Ikuti Kami

Megawati: Tempur untuk Memenangkan Demokrasi

Ketum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta semua pihak untuk melewati tahun politik dengan kepala dingin.

Megawati: Tempur untuk Memenangkan Demokrasi
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi berpose bersama pemain pendukung

Jakarta, Gesuri.id - Tahun ini dan tahun 2019 mendatang Indonesia memasuki tahun politik sehingga dapat membuat situasi nasional memanas. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta semua pihak untuk melewati tahun-tahun tersebut dengan kepala dingin.

Oleh sebab itu, Megawati memilih merayakan hari ulang tahun ke-71 dengan menggelar pertunjukkan teater "Satyam Eva Jayate" di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa (23/1).
 
"Pertunjukan ini membantu kita untuk melupakan tahun politik yang kayaknya akan menegangkan, kayaknya, tapi sepertinya akan jalan seperti biasa. Dan Bapak Presiden seperti tahun yang lalu mengatakan ke ajudannya, jangan buru-burulah, biar Bapak (Presiden), Pak Kalla dan ketua-ketua (parpol) mencairkan pikirannya dulu, kalau kita harus tempur ya kita tempur untuk memenangkan demokrasi," ujar Megawati saat memberikan sambutan.

Hadir menyaksikan pertunjukan tersebut Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden Boediono, para Menteri Kabinet Kerja, para kepala daerah dan fungsionaris PDI Perjuangan.

"Satyam Eva Jayate" mengangkat tema tentang perjuangan menegakkan kebenaran di tengah bermacam kegilaan yang terjadi di tengah masyarakat yang korup.

Cerita itu mengenai persaingan dua tokoh besar (politikus) yang bersaing memperebutkan puncak kekuasaan. Beragam cara dilakukan agar memenangkan persaingan. Fitnah dan intrik membuat masyrakat terbelah Situasi itu membuat seorang pemimpin di sebuah kerajaan kemudian tersingkirkan, bahkan dibuah ke hutan.

Mengambil pola alur Ramayana, saat Rama dibuang ke dalam hutan maka pembuangan sang pemimpin itu justru menjadi proses pencarian nilai dan spiritual.

Hingga sang tokoh tercerahkan dan menemukan kesadaran bahwa puncak kekuasaan sesungguhnya bukan pengusaan dan kekuatan politik tapi kebijakan yang berakar dari semangat menyejahterakan rakyat. Akhirnya kebenaranlah yang menang.

Sutradara dan penulis naskah adalah Agus Noor, penata musik dan penata tari adalah Djaduk Ferianto, penata artistik adalah Ong Hari Wahyu sedangkan para pemain antara lain adalah Butet Kertaredjasa, Sujiwo Tejo, Happy Salma, Soimah, Sruti Respati, Cak Lontong, Akbar, Inayah Wahid, Luluk Sumiarso, Susilo Nugroho, Marwoto dan lainnya.

Quote