Jakarta, Gesuri.id - Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru menanggapi imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) yang meminta pejabat publik yang beragama Islam untuk tak menggunakan salam agama lain.
Pria yang akrab disapa Gus Falah itu menegaskan pengucapan salam agama lain oleh pejabat Muslim dalam pidato yang resmi bukanlah pelecehan, apalagi penistaan terhadap agama.
Baca: Tunduk Pada Fatwa MUI, Bukan Cara Melawan Radikalisme!
“Kita ini di bumi Pancasila tentunya harus menggunakan tepo seliro, menggunakan unggah ungguh. Budaya ini adalah bentuk mempererat tali silaturahim sesama anak bangsa,” ujar Gus Falah kepada Gesuri, Selasa (12/11).
Gus Falah menilai, sebuah salam persaudaraan yang berfungsi mempererat tali silaturahim bagus, baik dan banyak manfaatnya daripada mudharatnya.
Gus Falah pun mengingatkan, masih banyak tugas kita sebagai warga negara untuk berkarya dan menyelesaikan segala persoalan bangsa dan Negara.
“Janganlah kita gampang mengeluarkan pernyataan yang membuat resah dan saling mencurigai. Mari kita saling menghormati segala suku bangsa agama yang ada di tanah air tercinta ini,” pungkasnya.
Seperti diketahui, MUI Jatim telah menerbitkan imbauan agar umat Islam dan para pejabat untuk menghindari pengucapan salam dari agama lain saat membuka acara resmi.
Baca: Risma Tolak Larangan Salam Semua Agama Oleh MUI
Imbauan tersebut termaktub dalam surat edaran bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang ditandatangani oleh Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum Ainul Yaqin.
Dalam surat itu, MUI Jatim menyatakan bahwa mengucapkan salam semua agama merupakan sesuatu yang bidah, mengandung nilai syuhbat, dan patut dihindari oleh umat Islam.