Ikuti Kami

Film Barempuk Diharapkan Jadi Branding Budaya Sumbawa

Film dianggap sebagai instrumen yang paling mampu untuk menjelaskan budaya pada dunia.

Film Barempuk Diharapkan Jadi Branding Budaya Sumbawa
Pada (10/3/2022), Focus Group Discussion (FGD) akhirnya dilaksanakan Linkkar di Desa Kakiang dan dihadiri Pemerintah Desa, Kecamatan, Budayawan serta Praktisi Film.

Sumbawa, Gesuri.id - Budayawan asal Sumbawa yang juga Direktur Linkkar Amilan Hatta berharap agar film budaya Barempuk di Sumbawa mampu menjadi dokumentasi sekaligus branding budaya.

Baca: Linkkar: Dokudrama Sadeka Ponan Terintegrasi Dengan OPK

Menurutnya, dokumen tersebut nantinya dapat menjadi rujukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa maupun Kecamatan.

Ia menjelaskan film dianggap sebagai instrumen yang paling mampu untuk menjelaskan budaya pada dunia. Hal ini karena audio visual dipandang lebih banyak diminati dibandingkan tulisan.

"Film ini akan disajikan dalam bentuk Dokudrama," ujar Amilan yang juga kader banteng itu, Jumat (11/3).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyiapkan film budaya Barempuk di Sumbawa.

Barempuk adalah tradisi tinju tradisional yang dilakukan laki-laki Sumbawa saat masa panen.

Dalam hal ini, Kemendikbud Ristek menggandeng Lembaga Analisis dan Kajian Kebudayaan Daerah (Linkar).

"Dokudrama adalah genre film yang diangkat berdasarkan fakta yang dramatisasi," kata Abdul Hakim Guru Nick, Sutradara beberapa Film Budaya ini.

Pada (10/3/2022), Focus Group Discussion (FGD) akhirnya dilaksanakan Linkkar di Desa Kakiang dan dihadiri Pemerintah Desa, Kecamatan, Budayawan serta Praktisi Film.

Dalam diskusi ini, Budayawan Sumbawa H. Hasanuddin bercerita perihal sejarah tradisi Barempuk.

Ia mengatakan tradisi Barempuk tumbuh di masyarakat agraris Sumbawa yang dimulai dari kedatangan Sunan Prapen pada 1545.

Setelah irigasi Reban Aji di Desa Pungka dibangun Sunan Prapen, Kondisi Pertanian semakin membaik dan masyarakat pun berbahagia.

Seperti di hampir semua daerah agraris, masyarakat mengadakan pesta sebagai wujud kebahagiaan panen.

"Di Sumbawa melakukan Barempuk (Tinju tradisional) karena senang, bahagia, dan bersyukur," kata H. Hasanuddin, lelaki yang kerap disapa H. Ace itu.

Keringat para petarung dihakikatkan sebagai penyubur di tanah yang dijatuhinya.

"Akan kami ceritakan secara detail, jadi akan ada anak muda yang gagah yang selalu berguru pada sosok orang tua," kata Anton Susilo, Praktisi Film yang juga hadir disitu.

Karena itu, di sesi diskusi masyarakat diminta bercerita terkait pemahaman dan pengalaman mereka terkait tradisi yang coba diangkat ini.

Baca: 8 Warga Sipil Dibunuh KKB, Perpres Pelibatan TNI Mendesak!

Pemerintah desa, masyarakat dan kecamatan sangat antusias mengikuti FGD ini.

Diluar itu, Camat Moyo Hilir Deden Fitriyadi merasa bangga karena dua desa pemajuan Kebudayaan yakni Poto dan Kakiang ada di wilayahnya.

"Saya berkeinginan menjadikan kecamatan kita ini sebagai kecamatan budaya, dengan tagline Paroso Empar Budaya Samawa" terang Deden dalam sambutannya.

Quote