Pergerakan Megawati: Warisan, Pengalaman dan Pengamalan
Jakarta, Gesuri.id - Megawati Soekarnoputri selama ini kerap hanya dipahami sebagai seorang politisi dan Presiden Republik Indonesia ke-lima, sementara Megawati sendiri “Pustaka Jalan” yang ditempa langsung oleh Presiden Soekarno dari kecil hingga masa dewasanya.
Tidak hanya ajaran Pancasila, geo-politik, geo-ekonomi bung Karno juga mengajarkan tentang falsafah hidup sedari hubungan manusia dengan manusia “Hablum Minannas” hubungan manusia dengan Tuhan “Hablum minallah” hingga hubungan manusia dengan alam “Hablum Minal Alam”.
Megawati juga sedari kecil sudah diajarkan oleh bung Karno tentang bagaimana melihat dunia dengan cinta, kemudian dalam pengamatannya beliau melihat bagaimana Tuhan memberikan anugerah alam semesta untuk semua mahluk.
Pengalaman langsungnya dimulai dari bagaimana beliau melihat, merawat dan menghargai lingkungan Dimana beliau tinggal, misalnya pada sebuah pohon yang hidup tidak untuk berdiri sendiri, pada batang, ranting dan daunnya kerap dijadikan rumah bagi burung dan bajing, sementara akar-akarnya yang tersimpan dibawah tanah menjadi lem bumi yang mengikat bumi sebagai pertahanan bumi.
Tak berhenti disitu, Megawati juga mampu melihat keseluruhan realitas dengan pendekatan “Teosofi” dengannya menuntun beliau menemukan makna hidup hakiki. Sebuah kehidupan yang mengedepankan keseimbangan antara manusia dan alam, menjadi manusia yang bijak dengan mengunakan segala sesuatu secukupnya tidak serakah, serta mampu memahami dealektika alam, manusia menjaga alam, alam menjaga manusia.
Ajaran Teosofi memberikan Megawati pemahaman yang sangat dalam, hal ini terlihat bagaimana beliau memandang segala ciptaan sang Tuhan diyakini memiliki ruh dan mampu berkomunikasi dan berinteraksi antara Tuhan, Manusia dan Alam.
Selanjutnya kebijaksanaan tersebut beliau bawa kedalam semua ranah kehidupan tak terlepas dalam panggung politik. Soekarno selama menjadi presiden berjuang menolak industri tambang, penebangan liar, dan segala suatu yang akan melukai ekologi, api perjuangan bung Karno tidak berhenti, Megawati baik menjadi pejabat publik maupun tidak terus dan terus mengkampanyekan anti illegal logging, tambang, dan penanaman sawit.
Pertiwi Menangis: Kerusakan Ekologi dan Kehancuran Moral
Megawati kerap menyerukan kepada publik “Jangan sembarang menebang pohon, jangan hanya melihat dari sisi ekonomi, atau alasan lain seperti investasi. Saya setuju hal itu, tapi jangan jadikan alasan ekonomi sebagai pembenaran merusak alam”. Pertiwi Sumatera Menangis, rakyat se-Nusantara menggugat tanya, semua berbondong-bondong mengirimkan doa mengetuk pintu langit, semua berbondong-bondong bergerak menghimpun berubah ragam bantuan, gotong royong tumbuh alami menyinari Nurani.
Tepat pada tanggal 4 Desember telah memasuki hari kesebelas sedari awal bencana ini datang, mengutip dari CNN Indonesia update pukul 18.03 sebanyak 836 orang meninggal dunia dengan rincian dan 623 orang hilang, 3,2 Juta orang terkena dampak, 600.000 orang mengungsi, serta 10.000 rumah rusak.
Akhirnya apa yang ditakutkan oleh Megawati Kembali terjadi, bencana bak hujan rintih yang terus ada melanda bumi pertiwi. Dengan sigap Megawati mengeluarkan instruksi kepada seluruh kader untuk bahu membahu membantu rakyat Sumatera.
Semua kader bergerak serentak turun ke lapangan, pelbagai kekuatan disatukan ada yang bergerak dibidang Kesehatan, bergerak mengumpulkan donasi, bergerak mengumpulkan logistik hingga pengiriman ke Lokasi serta ada yang bergerak dalam ranah politik, para wakil rakyat dari PDI Perjuangan meminta pemerintah untuk segera menaikan level bencana nasional mengingat dampak yang dirugikan begitu dahsat mulai dari aspek manusianya, kerusakan rumah warga, kerusakan infrastruktur, hingga yang paling mendasar kerusakan ekonomi.
Bencana tidak semua karena takdir tuhan, Sebagian besar karena prilaku manusianya sendiri, gunung-gunung digunduli, gunung dan tanah digali tanpa ampun, Sungai-sungai kotor, akhirnya air hujan tak mampu meresap pada tanah dan aliran Sungai ia berjalan menemukan jalannya sendiri menjadi banjir, longsor, hingga gempa bumi. Lalu pertanyaannya apakah ini murni bencana, ataukah sebenarnya bencana moral manusia?
Pemerintah pusat hingga kini belum menempatkan status bencana nasional. Sementara itu, indikator penentuan status tersebut telah gamblang diatur dalam UU No.24/2007 tentang penanggulangan Bencana serta peraturan Kepala BNPB No.25/2012.
Ketika dampak bencana telah melampaui kapasitas pemerintah daerah, baik dalam koordinasi, anggaran, maupun logistik, maka negara wajib turun tangan secara langsung. Hingga disini timbul pertanyaan, apakah pemerintah menilai bencana ini masih “mampu ditangani daerah” ataukah pusat justru menutup mata terhadap Nasib rakyat Sumatera.
Jalan Kesadaran Ekologis
Tahap Kebangunan Jiwa Bumi
Manusia Adalah perusak sekaligus penyelamat bumi, ditangannya akan melahirkan bencana kehancuran dan ditangannya akan lahir kebaikan dan Kebajikan. Manusia dan alam hendaknya harus dipahami secara kosmos, sama-sama diciptakan oleh Tuhan, dan dalam prakteknya hidup harus bergandengan, tidak boleh mengunakan alam secara berlebihan sebab sebaliknya jika alam diekploitasi secara berlebihan jika alam marah akan menggilas banyak manusia seperti yang kerap terjadi kerusakan ekologi. Untuk menjalankan itu manusia hendaknya dipandu denga cinta.
Tahap Pembersihan Cakrawala Pikiran
Megawati mengingatkan kita bagaimana cara manusia menjaga bumi, beliau mengatakan cinta adalah tindakan, jika kita cinta bumi maka kita harus merawatnya, kalau kita cinta bangsa kita lindungi. Tanggungjawab merawat bumi Adalah tanggungjawab manusia dimuka bumi, tidak hanya dibebankan pada pemerintah, melainkan seluruh manusia.
Namun demikian, pemerintah memiliki tugas dan fungsi yang fundamental, sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan perizinan harus berhati-hati serta obyektif dalam melangkah dan harus mengakhiri seremonial formalitas. Demikian juga para Dewan Rakyat sebagai pengawasan kebijakan.
Konsolidasi semesta menguggah kesadaran nasional memang bukan pekerjaan mudah, namun demikian Megawati tak pernah berhenti terus dan terus menyuarakan Merawat Pertiwi, kenapa demikian? Karena Megawati ingin Indonesia raya abadi selama-lamanya, kesadaran regeneratif ini yang menjadi energi dalam dirinya dan seluruh kader PDI Perjuangan. Pekerjaan ini tentu tak dapat dilakukan sendiri melainkan harus menjadi pekerjaan nasional baik pemerintah dan rakyat. Semua harus melepas ego sektoral dan melangkah bersama dalam tujuan yang sama menyelamat bumi dan berusaha memastikan Indonesia Abadi.
Tahap Penyusunan Tenaga Rakyat Semesta
Terciptanya harmoni pembuat kebijakan (Pemeritah), obyek kebijakan (lahan), pengawas kebijakan (DPR), serta manusia dan lingkungan obyek tersebut akan menghasilkan keseimbangan ekologi. Dengan demikian laku kehidupan akan memancarkan keindahan semesta, sejalan dengan pemikiran Megawati “politik adalah jalan pengabdian, mengabdi pada rakyat, pada tanah air, pada alam”.
Bila semua stakeholder dan manusianya mampu menunaikan tugas suci ini tidak ada keraguan dalam diri kita Indonesia Raya abadi selama-lamanya.
Visi menyelamatkan bumi hendaknya harus dilakukan secara bersamaan di mulai dari presiden, mentri, gubernur, bupati, DPR, dan rakyat. Dimulai dari penyusunan regulasi, riset, hingga terbentuk sebuah pedoman baru yang akan menciptakan era baru atau tatanan kehidupan baru.
Demikian pula Aparat Penegak Hukum (APH) harus memedomani aturan tidak tunduk pada oligarki atau kekuatan politik melainkan pada aturan, karena kelestarian alam sama pentingnya dengan sesuap nasi. Akhirnya rakyat secara bertahap akan terbiasa merawat pertiwi.
Tahap Kesadaran Ekologis
Tahap ini Adalah hasil dari semua tahap diatas, ia akan menjadi produk ajaran berkehidupan, sebagaimana bangsa Indonesia secara eksistensi kenegaraan berdiri tahun 1945, namun sebagai bangsa-bangsa kita sudah sangat tua, Gus Muafiq salah satu singga NU mengatakan keberadaan bangsa Nusantara sudah terekam sejak abad 1 Masehi.
Dalam salah satu Kitab jawa kuno Manawa Dharmasastra sebuah kitab bercorak hindu yang mengatur tentang tata kehidupan umat manusia didalamnya juga terdapat konsep komunikasi dan interaksi manusia dan alam. Dengan demikian Revolusi Ekologis merupakan jawaban atas kerusakan ekologi yang dilakukan oleh manusia modern.

















































































