Ikuti Kami

Megawati: Jati Diri Kebudayaan, Karakter Kuat Bangsa Korea

Megawati mencontohkan kreativitas kebudayaan Korea dalam abad modern ini terlihat dari tampilan K-Pop atau Drama Korea.

Megawati: Jati Diri Kebudayaan, Karakter Kuat Bangsa Korea
Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menerima penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari Kampus SIA, di Seoul, Korea Selatan, Rabu (11/5). (istimewa)

Seoul, Gesuri.id - Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan kebudayaan merupakan hal mendasar dan membentuk karakter sebuah bangsa. 

Baca: Megawati Bergelar Profesor Kehormatan dari SIA Korea Selatan

Menurut Megawati, kepeloporan kebudayaan Korea tidak hanya dikenal dalam perspektif historisnya, namun juga karakter kebudayaannya. “Kebudayaan Korea telah membentuk bangsa ini sebagai bangsa pejuang; bangsa pelopor; namun juga bangsa yang kreatif dan mandiri,” kata Megawati dalam pidato sambutannya dalam acara penganugerahan di Kampus SIA, di Seoul, Korea Selatan, Rabu (11/5).

Megawati mencontohkan kreativitas kebudayaan Korea dalam abad modern ini terlihat dari tampilan K-Pop atau Drama Korea.

“Dan yang saya masih ingat ketika Gangnam style yang mendadak begitu populer. Demikian halnya makanan Korea. Dimana-mana sangat mudah ditemukan restoran Korea. Kimchi saat ini sangat dikenal di Indonesia,” imbuhnya.
 
Dengan diterimanya secara luas kebudayaan bangsa Korea, baik yang tradisional, modern, maupun perpaduan keduanya, hal tersebut menunjukkan bagaimana jati diri kebudayaan telah menjadi karakter kuat bangsa Korea.

“Dengan kuatnya identitas kebudayaan bangsa Korea tersebut, menurut saya, akan menjadi modal penting di dalam mendorong perdamaian dunia, termasuk di Semenanjung Korea,” ujar Megawati, yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dan Badan Riset dan Inovasi Nasional itu.

Mengawati juga mencontohkan di Indonesia, sari pati kebudayaan itu tercermin dalam falsafah bangsa, yakni Pancasila. 

“Di dalam Pancasila itulah terkandung prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan keadilan sosial yang sungguh hidup dalam masyarakat kami. Pancasila tidak hanya menyatukan Indonesia yang begitu beragam, namun juga menjadi sistem politik, sistem ekonomi, dan kebudayaan kami,” urai Megawati. 

Megawati mengucapkan terima kasih atas penghormatan dari Seoul Institute of the Arts (SIA) yang memberinya gelar profesor kehormatan di bidang ilmu kebijakan seni dan ekonomi kreatif.

Presiden SIA, Nam Sik Lee menyerahkan langsung sertifikat gelar tersebut. Sementara Megawati hadir didampingi sahabat serta sejumlah pengurus teras DPP PDI Perjuangan. Yakni Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan Olly Dondokambey bersama istrinya Rita Dondokambey, dan Ketua DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri.

Lebih lanjut Megawati mengatakan Pancasila dijalankan melalui apa yang oleh Bung Karno disebut Trisakti, yakni berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

“Dengan menerima profesor kehormatan ini, maka pengembangan kebudayaan Indonesia, dan bagaimana upaya membangun kerjasama kebudayaan kedua bangsa menjadi bagian tanggung jawab saya. Kerjasama kebudayaan tersebut tidak hanya mencakup pendidikan, ekonomi kreatif, diplomasi kebudayaan, namun juga dialog kebudayaan,” ungkap Megawati.

Baca: Megawati Yakini Solusi Semenanjung Korea, Dialog-Kebudayaan

Megawati juga berbicara mengenai pengalaman SIA, selama lebih dari 60 tahun memberi sumbangsih bagi peradaban. Terutama di dalam mendorong bekerjanya nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan juga ekspresi keindahan sebagai rasa syukur kepada Sang pencipta.

Gelar profesor kehormatan dari SIA ini menjadi yang kedua untuk Megawati. Sebelumnya, pada Juni 2021 lalu, Megawati menerima gelar Profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI di Bidang Kepemimpinan Strategik.

Sementara untuk gelar doktor kehormatan, Megawati sudah menerima sembilan. Berikut daftarnya.
1. Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang, 29 September 2001 (Bidang Politik).
2. Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Moskow, Rusia, 22 April 2003 (Bidang Politik).
3. Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan, 19 Oktober 2015 (Bidang Politik)
4. Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung, Indonesia, 25 Oktober 2016 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
5. Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Indonesia, 27 September 2017 (Bidang Pendidikan Politik).
6. Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, 16 November 2017 (Bidang Demokrasi Ekonomi).
7. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung, Indonesia, 8 Maret 2018 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
8. Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Fujian, Tiongkok, 5 November 2018 (Bidang Diplomasi Ekonomi).
9. Soka University Japan, Tokyo, Jepang, 8 Januari 2020 (Bidang Kemanusiaan).

Quote