Ikuti Kami

Refleksi Kudatuli, Kekuatan Rakyat Jangan Disepelekan

PDI Perjuangan meyakini kesatuan dengan rakyat yang selama ini dipraktikkan takkan bisa dihancurkan oleh kezaliman. 

Refleksi Kudatuli, Kekuatan Rakyat Jangan Disepelekan
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Foto: Gesuri.id/ Elva Nurrul Prastiwi.

Jakarta, Gesuri.id - PDI Perjuangan meyakini kesatuan dengan rakyat yang selama ini dipraktikkan takkan bisa dihancurkan oleh kezaliman. 

Hal tersebut merupakan refleksi dari partai berlambang banteng moncong putih atas peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli), 23 tahun lalu.

Baca: Respons Ucapan Andi Arief, Eva Ungkit Peristiwa Kudatuli

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menuturkan peristiwa 27 Juli mempertontonkan bagaimana kekuasaan yang otoriter mencoba menghilangkan seluruh aspek kehidupan PDI. 

Kantor DPP PDI diserang dan berusaha dihancurkan, namun berkat kekuatan dari rakyat, akhirnya bisa tetap mempertahankannya.

"Jadi meskipun secara fisik kantor partai hancur lebur, tetapi semangat jiwa raga kita tidak pernah hilang," ungkap Hasto di hadapan peserta Konferda DPD PDI Perjuangan Propinsi Jawa Barat, di Bandung, Sabtu (27/9).

Oleh karena itu, kata Hasto, PDI Perjuangan mengucap syukur atas pasang naik turunnya semua manajemen kepartaian. Dia menilai, Tuhan masih tetap memberkahi perjuangan PDI Perjuangan bersama rakyat sehingga menjadi pemenang pemilu 2019.
 
“Dalam pemilu tahun 2019 PDI Perjuangan kembali dipercayai rakyat sebagai pemenang pemilu, demikian juga pemenangan pemilu presiden. Inilah tanggung jawab masa depan bahwa kekuasaan itu untuk kepentingan rakyat," tegas Hasto.

Sementara di kantor DPP PDI Perjuangan, upacara tabur bunga diperingati untuk mengenang peristiwa Kudatuli. Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning yang memimpin acara tersebut.

Baca: Kasus Kudatuli, PDI Perjuangan Kembali Sambangi Komnas HAM

Peristiwa 27 Juli 1996 adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) serta dibantu oleh aparat dari kepolisian dan TNI.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat.

Quote