Jakarta, Gesuri.id – Bupati Trenggalek, Muhammad Nur Arifin atau akrab disapa Gus Ipin, menegaskan bahwa memilih model pembangunan ekstraktif—yang rentan korupsi dan merusak lingkungan—sama dengan memilih kerugian ekonomi dan ekologi bagi negara.
Ia membandingkan potensi ekonomi hijau yang jauh lebih unggul, sejalan dengan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk merawat bumi.
Pernyataan ini disampaikan Gus Ipin usai menghadiri Seminar Nasional Refleksi Hari Anti Korupsi Sedunia di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta, Selasa (9/12/2025), di mana ia memaparkan pengalamannya menolak izin tambang emas di Trenggalek.
Gus Ipin mengawali dengan kritik terhadap pemahaman bahwa melindungi segenap bangsa hanya domain pertahanan. Menurutnya, ancaman terbesar saat ini adalah krisis iklim (climate crisis), sehingga perhatian harus dialihkan ke sana.
Hal ini sejalan dengan napas Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, yang ingin merawat Pertiwi.
"Kita ingin meluruskan pemahaman di dalam undang-undang kita bahwa melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah itu bukan cuma domain pertahanan saja. Sekarang kita sama-sama tahu bahwa ternyata ancaman terbesar itu adalah krisis iklim," ujarnya.
Gus Ipin kemudian membawa argumen ke ranah ekonomi dan korupsi. Ia berpendapat, jika ada potensi kerugian negara, itu bisa diindikasikan sebagai korupsi. Kerugian negara terlihat jelas dari potensi ekonomi yang hilang karena memilih model yang salah.
Ia merujuk pada sebuah studi yang menunjukkan perbedaan signifikan antara dua model ekonomi. Ketika kita bertransformasi kepada Ekonomi Hijau (Green Economy), mampu menambah Produk Domestik Bruto (PDB) hampir 3.000 triliun rupiah.
Sementara itu, jika model Ekstraktif (Business As Usual) tetap menjadi domain, ia hanya menghasilkan tambahan PDB sekitar 1.800 triliun rupiah.
"Kalau kita ngomong korupsi atau tidak, Anda milih 3.000 triliun atau 1.800 triliun tambahan terhadap ekonomi? Berarti kan harusnya milihnya yang lebih menambah PDB kita, berarti harusnya ke ekonomi hijau," tegas Gus Ipin.
Ia ingin menunjukkan bahwa pilihan ekonomi bersih secara finansial jauh lebih menguntungkan.
Bupati muda ini menyadari tantangan terbesar bukan sekadar menolak kegiatan ekstraktif, melainkan mencari solusi alternatif.
"PR-nya adalah mencari ekonomi tanding yang ekonomi dan ekologi bisa hand in hand [berjalan beriringan]," kata Gus Ipin.
Ia menegaskan bahwa masih banyak cara berekonomi yang mampu menambah PDB tanpa harus merusak lingkungan.
Sikap yang diambilnya, menolak tambang emas dan mendorong ekonomi hijau, adalah bentuk konkret implementasi pesan Megawati di tengah semangat Hari Anti Korupsi Sedunia.
Acara seminar tersebut turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Mantan Jubir KPK Febri Diansyah, Direktur KPK 2012-2021 Giri Suprapdiono, dan aktivis lingkungan Uli Arta Siagian (WALHI).

















































































