Ikuti Kami

Taruna Merah Putih Gelar Pelatihan Jurnalistik

Informasi dan komunikasi publik melalui media massa dan sosial media di era digital saat ini sangat penting dikuasai.

Taruna Merah Putih Gelar Pelatihan Jurnalistik
DPP Taruna Merah Putih menyelenggarakan Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik Angkatan I yang menyasar kader Taruna Merah Putih di Jabodetabek dan Jawa Barat, Sabtu (7/8). (Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Usai menggelar baksos di wilayah Jabodetabek pada pekan lalu, DPP Taruna Merah Putih menyelenggarakan Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik Angkatan I yang menyasar kader Taruna Merah Putih di Jabodetabek dan Jawa Barat, Sabtu (7/8).

Baca: Koreksi Fadli Zon Terhadap Baliho Puan Maharani, Salah!

Sekjen DPP Taruna Merah Putih, Restu Hapsari menilai bahwa informasi dan komunikasi publik melalui media massa dan sosial media di era digital saat ini sangat penting dikuasai, baik oleh personal maupun organisasi.

Kegiatan-kegiatan dan program yang dilaksanakan akan bisa dengan mudah dan efektif tersosialisasi melalui penulisan berita di media maupun sosial media.

“DPP Taruna Merah Putih menyelenggarakan Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan jurnalistik bagi para kader Taruna Merah Putih. Pada pelatihan di Angkatan I ini diikuti oleh 18 orang peserta yang sudah terseleksi dari 20 kabupaten/kota di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. Dan nantinya akan dilanjutkan dengan Angkatan II dan seterusnya dari seluruh Indonesia," jelas Restu.

Ia mengharapkan,  dengan pelatihan ini para kader Taruna Merah Putih akan dapat secara aktif mensosialisasikan berbagai kegiatan dan program organisasi sayap PDI Perjuangan maupun kegiatan-kegiatan partai. Selain itu juga akan menjadi bekal keterampilan untuk secara profesional menjadi pekerjaan bagi yang memang punya cita-cita menjadi jurnalis.

Ketua Panitia sekaligus mentor pelatihan, Yayan Sopyani menjelaskan, pelatihan ini merupakan bagian dari pendidikan keterampilan bagi kader Taruna Merah Putih di bidang penulisan dan fotografi jurnalistik.

“Pelatihan ini sangat penting untuk melatih kader kader Taruna Merah Putih agar lebih efektif dan masif menyebarkan ideologi Pancasila,” ungkap Yayan.

Ia menilai, pelatihan ini juga sangat relevan untuk menjawab tantangan partai dari serangan para buzzer dan penyebar hoax, serta untuk bisa melatih kader dalam menuangkan gagasan mereka.

Kegiatan yang diselenggarakan secara virtual ini menghadirkan narasumber wartawan senior dan fotografer media, yaitu Monang Sinaga Dewan Pengawas LKBN ANTARA dan Dikhy Sasra Redaktur Pelaksana Detik.com. Selain itu, pelatihan ini juga melibatkan para mentor yang mendampingi peserta dalam agenda pelatihan tersebut yakni, Restu Hapsari Sekjen DPP Taruna Merah Putih, Nico Siahaan Ketua DPP Taruna Merah Putih Bidang Pemuda dan Pelajar, Yayan Sopyani Pemimpin Umum Majalah Online Genial, Maya Sofia Ketua DPP Taruna Merah Putih Bidang Perempuan dan Anak, dan Rolas Sitinjak Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta.

Terkait jurnalistik atau penulisan berita, Monang memaparkan, bahwa hal yang menjadi poin utama adalah memahami terlebih dahulu definisi sebuah berita, konten dan konteks atau peristiwa sehingga memiliki bobot nilai yang layak diberitakan.

“Pedoman dalam memberitakan sebuah peristiwa bahwa kejadian yang layak diberitakan jika memenuhi nilai berita, antara lain aktual, yakni terkini; faktual, yakni peristiwa nyata; penting, yakni punya ketokohan (prominence); berdampak (consequences); ada kaitannya dengan kepentingan umum; menarik, yakni menghibur, aneh/ganjil, memiliki kedekatan (proximity), human interest, seks, dan konflik,” jelasnya.

Selain itu, Monang menegaskan, rumus yang paling mendasar dalam unsur berita adalah 5W + 1H, yaitu What, Who, When, Where, Why, dan How. Kemudian terkait jenis berita, setiap kader Taruna Merah Putih harus memahami tentang straight news, hard news, soft news, interpretative news, dan depth news.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan dalam penulisan berita, yakni menangkap intisari suatu peristiwa atau fakta, disusun menjadi berita, susun judul dan lead berita yang singkat dan menarik, opini reporter/penulis tidak boleh ada dalam berita, hindari ketidakakurasian dan distorsi, gunakan kaidah bahasa yang baik dan benar dan sesuai dengan KBBI, dan hindari typo atau salah ketik,” pesan Dewan Pengawas ANTARA tersebut.

Selanjutnya, Dikhy Sasra menjelaskan, dalam konteks fotografi jurnalistik, setiap jurnalis lapangan harus memahami  beberapa teknik dan angle berita seperti foto yang berisikan gambar dari suatu peristiwa yang terjadwal atau direncanakan sebelumnya.

Terkait fotografi jurnalistik, jelas Dikhy, tentu tidak lepas dari kaidah-kaidah etika yang ada dalam undang-undang pers. Namun, sekarang ini fenomena medsos (media sosial) sangatlah mempengaruhi kinerja media mainstream (arus utama). Kini sudah bukan hal baru lagi media mainstream "mengekor" isu dari medsos untuk mendapatkan rating.

Baca: Politikus Ikan Lele Ala Abdul Mu'ti, Arteria: Mawas Diri !

Menurut Dikhy, tantangan ke depan adalah bagaimana fotografi mampu berbicara dalam bahasa emosi diam, karena hakekatnya foto yang baik adalah foto yang mampu 'berbicara' dan dapat mewakili suara subjeknya.

“Fotografi jurnalistik kini banyak sekali sumber dan referensi tentang fofo-foto yang dapat kita cari dari medsos sebagai acuan untuk pemotretan. Fotografi dalam era digital saat ini manjadi hal penting, walau ada sebagian berpandangan sebaliknya. Fotografi menjadi hal yang krusial karena sifatnya yang membekukan kejadian, bukan merekam peristiwa. Sifat membekukan kejadian ini menjadikan fotografi memiliki emosi yang lebih mendalam dibanding media video. KIta bisa menerawang jauh ketika melihat foto masa kanak-kanak yang penuh suka cita,” ungkap Dikhy.

Quote