Brisbane, Gesuri.id – Dari sebuah desa kecil di Kabupaten Tegal, suara seorang anak muda kini menggema hingga Australia. Namanya Muhammad Syaeful Mujab, kader muda PDI Perjuangan yang baru berusia 30 tahun. Ia bukan hanya calon wakil bupati di kampung halamannya, tapi juga simbol harapan baru politik Indonesia: lahir dari kesederhanaan, ditempa perjuangan, dan kini tampil di panggung dunia.
Mujab hadir sebagai pembicara di Asia Pacific Integrity School yang diselenggarakan Griffith University, Australia, melalui program Australia Awards Short Courses. Di hadapan forum bergengsi itu, ia memperkenalkan ideologi, prestasi, sekaligus wajah politik baru PDI Perjuangan yang memberi ruang nyata bagi regenerasi.
“Politik, bila dijalankan dengan benar, bisa menjadi kekuatan bagi keadilan,” ucap Mujab dalam pidatonya. Ucapan itu bukan sekadar teori, melainkan buah dari perjalanan hidupnya sendiri.
Lahir di Tegal, Mujab tumbuh dalam keluarga sederhana. Ibunya menjadi buruh migran di Malaysia, sementara ia dibesarkan oleh buyutnya. Keluarganya menggantungkan hidup pada bantuan sosial. Namun keterbatasan itu justru mengasah tekadnya. Beasiswa pemerintah mengantarnya menempuh pendidikan tinggi, hingga meraih gelar Master of Science di London School of Economics and Political Science (LSE).
“Beasiswa dan kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil telah mengubah hidup saya. Itu yang membuat saya percaya, politik bisa jadi jalan untuk memperjuangkan keadilan,” tutur Mujab.
Kisah Mujab semakin istimewa ketika ia maju di Pilkada Tegal 2024 sebagai calon wakil bupati yang diusung PDI Perjuangan. Berbeda dengan banyak kandidat lain, ia menegaskan bahwa dirinya tidak membayar mahar politik sepeser pun. Baginya, itu bukti nyata komitmen PDI Perjuangan dalam membuka jalan regenerasi.
“Ini bukan hanya tidak biasa, tapi juga simbolis. Partai saya memberi kesempatan kepada pemimpin muda tanpa mahar,” tegasnya dalam forum Australia itu.
Jejak langkahnya pun panjang: Ketua BEM UI, Abang Jakarta 2018, Direktur Program Y20 Indonesia, hingga penasihat kebijakan publik. Namun di balik semua itu, ia tetap membawa identitas sederhana: anak desa yang percaya pada kekuatan politik kerakyatan.
Bagi Mujab, PDI Perjuangan bukan sekadar kendaraan politik, tetapi rumah ideologi yang membesarkannya. “Harapan saya, kepemimpinan muda bisa terus tumbuh di partai ini, agar politik benar-benar menjadi alat perjuangan bagi wong cilik,” katanya.
Kini, ketika namanya makin dikenal di tanah air dan mancanegara, Mujab membawa pesan penting: bahwa anak muda Indonesia bisa bersaing di panggung dunia, tanpa melupakan akar perjuangan di kampung halaman. Dari Tegal untuk Indonesia, dari Indonesia untuk dunia.