Ikuti Kami

Putra: Krisis Budaya 5S Ancam Generasi Muda Pancasilais

Putra: Remaja zaman sekarang sudah banyak yang lupa dengan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).

Putra: Krisis Budaya 5S Ancam Generasi Muda Pancasilais
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Putra Nababan dalam Sosisalisasi 4 Pilar MPRI RI di Matraman, Jakarta Timur, Rabu (22/2). (gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Putra Nababan mendorong generasi muda Indonesia mengimplementasikan budaya 5S yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun sebagai salah satu wujud nyata memegang teguh budaya gotong royong serta menjunjung tinggi hidup rukun dengan sesama, terlebih di Tanah Air Indonesia yang banyak bermacam suku, ras, atau agama.

Baca: Putra: Spirit Pancasila Pupuk Nasionalisme Generasi Muda

Sebab, menurut Putra, hal itu terkait dengan peran penting generasi muda untuk terus menerapkan nilai-nilai Pancasila khususnya di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini.

"Remaja zaman sekarang sudah banyak yang lupa dengan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)," ujar Putra dalam Sosisalisasi 4 Pilar MPRI RI di Matraman, Jakarta Timur, Rabu (22/2). 

Untuk itu, Putra menilai pentingnya keterlibatan keluarga hingga masyarakat lingkungan sekitar agar lebih peduli dan ikut mendidik anak muda zaman kini sehingga berperilaku hormat kepada yang lebih tua, hidup bergotong-royong, dan rukun.

"Bapak ibu mungkin di sini menyadari juga ya, tak sedikit anak muda sekarang ini berperilaku seenaknya tanpa menghormati orang-orang yang lebih tua. Mereka melupakan budaya gotong royong, hidup rukun, serta membungkukkan badan ketika lewat di depan orang yang lebih tua," ungkap Mantan Pemred berita TV Nasional itu di hadapan ratusan mahasiswa dan orang tua.

Baca: Putra: Generasi Muda Harus Berkarakter Pancasilais

Selain itu, Putra juga berpesan sebagai warga negara yang baik dan penerus bangsa generasi muda dalam menjunjung tinggi hidup rukun harus melihat bermacam suku, ras, atau agama yang ada di Nusantara sebagai sumberdaya dan kekayaan yang mewarnai kehidupan ber-Bangsa dan ber-Negara Indonesia.

"Hendaknya perbedaan suku, ras, agama itu dipandang sebagai warna-warni dalam kehidupan sosial. Perbedaan jangan malah justru membuat perselisihan, bahkan terjadinya tawuran atau tindakan kekerasan yang nantinya akan merugikan diri sendiri dan orang lain," ungkapnya.

Quote