Ikuti Kami

Bulan Bung Karno, TMP Gelar Webinar Angkat Isu Soal Sampah

Acara ini merupakan rangkaian  Peringatan HUT Ke-48 PDI Perjuangan dan menyongsong Bulan Bung Karno, Juni 2021.

Bulan Bung Karno, TMP Gelar Webinar Angkat Isu Soal Sampah
Dewan Pimpinan Pusat Taruna Merah Putih (DPP TMP), Dewan Pimpinan Daerah Taruna Merah Putih (DPD TMP) Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Rapel kembali menggelar Webinar seri keenam dengan mengangkat tema "Gerakan Bersama Mengatasi Persoalan Sampah". (Foto: Istimewa0 

Jakarta, Gesuri.id - Dewan Pimpinan Pusat Taruna Merah Putih (DPP TMP), Dewan Pimpinan Daerah Taruna Merah Putih (DPD TMP) Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Rapel kembali menggelar Webinar seri keenam dengan mengangkat tema "Gerakan Bersama Mengatasi Persoalan Sampah".  

Acara ini merupakan rangkaian  Peringatan HUT Ke-48 PDI Perjuangan dan menyongsong Bulan Bung Karno, Juni 2021.

Baca: Pancasila Membuat Indonesia Terhindar dari Konflik SARA

Webinar ini menghadirkan Rosa Vivien Ratnawati (Dirjen PLSB Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) yang diwakili oleh Novrizal Tahar (Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI), Hevearita Gunaryanti Rahayu (Wakil Walikota Semarang), Christopher Nugroho (Business Development Rapel-"pemulung" sampah online), Dody (Pegiat Eco Enzyme-Komunitas Eco Enzyme Bandung, Jawa Barat) dan dimoderatori oleh Mira Litaay (Sekretaris DPD TMP DKI Jakarta), Senin (31/5).

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Keanggotaan dan Organisasi, Sukur Nababan saat memberikan sambutan dan membuka webinar ini menegaskan, PDI Perjuangan adalah partai yang concern membangun peradaban, salah satunya adalah dengan merawat bumi, termasuk sungai dan pohon atau hutan, dan dengan mengatasi persoalan sampah. 

"Politik hijau PDI Perjuangan harus diwujudkan dalam praktek keseharian membentuk budaya mencintai bumi. Kita diajarkan oleh PDI Perjuangan, politik itu membangun peradaban, bukan hanya meraih tujuan politik, tapi politik harus mampu membawa peradaban ke arah yang lebih baik, atau turut serta menjaga dan merawat lingkungan seperti yang sedang dicanangkan oleh PDI Perjuangan," katanya. 

Menurut Sukur Nababan, Taruna Merah Putih harus dapat membangun karakter dan kaderisasi dengan tugas ideologis membumikan Pancasila

"Harapan saya sebagai ketua DPP partai, Webinar bukan hanya euforia di tataran diskusi, tetapi menjadi perilaku, dipaktekkan dalam hidup berbangsa dan bernegara, tentu perilaku yang harus terus digalakkan adalah menjaga dan merawat lingkungan," tegasnya. 

Baca: Banteng Torut: Gali Pancasila, Demokrasi Jangan Dijual Beli

Hal senada diungkapkan oleh Sekjen DPP Taruna Merah Putih, Restu Hapsari. Ia menilai, Taruna Merah Putih sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan terus berpartisipasi dan berkontribusi dalam program-program yang dicanangkan oleh PDI Perjuangan. Salah satunya adalah terkait politik hijau yang harus dipraktekkan menjadi kerja-kerja berkelanjutan di lapangan. 

Menurut Restu, dalam rangkaian HUT PDI Perjuangan ke-48 Taruna Merah Putih menggelar beragam kegiatan mulai dari webinar, bersih-bersih sungai, tanam pohon dan lain-lain. 

"Menyambut Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno di bulan Juni, Taruna Merah Putih akan turut serta melakukan gerakan bersama pemberdayaan desa di bidang ekonomi, digitalisasi desa, dan penanganan generasi stunting," ungkapnya.

Sementara, Novrizal Talar selaku Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dalam paparanya menilai, persoalan sampah adalah persoalan dimensi  baik politik hingga anggaran. Hal yang harus dicermati dalam polemik terkait sampah adalah kesadaran kolektif dengan gerakan pengolahan sampah. 

"Gerakan ini (pengolahan sampah) butuh kolaborasi jangka panjang untukdapat diwujudkan. Presiden Jokowi berharap pada 2025 kita harus sudah mampu mengendalikan dan mengurangi 70% sampah plastik ke laut," katanya.

Menuju masyarakat yang bebas sampah, seluruh elemen  masyarakat harus mendorong pembatasan pengunaan plastik sekali pakai, dan tentu ini didorong oleh kesadaran ekologis secara kolektif dan berkala. 

"kondisi realistis kita hari ini, tahun 2025 kita harus mampu berupaya mengurangi sampah, bekerjasama secara kolektif dari level  kebijakan hingga pada perilaku masyarakat," ujarnya. 

Ia menilai bahwa terkait persoalan sampah di Indonesia, setidaknya ada tiga problem yang harus diselesaikan yakni, pertama, Minim Sampah dengan mendorong perilaku masyarakat utk mengurangi pengunaan kantong kresek, alat makanan plastik dan sterofoam. 

Kedua, Circular  Economy dengan menjadikan sampah sbg sumber daya, serta pertumbuhan ekonomi dapat  tumbuh dengan baik. Ketiga, pendekatan pelayanan dan teknologi utk mendorong pengolahan sampah. 

Sementara, Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan terkait sampak dalam konteks lingkup Kota Semarang, pihak Pemkot bersama dengan komunitas-komunitas masyarakat telah membangun kesadaran bersama terkait sampah. 

Dikatannya, jenis sampah dari sampah rumah tangga hingga spesifik. Pemerintah semarang membuat peraturan dan kebijakan yangmengakomodir dan mempertegas soal kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. 

"Berbagai kebijakan sampah terkait sampah yang dilakukan Pemkot Semarang seperti pembatasan pengunaan plastik sekali pakai, gerakan pilah sampah, pemberdayaan masyarakat dgn pengelolaan sampah seperti bank sampah, TPST, pembuatan maggot  & Eco Enzyeme," ungkap Wakil Walikota Semarang yang juga kader PDI Perjuangan tersebut.

Selanjutnya, hristopher Nugroho (Business Development Rapel - "pemulung" sampah online) menjelaskan bahwa Rapel bergerak sebagai konsultan di bidang lingkungan hdup dengan concern mengembangkan bisnis menjadi provider manajemen persampahan.

Ia menilai kondisi hari ini, kondisi Indonesia hari ini terletak pada dua problum yakni persoalan sampah dan kemiskinan. Saat ini diperkirakan 26 jta orang hidup di bawah kemiskinan karena tidak memiliki pekerjaan tetap. 

"Hadirnya Rapel dapat menyelesaikan persoalan sampah berbasis aplikasi digital. Rapel memungkinkan pengguna akhir (rumah tangga) untuk melakukan ping kepada kolektor," jelasnya.  

Selain itu, Rapel juga telah bekerjasama dengan bank sampah dan diharapkan dapat bekerjasama hingga tingkat RT dengan Bank sampah binaan. Rapel juga bekerjasama dengan pihak hotel dan cafe, rumah sakit dan juga pemerintah di tingkat kota atau kabupaten. 

"Masyarakt dapat membayar BPJS dengan menjual sampah ke bank sampah melalaui aplikasi Rapel. Di lain hal, Rapel turut memberikan edukasi terkait pemilahan sampah yang benar. Ketersediaan platform digital terkait sampah seperti Rapel diharapkan dapat menyesaikan persoalan sampah di masyarakat dengan cepat dan efektif," tandasnya. 

Di sesi terakhir, Dody (Pegiat Eco Enzyme-Komunitas Eco Enzyme Bandung, Jawa Barat) menjelaskan, Eco Enzyeme yang digerakannya telah berjalan sekitar 1,5 tahun dengan berbagai komunitas. Enzim adalah katalisator. Zat yang mempercepat reaksi tapi enzim tidak ikut reaksi. 

Menurutnya masyarakat harus dapat mengembangkan eco enzyme karena dinilai praktis dan ramah lingkungan. 

Baca: Puan: Indonesia Terus Ada Selama Pancasila Ada di Hati Kita

Pengaruh eco enzyme di lingkungan dibilang cukup praktis karena menyelamatkan limbah organik yang merupakan penyumbang terbesar gas metana  yang berdampak pada pemanasan global. 

"Eco Enzyme juga dapat merubah sampah menjadi berkah melalui proses fermentasi selama 90 hari. Melaui pengunaan atau buangan eco enzyme yang ramah lingkungan dapat menyumbang kebaikan untuk kehidupan lain," tuturnya.

Webinar ini dihadiri oleh Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta Rolas B. Sitinjak dan diikuti oleh kalangan pelajar, mahasiswa, ormas pemuda dan mahasiswa, kelompok perempuan, komunitas pegiat pengelolaan sampah, dan media.

 

Kontributor: Yogen.

Quote