Ikuti Kami

Johan Budi: Saya Ingin Beri Warna Lain Pada PDI Perjuangan

Johan Budi memiliki rekam jejak yang jelas, itu sejalan dengan tekad kuat PDI Perjuangan sebagai partai yang kuat dan bersih. 

Johan Budi: Saya Ingin Beri Warna Lain Pada PDI Perjuangan
Capres Nomor Urut 01, Joko Widodo dan Caleg PDI Perjuangan, Johan Budi.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuktikan komitmennya sebagai partai yang bersih. Hal itu dibuktikan dengan bergabungnya mantan juru bicara KPK, Johan Budi sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) PDI Perjuangan.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan Johan Budi memiliki rekam jejak yang jelas, dan hal itu sejalan dengan tekad kuat PDI Perjuangan sebagai partai yang kuat dan bersih. 

Partai yang bersih adalah partai yang mampu mengelola keuangan partai secara mandiri meski dengan ribuan anggota yang bergabung di dalamnya.

Ya, memang PDI Perjuangan sangat berkomitmen untuk menjadikan dirinya sebagai partai yang bersih.

Hadirnya Johan Budi yang maju di daerah pemilihan (Dapil) VII Jawa Timur yang meliputi Ngawi, Magetan, dan Ponorogo dengan nomor urut 1 itu, memang telah sejalan dengan misi partai untuk memperkuat kelembagaan ke-partaian agar terus memerangi korupsi.

Pada kunjungannya ke redaksi Gesuri, Johan Budi bercerita seputar pencalegannya, visi-misinya hingga strategi kampanye yang disusun. Berikut cuplikan wawancaranya.

Bu Mega mengatakan semua caleg harus turun ke dapilnya masing-masing, Anda sudah turun ke dapil?

Bahasa beliau kan 'bersalaman lah dengan masyarakat kecil'. Saya beberapa kali sudah ke Dapil. Dapil saya kan Jatim VII, di Ngawi, Trenggalek, Magetan, Pacitan dan Ponorogo.

Di Pacitan misalnya, saya bertemu dengan komunitas, jadi di sana ada kepala desa, yang mengikuti juga kegiatan-kegiatan di desanya, seperti nelayan, petani, kemudian juga komunitas-komunitas yang lain, bahkan seperti komunitas motor, itu kita diskusi, apa yang menjadi kekurangan dan keinginan masyarakat di sana. Dalam kaitan tidak ada pembangunan, itu kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.

Saya juga ke Trenggalek, sempat ke pondok pesantren, beraudiensi dan juga bertatap muka langsung dengan pengurus pondok dan muslimat di sana. Kami berdiskusi apa-apa yang menjadi harapan sekaligus juga menyampaikan apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahan pak Jokowi. 

Kita diskusi ada pertanyaan, kemudian ada juga permintaaan-permintaan yang bisa saya langsung sampaikan kepada pak Presiden, kebetulan saya juga masih aktif di staf khusus Presiden.

Bagaimana pemetaan di dapil?

Sebenarnya isu-isu yang menyentuh masyarakat bawah itu, setelah saya ke dapil, ke beberapa tempat di desa-desa itu, isu-isu yang mereka bawa sebenarnya bukan isu-isu yang selama ini menjadi 'gorengan' di tingkat nasional. 

Isu-isu yang muncul di media sosial, seperti dolar, utang, itu tidak sampai atau menjadi perhatian di masyarakat bawah.
Tapi isu-isu yang muncul adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat secara langsung. Ia mencontohkan di Trenggalek ditemukan kebutuhan pupuk yang masih kurang, kemudian bagaimana memasarkan hasil ikan. 

Itu isu-isu yang justru kena, yang menjadi perhatian, masyarakat grass-root. Dan kebanyakan mereka menyampaikan bahwa apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini, itu bagi mereka sangat positif. 

Pembangunan infrastruktur yang kemudian memudahkan mereka untuk menyalurkan, misalnya komoditas yang dihasilkan di daerah. Kemudian mereka bisa, tidak hanya memasarkan produk di daerah, tetapi juga mobilitasnya menjadi cepat. Konektivitas yang selama ini digemborkan di tingkat pusat ini, ternyata di bawah dirasakan secara langsung.

Bagaimana persaingan dengan incumbent?

Di Jatim VII kan tidak ada incumbent. Incumbent di Jatim VII tidak nyaleg lagi. Tapi memang di Jatim VII persaingannya agak ketat. Ada calon-calon incumbent dari partai lain, yang cukup banyak suara.

Apakah masyarakat sudah mengenal Anda?

Entah karena dulu saya sering tampil di TV, waktu bekerja di KPK, banyak yang kenal. Ketika saya ke Dapil itu, banyak yang sudah tahu, cukup akrab lah.

Bagaimana prospek suara di dapil?

Saya intinya begini, saya ditugaskan oleh Partai, sekaligus juga ikut membantu dalam pencalegan ini tidak hanya ikut membesarkan suara Partai, tetapi juga ikut membesarkan nanti suara dari pak Jokowi di Pilpres 2019. 

Saya bagaimana untuk memperoleh itu dengan cara-cara yang selama ini saya yakini benar. Selama ini kan banyak persepsi publik yang jelek terhadap caleg atau untuk menjadi anggota DPR itu perlu dana yang besar, "money politic" lah, itu kan persepsi yang ada di publik. 

Saya ingin melalukan hal yang berbeda terhadap persepsi yang ada di situ. Jadi saya kalau kampanye, kalau saya hadir sosialisasi, saya sampaikan apa programnya, kemudian kita itu harus seperti apa menjadi anggota DPR itu.

Memang masing-masing daerah, tanggapan masyarakat bisa berbeda-berbeda, dan Daerah Pemilihan VII Jawa Timur itu kan ada lima kabupaten. Itu juga dari sisi suara partai kan, dari yang satu PDI Perjuangan tidak menang. Kantung-kantung suara untuk Partai kan berbeda. 

Kalau Ngawi mungkin PDI Perjuangan yang dominan. Tapi seperti Ponorogo kan tidak, Pacitan apalagi. Itu juga mungkin mempengaruhi bagaimana menyakinkan kepada publik, kepada masyarakat bahwa menjadi anggota DPR itu harus komit, tidak dengan cara ‘money politic’. 

Apa sih resiko yang dialami oleh Caleg? Itu kan hanya satu saja, tidak dipilih. Saya berangkat, ketika memutuskan untuk menjadi calon legislatif dari PDI Perjuangan, saya sudah memperhitungkan itu, bahwa bisa menjadi calon anggota legislatif dengan cara-cara yang tidak dengan ‘money politic’, dengan cara-cara yang tidak dipersepsikan oleh publik kebanyakan selama ini. 

Saya ingin meyakinkan itu. Hanya resikonya, kita bisa tidak jadi (anggota DPR). Itu saja, sederhana saja. Kita tidak jadi anggota DPR juga masih ada lahan lain yang bisa kita lakukan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. 

Saya ingin juga sampaikan, tidak ada satu pun caleg dari partai manapun yang kemudian tahu bahwa masyarakat itu akan memilih kita, tidak ada yang tahu. Yang tahu adalah orang per orang itu, ketika dia di bilik suara, memutuskan memilih siapa. 

Bahkan siapapun caleg itu memberikan uang untuk memilih dia, tidak ada yang tahu. Jadi memberikan uang, itu tidak menjadi jaminan, bahwa dia akan memilih kita. Belum lagi kalau kita melakukan itu kan besar dananya, sementara Anda tahu sendiri saya kan tidak mempunyai dana yang besar (tertawa).

Saya sudah sampaikan ke DPP, saya berkampanye dengan cara yang saya sampaikan itu. Kita bersalaman, seperti yang disampaikan Ibu Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri, "sapalah masyarakat". 

Serius, saya datang itu mereka itu senang sekali, diajak diskusi, mengobrol, kita mendengar keluhan, syukur-syukur bisa saat itu juga, tidak menunggu pencoblosan, bisa memberikan solusi atas persoalan-persoalan mereka. 

Kalau saya di daerah ketemu (warga), ada problem apa, saya sampaikan langung ke pemerintah pusat. Misalnya, butuh saluran air. Tapi saya prinsipnya sampaikan juga, saya tidak mau kalau program itu hanya untuk pengurus, atau sekelompok orang. Saya terang-terangan. 

Tapi kalau untuk masyarakat banyak, tidak apa. Saya akhirnya tidak dipilih, misalnya, tidak masalah. Yang penting kan proses pencalegan saya itu berdampak positif buat masyarakat. Bonusnya adalah saya kepilih. Itu bonus. 

Di sisi lain mereka akan melihat partai di mana saya nyaleg juga kan? "Oh orang PDI Perjuangan ini juga peduli," misalnya. Masyarakat juga harus diberi tahu bahwa "kalau pilihan Anda itu hanya karena Anda diberi uang maka keuntungan pada saat itu saja."

Saya kan membawa dua misi pencalegan, yang pertama memperbesar suara PDI Perjuangan, kalau saya nyaleg ini ada gunanya buat PDI Perjuangan, bisa nambah suara. Yang kedua, seperti yang disampaikan Ibu Ketua Umum PDI Perjuangan, bahwa caleg PDI Perjuangan harus memenangkan nomor urut 01, pak Jokowi. Jadi misi saya dua itu. Saya jadi (anggota DPR) itu bonus.

Bagaimana menjalankan kampanye Anda?

Akhir September yang lalu pertama yang saya temui itu ranting dulu, terus DPC. Saya sudah ketemu DPC di Ponorogo, di Trenggalek, di Ngawi, di Pacitan, nanti besok ini saya mau ke DPC Magetan. Berdiskusi, menyerap aspirasi, sama saya tawarkan tadi apa yang menjadi konsep saya itu. Masing-masing DPC per orang bisa berbeda-beda ya, tapi saya mengajak itu. Dan semangat PDI Perjuangan itu kan gotong-royong. 

Apakah pembekalan caleg memberikan efek yang positif kepada Anda?

Sangat. Kemarin itu terus terang saja, saya banyak mendapat informasi, sekaligus juga mendapat tips-tips dari narasumber, bagaimana berkampanye, bagaimana membuat APK (Alat Peraga Kampanye). Kemarin itu banyak ilmu yang saya dapat. Ada pak Ahmad Basarah, yang memberikan gambaran bagaimana PDI Perjuangan, bagaimana Pancasila dalam konteks perjuangan Partai.

Apakah masuknya Anda ke PDI Perjuangan ikut membantu pencegahan korupsi di dalam internal PDI Perjuangan sendiri?

Saya ingin memberi warna yang lain kepada PDI Perjuangan. PDI Perjuangan selalu berbicara soal rakyat, dan PDI Perjuangan ini yang selalu menyuarakan pentingnya NKRI. Itu yang memperkuat eksistensi bangsa, dimana harus menjaga NKRI. 

Dalam konteks pemerintahan, partai itu sarana untuk memperjuangkan rakyat. Karena itu kita harus ke partai yang punya platform yang seperti itu. PDI Perjuangan itu platformnya saya kira sama dengan apa yang ada di pikiran saya.

Bagaimana Anda melihat serangan-serangan ke Partai?

PDI Perjuangan memiliki dua isu yang menurut saya perlu diperbaiki dalam persepsi publik. Pertama soal PKI itu, soal komunis dan lain sebagainya. Itu pihak lawan yang menyerang. Sampai sekarang persepsi itu selalu dimunculkan. 

Kedua, oknum-oknum yang bisa membuat citra partai ini menjadi tidak baik, seperti misalnya kepala daerah atau anggota legislatif yang melakukan korupsi. Tapi tolong sebutkan ke saya, mana partai yang tidak pernah ditangkap oleh KPK?.. Tetap saja itu oknum yang harus dipisahkan dari Partai.

Ibu Megawati sangat keras terhadap hal itu, sebab seperti kita ketahui yang menandatangi berdirinya KPK yaitu di zamannya Presiden Megawati Soekarnoputri. 

Oleh sebab itu, seperti yang saya bilang persepsi publik terhadap partai, itu diwakili orang-orang itu yang kalau kelakuannya jelek maka berimbas ke partai. 

Dengan bergabungnya Anda apa dampak positifnya bagi Partai?

Kalau itu, jangan ke saya, tanya ke Mas Hasto, Sekjen PDI Perjuangan, atau Ibu Megawati Soekarnoputri. Tapi saya masuk PDI Perjuangan, dalam konteks pencalegan ini, adalah yang pertama memperbesar suara Partai. 

Kenapa begitu? kalau PDI Perjuangan menang, Presiden Jokowi ini kader PDI Perjuangan, maka pemerintahan akan tetap berlanjut, konsep apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi kan sejalan dengan platform PDI Perjuangan. 

Kedua, saya memperjuangkan Pak Jokowi untuk terpilih kembali. Makanya setiap saat saya ke Daerah Pemilihan itu selalu saya sampaikan "Apakah hidup sekarang tambah enak?", kalau iya, "Pak Jokowi harus dua periode."

Bagaimana Anda menyikapi orang-orang yang menawarkan jual-beli suara kepada Anda?

Ini ada cerita, terjadi betul ini. Begitu saya diumumkan oleh Mas Hasto di KPU. Itu di WA banyak sekali, yang tidak aku kenal banyak sekali. Kadang-kadang sampai proposal, sudah keluar rupiahnya. Saya jawab, "Waduh, matursuwun, saya mohon doa dan restunya saja." Kalau berbicara itu, yang ingin saya sampaikan saya tidak punya duit (tertawa). Kalau Anda ingin bantu, ya bantu. 

Tapi saya dibantu DPP, seperti diberi survei (Dapil), posisinya ini, kebutuhannya ini.

Bagaimana Anda membagi waktu Anda sebagai staf khusus Presiden dalam pencalegan ini?

Tadi pak Presiden, setelah ada acara (bilang), "Pak Johan kok enggak ke Dapil-Dapil?" (tertawa).

Quote