga adil terhadap generasi yang akan datang,” tegasnya.
Menutup pandangannya, Mas Ipin menilai bahwa peringatan Sumpah Pemuda kali ini harus menjadi momentum kebangkitan ide progresif menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
“Kalau para pemuda 1928 bisa melahirkan kemerdekaan 17 tahun kemudian, maka kita yang berkumpul di tahun 2025 ini punya waktu lebih panjang untuk menyiapkan Indonesia 2045 yang lebih baik,” pungkasnya.

















































































