Ikuti Kami

Meryl Rouli Saragih Duta Indonesia di Program Ekowisata AS

Meryl dikenal aktif melakukan Courtesy Meeting, membangun hubungan dengan perwakilan negara asing seperti duta besar, konsul dan lainnya

Meryl Rouli Saragih Duta Indonesia di Program Ekowisata AS
Meryl Rouly Saragih. (dokumen pribadi)

Jakarta, Gesuri.id - Politisi Muda Meryl Rouli Saragih yang saat ini duduk sebagai legislator DPRD Sumatera Utara kembali menorehkan prestasi di tingkat Internasional. Perempuan yang terpilih sebagai delegasi dalam Internasional Visitor Leadership Program (IVLP) oleh US Embassy dan US Department of State ini dikenal aktif dan terbiasa melakukan Courtesy Meeting, serta membangun hubungan dengan perwakilan negara asing seperti duta besar, konsul dan kegiatan lainnya.

Wanita cantik kelahiran 18 Mei 1990 itu, saat ini juga menjabat sebagai salah satu pimpinan perempuan termuda di DPRD Provinsi Sumatera Utara yaitu sebagai Ketua Bapemperperda (Badan Pembentukan Peraturan Daerah). 

Lulusan terbaik Pendidikan Kader Perempuan Nasional PDI Perjuangan ini juga dikenal aktif di dunia Lembaga Swadaya Masyarakat dan mendirikan Medan Creators Spaxe yang sering melakukan edukasi terhadap kaum muda dan milenial. 

Menjadi delegasi dalam Internasional Visitor Leadership Program (IVLP) oleh US Embassy dan US Department of State. Bagaimana proses serta pengalaman yang ia dapatkan saat mengikuti program tersebut, berikut petikan wawancara langsung jurnalis Gesuri.id Haerandi dengan Meryl Rouli Saragih, SH, MH.

Bagaimana proses terpilihnya oleh Kedutaan USA sebagai peserta IVLP?

Internasional Visitor Leadership Program (IVLP), program dari US Department of State, kalau disini semacam kementerian luar negeri dari Amerika Serikat, dimana program ini sudah berjalan selama 80 tahun, jadi yang terpilih ini adalah dari US Embassy dan dari US Department State. 

Di IVLP ini ada beberapa topik, ada tentang US and Diplomacy yang sudah pernah saya ikuti tahun lalu hanya karena pandemi saya tidak bisa berangkat ke Amerika, jadi 3 minggu itu kita online di Indonesia, yang saya berangkat ini topiknya tentang sustainable ecotourism. Jadi apa ecoturism atau ekowisata yang berkelanjutan dan berkesinambungan bukan hanya memikirkan tentang pariwisata tapi juga tentang alam, kelestarian lingkungan juga diperhatikan, lalu pertumbuhan ekonominya, kemudian juga tentang manusianya, seperti pemberdayaan manusianya.  

Jadi saya dihubungi oleh konsulat Amerika di Medan Mr. Gordon Church waktu itu kita ngobrol, kemarin saya sebenarnya cuma Courtesy Meeting seperti biasa. Karena kan saya backgroundnya sempat bekerja di NGO jadi terbiasa ngobrol sama Duta Besar, perwakilan. Jadi dia baru ditempatkan di Medan Sumatera Utara, jadi saya ajak Courtesy Meeting dan di akhir pembicaraan dia bilang kamu mau tidak ikut ke Amerika?

Karena dia melihat profil saya sebagai perempuan muda, politisi, ketua Bapemperda, dan di Sumatera Utara ini kan masih banyak sosial stigma tentang perempuan tapi saya bisa menjadi salah satu unsur pimpinan di DPRD Provinsi Sumatera Utara, dia juga melihat saya punya beberapa gerakan dan MRS Foundation khusus untuk pemberdayaan perempuan, dimana kita banyak melakukan training, pelatihan soft skill, kemudian jadi bisa bantuan bantuan untuk memberdayakan perempuan, kemudian punya Medan Creators Spaxe dimana itu adalah Co Working Space untuk anak-anak muda, yang tadinya posko pemenangan saya tapi saya dedikasikan ke anak-anak muda dengan gratis agar bisa berkarya dan berkreasi.  

Proses terpilihnya sebagai delegasi seperti apa?

Mereka melihat proses seleksinya sendiri di internal kedutaan Amerika dengan US Department of State, kemarin ada beberapa nama berjumlah 6 orang yang berangkat serta terpilih termasuk ada wakil bupati Natuna serta Sekda beberapa daerah, jadi terpilih dan diharapkan program selama 2 minggu di Amerika ini bisa diimplementasikan di daerah masing-masing, kalau saya di kota Medan tapi Fokus utama saya kemarin itu membawa Danau Toba.

Agenda apa saja yang dilaksanakan selama 2 minggu tersebut?

Dua Minggu itu kita bertemu dengan pemerintah Amerika Serikat dari US Department of State, US Department of Interior kemudian juga ketemu dari Nasional Park Service, karena terkait Economy Sustainable ini Amerika sendiri punya satu badan namanya Nasional Park Service yang mengurus taman nasional di Amerika Serikat. 

Saya pergi ke Washington DC, Charleston di South Carolina dan Portland di Oregon, terakhir ke Los Angeles di setiap tempat ini mengunjungi Taman Nasional dan Wilayah Konservasi.

Selama di sana kita bertemu dengan pemerintah daerah setempat, kemudian dengan yang tadi Nasional Park Service juga ketemu dengan NGO serta perusahaan-perusahaan swasta yang terlibat untuk mengelola pariwisata yang berbasis Ecotourism itu di Amerika Serikat, jadi kita pergi ke daerah-daerah ini kayak Washinton DC dimana ini adalah kota pemerintahannya, jadi ada pihak ketiga juga namanya Meridian Institute mereka lah Yang menjadi EO agenda ini, kemudian ke Charleston South Carolina itu merupakan daerah pesisir yang terdapat banyak pabrik juga di sana, terus di daerah pantai, terus mimiliki kota tuanya. 

Bagaimana mereka bisa membangun dengan bagus kotannya, kemudian kita ke Corcreggan ada danau jadi mereka ini membangun Ecotourism yang terdapat unsur People, Profit Planet dimana tidak hanya berdasarkan bisnis saja tapi juga mereka peduli terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, kelestarian budaya dan sumber daya manusia.

Kita belajar, misalnya contoh kasus di Danau Toba yang mengelola Danau Toba itu Badan Otoritas Danau Toba dimana terjadi banyak kesulitan untuk membangun daerah di sana.

Saya mempelajari di Amerika ini waktu itu kita harus mulai dari kearifan lokalnya dulu, jadi bukan hanya berbicara terkait pembangunan-pembangunan yang menarik saja juga tidak hanya menjual keindahan alam tapi kita juga harus mempelajari dulu kearifan lokalnya, budayanya seperti apa, ekosistem dan komunitas yang sudah ada, siapa saja berada disitu diidentifikasi potensinya, nah dari situ kita memberikan pandangan-pandangan mengenai kesempatan melestarikan alam dan juga lingkungan, kemudian kesempatan untuk mereka menambah penghasilan untuk pertumbuhan ekonomi serta untuk pemberdayaan SDM setelah itu mereka mengkombinasikan. 

Dimana mereka ini semua diajak dan bahkan dibiayai oleh pemerintah dikasih anggaran dari pemerintah untuk dikelola.  jadi misalny di Danau Toba punya pengrajin Ulos, Nelayan peternakan ikan mas misalnya, wahana air, identifikasi potensinya di mana, di bina dan diberikan modal oleh pemerintah.

Jadi semacam kerjasama dengan pemerintah bagi hasil, dengan hal ini bisa mendorong pariwisata di daerah itu jadi bukan hanya dari satu arah dari pemerintah, pemerintah membangun ini tanpa melibatkan masyarakat yang ada di situ.

Apa saja yang didapatkan dari pertukaran ide?

Saya membawa Sumatera Utara bukan cuman Medan, waktu itu saya banyak bicara tentang Danau Toba. Di Medan Wisata Kota Lama Kesawan sedang dibangun, Kuliner di Medan juga terkenal. Kesawan City Walk dibangun Wali Kota Medan Bobby Nasution. Kolaborasi Medan Heritage, kawasan kota Tua Medan dengan Kuliner kota Medan menggandeng UMKM kota Medan dan seperti diketahui bahwa Danau Toba Masuk Daftar 10 Danau Paling Menakjubkan di Dunia.

Sebenarnya yang kita tonjolkan itu jangan cuma menjual bentuk alamnya tapi menjual ceritanya, bagaimana terbentuknya Danau Toba, awalnya kan jadi lebih kaya lagi dari pada hanya sekedar alam, termasuk kebudayaannya.

Kesadaran masyarakat diluar sangat tinggi untuk menjaga lingkungan, sementara  kita tuh kurang misalnya di Medan saja kenapa sering banjir karena masih banyak masyarakat yang buang sampah ke parit, sungai, tidak pada tempatnya, jadi setiap hujan banjir, pemerintah mau bagaimanapun juga kalau masyarakat yang kesadarannya enggak tinggi tetap akan kurang.

Saya melihat kesadaran masyarakat misalnya mereka tidak buang sampah sembarangan lagi, hampir tidak ada sampah sama sekali, mereka menghargai budaya adat istiadat daerahnya, terus tidak menggunakan SARA untuk di daerahnya. Kemudian dari pemerintahnya juga betul-betul banyak program-program yang mengundang salah satunya sebenarnya IVLP yang saya ikutin.

Gaya mereka berdiplomasi supaya kita mengenal Amerika seperti apa, kita pulang kembali ke daerah kita harus bagaimana gitu, jadi yang sangat saya lihat sangat bagus di sana kesadaran masyarakatnya sangat tinggi. Tentunya juga kesadaran masyarakat Indonesia diperlukan dan bagaimana sosialisasi dari pemerintah dengan cara yang efektif, juga kinerja pemerintah pasti yang ril untuk teman-teman meningkatkan tempat pariwisata di daerah tersebut, benar-benar turun, terjun. Seperti yang saya bilang memberikan pemberdayaan, bantuan modal, membuka akses untuk bisa mempromosikan daerah wisata itu ke banyak negara.

Dari pertukaran ide itu adakah yang bisa diterapkan di konstituen?

Kalau di sini (Sumut-red) sendiri orang yang masih sangat kurang mendapatkan akses terutama di daerah-daerah, sekarang bahkan memang bank-bank daerah, KUR dan sebagainya sudah disalurkan cuman kadang-kadang masyarakat kurang bisa diberdayakan. Untuk itu saya lebih fokus juga untuk pemberdayaan manusia, karena kadang mereka tidak tahu potensinya apa, mungkin mereka bingung mau ke mana dan mau diapakan. Jadi pemerintah harus turun dengan pendekatan kearifan lokal dan kebudayaan itu juga sangat penting untuk pemerintah.

Bagaimana melihat perbandingan di sisi sektor pendidikan dan kebudayaan?

Indonesia tidak kalah bahkan memiliki potensi yang sangat besar, jadi saya harap dengan studi banding ini kita mampu mengambil hal-hal yang baik serta positif tanpa menghilangkan rasa nasionalisme kita, ideologi kita misalnya terhadap Pancasila.

Jadi kalau dari sisi pendidikan bilang banyak juga Indonesia kayak anak-anak Indonesia, mahasiswa yang belajar disana tapi mereka juga kembali pulang untuk membangun Indonesia dari ilmu yang mereka udah dapatkan. 

Pada tanggal 14 nanti Duta Besar Amerika akan datang ke Danau Toba kunjungan kerja, jadi ini merupakan peluang untuk kita mempromosikan Danau Toba yang sangat kaya ke dunia luar serta membangun hubungan diplomasi.

Selain itu waktu saya ke Amerika juga mencari potensi-potensi Investor untuk investasi di Danau Toba, karena kenapa tidak kalau kita bisa mempromosikan Indonesia khususnya Danau Toba sampai ke mancanegara. Jadi dengan ini saya juga berharap mampu meningkatkan pendapatan asli daerah. 

Bagaimana pendapat Anda sebagai nominasi yang terpilih juga di youth political engagement in the digital age?

Ini menarik karena saat itu, ada sekitar 16 orang dari di Indonesia dimana terdiri dari unsur pemerintahan seperti KPU, BAWASLU, anggota DPR dan dari sektor pemerintahan bagaimana menggunakan teknologi untuk politik, anak muda jadi digitalisasi dan teknologi digunakan dalam penerapan dari implementasi kita di sektor-sektor pemerintahan.

Misalnya waktu itu saya dinilai mampu menggunakan sosial media, news paper dan digital media untuk menunjukkan hasil kerja dan kinerja saya sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi.

Jadi sekarang ini tidak bisa dipungkiri kita tidak bisa membendung literasi digital, kemudian bahkan sekarang sudah banyak yang pakai Artificial Intelligence, pasti nanti di 2024 itu pasti akan marak penggunaan teknologi, AI dan lain sebagainya.

Kemarin saat di kongres pembicaranya merupakan dari berbagai unsur misalnya dari NGO, dari anggota kongres, anggota DPR-nya di Amerika. Bicara tentang sistem pemerintahan dan demokrasi di Amerika. Amerika sendiri yang sudah 200 tahun lebih demokrasi yang negaranya, masih banyak terjadi turbulensi-turbulensi, sebenarnya masih ada isu isu SARA yang dimainkan misalnya saat Obama mencalonkan diri jadi presiden dan Donald Trump. 

Indonesia menurut saya bisa berbangga dan harus ditingkatkan lagi toleransi beragama kita karena identitas bangsa Indonesia selain gotong royong itu adalah toleransi yaitu bagaimana merepresentasikan dan mencerminkan melalui kinerja kita dan dibuat digital literasinya.

Quote