Ikuti Kami

Rano Karno Tak Pernah Jadikan Politik Batu Loncatan

Rano: Kehadiran saya di dunia politik memang agak lucu dan unik.

Rano Karno Tak Pernah Jadikan Politik Batu Loncatan
Caleg DPR RI PDI Perjuangan, Dapil III Banten, Rano Karno.

"Kehadiran saya di dunia politik memang agak lucu dan unik," ucap lelaki paruh baya kelahiran 8 Oktober 1960 tersebut. Dikenal lewat sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” yang populer pada tahun 90-an itu, nama Rano Karno semakin tersohor sebagai aktor peran dan sutradara kawakan Indonesia.

Siapa sangka, pada awal tahun 2007, Ia maju sebagai Calon Wakil Bupati Tangerang. Ibarat kejatuhan buah durian, Rano berhasil memenangkan kontestasi politik pertamanya dengan raihan suara terbanyak. Rano Karno kini 'berperan' sebagai Wakil Bupati selama lima tahun.

Baca: Saat Artis menjadi Caleg PDI Perjuangan

Kesuksesannya di dunia layar kaca tampak terulang kembali di tahun 2011. Kali ini Rano mencalonkan diri menjadi Calon Wakil Gubernur Banten mendampingi Ratu Atut Chosiyah (Gubernur Banten periode 2007-2011), dan kembali berhasil memenangkan kontestasi politik untuk kedua kalinya.

Berselang 2 tahun, sejak 13 Mei 2014, Rano Karno ditunjuk oleh Presiden SBY untuk menjabat sebagai Plt Gubernur Banten menggantikan Ratu Atut Chosiyah yang dinonaktifkan terkait kasus korupsi pilkada di MK.

Dalam salah satu adegan “Si Doel Anak Sekolahan”, si Babeh (Benyamin Sueb) pernah berkata kepada Doel (Rano Karno), "Eh Doel, makanya gue sekolahin lo supaya pinter, jangan bodoh kayak gue. Jangan cuma jadi sopir oplet aja lo. Jadi dong Gubernur, gitu!". Pada tahun 2015, ucapan Babeh benar-benar terkabul, Rano resmi dilantik menjadi Gubernur Banten (2015-2017).

Hanya saja Babeh berkata kepada Doel agar menjadi Gubernur tanpa secara spesifik menyebut berapa lama Doel harus menjadi Gubernur. Pada kontestasi Pilgub Banten 2017, Rano gagal mempertahankan kursi Gubernur Banten. Kini, Rano maju sebagai Caleg PDI Perjuangan untuk Dapil Banten III.

Pada Jumat (26/10), Gesuri memperoleh kesempatan untuk mewawancarai Rano Karno terkait karier politik dan persiapan pencalegannya. Bertempat di Studio miliknya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, berikut adalah petikan wawancara Gesuri dengan Rano Karno.

Bisa Anda ceritakan proses yang akhirnya membawa Anda ke dunia politik?

Kehadiran saya di dunia politik memang agak lucu dan unik. Jadi pada tahun 2007, masih pilkada DKI, saya diundang oleh seorang sepuh yang saya hormati, yaitu Gus Solah. Saya diundang ke rumahnya, dia memaparkan sebuah survei Internasional. Di situ memang nama saya sebagai gubernur DKI tinggi, ini realita politik yang saya hadapi pada waktu itu. Waktu itu saya tidak mengerti sama sekali apa itu politik. Dan bagaimana seorang bintang film, bisa masuk ke kancah politik.

Ternyata memang karena sistem demokrasi yang kita sepakati, siapapun berhak bersuara dan memberikan suaranya. Sehingga artis tidak menjadi aneh kalau dia bisa memimpin satu daerah. Bahkan di satu negeri, Ronald Reagan pernah menjadi presiden di Amerika. Nah jadi komponen itu yang membawa saya di dalam dunia poltik. Cuman secara realita saya tidak terpilih karena waktu itu, dalam tanda kutip, komponen DKI masih diperlukan antara sipil dan militer.

Sejak itu, saya berpikir "oh begini toh politik" saya tidak terlalu ambil hati sebetulnya. Tetapi pada tahun 2008, pilkada Kabupaten Tangerang, kembali lagi saya diundang oleh PDI Perjuangan, lagi itu almarhum bang Mangara Siahaan, yang memaparkan sebuah kesempatan untuk mendampingi sebagai Wakil Bupati Kabupaten Tangerang.

Selama ini saya simpatisan PDI Perjuangan, yang tidak usah diragukan. Nama saya belakangnya Karno, bapak saya Soekarno, jadi sudah sangat tahu lah, secara ideologis mungkin saya ada di situ. Tapi memang secara kenyataan, sebagai kader, tahun 2007 saya masuk (PDI Perjuangan), setelah (Pilkada) Jakarta itu, saya menjadi kader. Tetapi memang tidak aktif. Di 2008 lah baru saya masuk (secara) full dalam dunia birokrat, melalui sebuah jalur politik.

Saya orangnya memang selalu ingin serius, tidak pernah menganggap politik akan menjadi suatu batu loncatan untuk mencapai sesuatu. Itu terbukti bahwa saya kuliah, makanya gelar saya sekarang ini S.IP. Jadi Rano Karno, S.IP. S.IP itu Sarjana Ilmu Politik. Saya sekolah di Sekolah Tinggi Ilmu Abdi Negara, kebetulan juga boleh dikatakan pendirinya Ibu Megawati Soekarnoputri.

Jadi kita waktu itu, kader-kader PDI Perjuangan, diwajibkan untuk berkuliah, dan saya kuliah hampir 4,5 tahun. Nah artinya jenjang saya di politik, tahun 2007 saya mulai, agak fokus pada 2008, sehingga saya lulus sebagai Sarjana di usia saya hampir 50 tahun. Itulah perjalanan politik saya. Setelah itu saya mendapat kesempatan naik jenjang ke Provinsi, yaitu menjadi Wakil Gubernur di Provinsi Banten, dan sempat menjadi Gubernur untuk satu tahun di Provinsi Banten. Itulah perjalanan politik saya.

Anda maju sebagai Caleg DPR RI, di Dapil mana Anda ditempatkan?

Saya maju di Dapil III Banten, yaitu Tangerang Raya, kalau dipilah Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang. Kenapa saya ditempatkan di Banten, mungkin DPP melihat saya punya poin di sana, karena waktu itu saya menjadi Gubernur, kebetulan waktu Tangsel dan Kabupaten Tangerang, PDI Perjuangan unggul, jadi suara saya cukup banyak di sana. Kalau di kota memang saya kalah.

Anda sudah melakukan pemetaan potensi kemenangan di dapil?

Ya tentu kita sudah melalui Rakorda kemudian Rakorcab segala macam. Kemudian DPD juga sudah melakukan beberapa riset, survei-survei kecil. Bukan berarti unggul, bukan berarti takabur, untuk wilayah Tangerang Raya atau disebut Banten III ini PDI Perjuangan unggul, hampir 40 persen. Jadi kalau wilayah Banten yang agak rawan itu di Banten II, di Kota Serang, itu agak rawan, kita masih kalah di situ.

Saya agak optimis, walaupun jujur, saya belum turun, karena saya masih pelajari PKPU. Cuman saya belum turun itu bukan berarti saya tidak datang. Saya datang ke Tangerang Selatan, ke Kabupaten Tangerang saya datang, ke Kota Tangerang saya datang.

Tapi memang tidak dalam forum-forum dan kampanye yang besar, karena kampanye besar ini sekarang, peraturannya, ketentuannnya, agak mempersulit kita. Bayangkan saja untuk bikin stiker ukurannya 5x10cm, apa yang bisa dilihat.

Kemudian titik pemasangan billboard, spanduk, sudah ditentukan. Sementara ada indikasi di wilayah Banten itu beberapa titik sudah diblok oleh partai-partai yang lain, ini membuat kita agak susah bergerak. Cuman berarti tidak ada cara untuk berkampanye, banyak cara. Media sosial sekarang cukup efektif.

Tapi memang pada dasarnya, konstituen atau masyarakat itu ketemu kita, supaya mereka tahu visi kita apa, program kita apa. Kebetulan pengalaman saya sebagai mantan Gubernur Banten, saya tahu visi-misi Provinsi Banten mau kemana. Untuk itulah saya, waktu pertamakali DPP mencalonkan saya, saya suruh pilih, mau di DKI atau Banten, saya bilang kalau boleh izin saya minta di Banten, karena saya lebih tahu Banten daripada DKI, bukan berarti DKI saya tidak tahu, saya tahu, tapi jauh lebih saya pahami secara politik strategi, geografis pemanangan, Banten saya cukup pelajari. Jadi itulah saya ada di Banten III.

Apakah status sebagai artis beri keuntungan elektabilitas Anda?

Oh iya. Jadi sistem demokrasi ini, yang pertamakali unggul adalah popularitas. Makanya kalau namanya artis, seniman, entah penyanyi, atau apa, itu lebih mudah, tetapi belum tentu menang. Popularitas itu menjadi satu poin utama dalam sistem yang kita anut ini, kemudian tingkat keterpilihan. Orang terkenal, tapi apakah dipilih? Itu belum tentu juga. Jadi memang harus ada strategi-strategi yang harus kita pahami, tapi unsur yang pertama, setiap orang maju ke dalam kancah demokrasi ini adalah popularitas.

Meski DPP yang akan menentukan, di Komisi berapa Anda ingin bertugas?

Mungkin kalau cocok, ada di saya, itu ada di Komisi X. Tapi itu semua kembali kepada DPP menugaskan kita dimana.

Apa yang ingin Anda perjuangkan di Komisi tersebut?

Iya tentu dalam skala yang besar, bukan hanya saya memperjuangkan tentang film saja, tetapi kalau boleh saya anggap sekarang ini saya lihat ini temen-temen seniman atau artis yang ikut Pileg ini, tidak banyak yang ada di film. Nah saya akan berbicara bagaimana film menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Lalu bagaimana kurikulum film bisa masuk ke dalam SMK. Sementara sekarang ini ada yang namanya BEKRAF kan? Dunia kreatif ini dunia yang menarik untuk pengembangan, saya akan memberikan usulan, masuk-masukan tentang kurikulum-kurikulum yang ada di dunia penididikan SMK untuk bidang broadcast atau perfilman. Tapi bukan hanya film, bisa juga web, segala macam, bisa mungkin juga menjadi politeknik untuk dunia kesenian.

Apa tanggapan Anda terkait maraknya hoax dan politik identitas belakang ini?

Saya termasuk yang tidak suka. Kita ini satu bangsa yang besar, orang lain sudah tahu kalau kita adalah masyarakat yang pluraris, kita majemuk, tapi kita menjadi satu, kita NKRI. Jadi kalau sekarang ada cara-cara yang untuk mencapai sesuatu dilakukan dengan tidak baik, tidak pelu dilanjutkan. Kita sudah satu bangsa Indonesia.

Bagaimana metode kampanye Anda? Apakah ada cara-cara tertentu?

Tentu setelah saya mapping, tentu ada cara-cara. Cuman sekarang ini, satu TPS dapat menyoblos lima, Pilpres, DPD, DPR, DPRD, DPRD Kabupaten/Kota. Jadi ini harus juga kerja keras kita meyakini masyarakat bahwa Pilpres dan Pileg ini perlu. Jadi karena ini sistem yang baru, serentak ini, tidak boleh capek memberikan edukasi kepada masyarakat. Marilah kita bersama-sama menyukseskan ini.

Bagaimana Anda akan kampanyekan pasangan Jokowi-Ma'ruf?

Kita sudah diperintahkan oleh Partai, yang pertama kita menangkan adalah Pilpres, bukan diri kita. Itu setiap dari kita sudah sadar. Contohnya, atribut yang kita lahirkan pasti Calon Presiden kita ada dalam bentuk gambar. Selanjutnya kita sosialisasi.

Apakah Anda melihat Ma'ruf membawa efek untuk kemenangan di Banten?

Harusnya iya. Kalau pengalaman pak Jokowi di Banten kalah, memang waktu Pilkada kemarin saya jug kalah. Realistis. Tapi sebetulnya itu di luar angka, target 28 persen tapi bisa mencapai 42 persen. Kalau mungkin dulu saya kalah, "agak wajar". Saya dikurung oleh beberapa partai besar. Kalau sekarang kan partai besar bergabung dan berkoalisi dengan kita. Apalagi ditambahkan kehadiran Kyai Ma'ruf seharusnya Banten unggul. Tetapi bukan berarti juga berleha-leha.

Baca: 'Si Doel' Ikut Nyaleg Dapil Banten II

Pendapat Anda tentang kinerja Jokowi selama empat tahun ini?

Apa yang dia kerjakan terlihat nyata. Jadi memang pantas kalau dia dua periode. Sebetulnya memang setelah saya pengalaman sebagai gubernur, satu periode bertugas, kurang sebetulnya. Jadi Anda bayangkan satu tahun pertama, saya kenal dengan kepala-kepala dinas. Tahun kedua baru bisa menjalankan APBN yang dibikin oleh pimpinan lama.

Dalam waktu empat tahun, bisa membuat jalan tol, bandara, bendungan, itu terbukti bahwa dia memang nyata kerja. Kebetulan, saya cukup kenal dengan beliau, beliau tipenya pekerja. Jadi tidak terlalu aneh kalau slogan beliau kerja, kerja, kerja. Sampai-sampai mungkin beliau termasuk orang yang jarang makan, karena memang jamu, etos kerjanya luar biasa. Jalan kaki sama dia, jangan coba-coba pakai sepatu kulit, ketinggalan kita. Itu sudah karakter waktu beliau masih jadi Walikota. Jadi saya lihat beliau sukses, tapi memang belum selesai. Tol ini belum sambung, masih sporadis.

Kita memang bertanya, mana yang mau difokuskan dulu? Tapi filosofi infrastruktur beliau bukan hanya kepada ekonomi, tetapi kepada konektivitas NKRI. Orang berpikir daerah sana buat apa dibangung, kan ekonominya belum terlalu baik. Ya kalau menunggu ekonomi baik baru bikin jalan, salah juga. Jalan dulu dibikin, baru orang akan masuk investasi. Jadi saya anggap beliau cukup sukses dan beliau pantas untuk dua periode. Dan insha allah masyarakat masih mengharapkan beliau bisa melanjutkan pembangunan di Indonesia.

Apa tagline kampanye Anda?

Tagline kampanye kita pasti sama secara nasional. Berdasarkan tagline dari DPP kan "Bekerja Untuk Kesejahteraan Masyarakat".

Quote