Ikuti Kami

Rachmat: Blitar Kota Perjuangan Tak Terpisahkan dari Kebesaran Bung Karno

Banyak jejak perjuangan sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno.

Rachmat: Blitar Kota Perjuangan Tak Terpisahkan dari Kebesaran Bung Karno
Kunjungan Ketua DPD PDI Perjuangan NTB H. Rachmat Hidayat bersama ratusan kader PDI Perjuangan NTB saat berziarah ke makam Proklamator RI Ir Soekarno di Kota Blitar, Jawa Timur, Sabtu (11/3).

Mataram, Gesuri.id - Kunjungan Ketua DPD PDI Perjuangan NTB H. Rachmat Hidayat bersama ratusan kader PDI Perjuangan NTB saat berziarah ke makam Proklamator RI Ir Soekarno di Kota Blitar, Jawa Timur, Sabtu (11/3), memiliki arti sendiri bagi politisi kharismatik Bumi Gora itu. 

Baca Puan Ingatkan Integritas di Kasus Pejabat dengan Kekayaan Tak Lazim

Pasalnya, banyak jejak perjuangan sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno. Karena itu, sangat tepat jika salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur (Jatim) dianggap Bumi Bung Karno. 

"Itu menyusul, disana (Blitar) Bung Karno dimakamkan, kota tempat Bung Karno bersemayam dalam jiwa. Nilai kesejarahan yang berselimut patriotisme, sangat membekas yang juga tidak bisa dilupakan bahwa di Blitar, Bangsa Tartar berhasil dipukul mundur," ujar Rachmat, Senin (13/3).

Menurut Rachmat, Blitar dalam sejarahnya juga merupakan tempat lahirnya Pasukan Pembela Tanah Air yang tidak hanya mengobarkan semangat patriotisme, tetapi juga mengingatkan arti persatuan, kerja-kerja kolektif dan gotong royong.

"Semangat dan gerak langkah Rakyat Blitar, yang dari Blitar lah yang menggelorakan api semangat perjuangan Bung Karno. Tidak salah kalau banyak yang mengatakan 'Bung Karno masih hidup', pemaknaan yang demikian hanya bisa dimiliki oleh mereka yang sudah datang ke Blitar, dan ke Makam Bung Karno," jelas Rachmat.

Ia mendaku, Blitar juga kental dengan nilai-nilai religius. Hal ini terbukti dengan hadirnya Syekh Subakhir, ulama sekaligus tokoh besar yang memperkenalkan agama Islam masuk pertama kali.

Baca Hasto Kristiyanto Lulusan Terbaik Unhan 2023, Predikat Summa Cum Laude

Karena itu, ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, adalah Islam yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat, tentunya tanpa menegasikan sedikitpun fiqih atau substansi ajaran islam itu sendiri..

"Blitar sejak dulu memastikan religiusitas dan nasionalisme bisa berjalan seiring sejalan tanpa saling menegasikan," tandas Rachmat Hidayat.

 

Kurator Syahrul.

Quote