Ikuti Kami

Sri Sumarni Minta Tradisi Asrah Batin Terus Dilestarikan

Sri Sumarni menjelaskan ada makna yang dapat diambil dari kegiatan ini yaitu nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sri Sumarni Minta Tradisi Asrah Batin Terus Dilestarikan
Tradisi Asrah Batin

Purwodadi, Gesuri.id - Bupati Grobogan Sri Sumarni menyatakan, tradisi Asrah Batin yang berlangsung di Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati adalah bagian dari kekayaan dan keunikan budaya yang ada di Kabupaten Grobogan.

“Tradisi ini harus terus dilestarikan. Selain nguri-nguri warisan leluhur, tradisi Asrah Batin ini juga mampu mengundang ribuan orang untuk menyaksikan secara langsung,” katanya saat menghadiri puncak peringatan Asrah Batin yang dilangsungkan Minggu (29/7).

Baca: Sri Sumarni: Keluarga Kunci Kemajuan Bangsa

Sri Sumarni menjelaskan ada makna yang dapat diambil dari kegiatan ini yaitu nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Yaitu adanya kepatuhan terhadap larangan tidak boleh ada pernikahan dengan saudara tunggal sedarah. Selain itu juga terdapat nilai silaturahmi, kebersamaan, rukun, gotong royong, tolong menolong, giat bekerja, dan wujud syukur kepada Allah atas limpahan anugerahNya.

Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun itu dilangsungkan setiap dua tahun sekali. Biasanya, tradisi ini dilangsungkan pada hari Minggu Kliwon di bulan September. Namun, untuk tahun ini pelaksanaannya ajukan karena bulan September masih bersamaan dengan bulan Muharam.

Setiap digelar, tradisi ini selalu dipadati ribuan orang. Selain warga dari dua desa, banyak orang dari luar daerah yang antusias menyaksikan jalannya tradisi ini. Tradisi ini dilakukan dengan adanya kunjungan Kepala Desa Karanglangu bersama ratusan warganya menuju Desa Ngombak. Kunjungan dilakukan dengan menyeberangi Sungai Tuntang yang memisahkan kedua desa tersebut.

Kades Karanglangu beserta istri menaiki rakit beralas karpet yang dihias dengan janur, dan bendera merah putih. Meski arus sungai saat itu cukup deras prosesi penyeberangan berjalan lancar.

Di seberang sungai, rombongan disambut Kepala Desa Ngombak didampingi suami, perangkat desa dan ribuan warga. Selanjutnya, rombongan dari dua desa dibawa menuju ke rumah Kades Ngombak untuk beramah-tamah. Dalam acara ramah-tamah ini juga dilangsungkan tradisi pembagian badek (air tape) dan boreh (serbuk bedak). Pembagian sajian ini berlangsung meriah dan terkadang warga saling berebutan untuk mendapatkannya.

Kepala Desa Karanglangu Slamet Agus Kanugroho mengatakan, tradisi tersebut dilangsungkan untuk memperingati pertemuan kembali dua saudara kembar berlainan jenis (Kedono-Kedini) yang terpisah sejak kecil. Yakni, Raden Bagus Sutejo dan Raden Ayu Mursiyah.

“Dua bersaudara ini tinggalnya terpisah. Raden Sutejo di Karanglangu dan RA Mursiyah di Ngombak,” kata Agus.

Semasa hidupnya, dua orang itu sempat mengalami sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan sekaligus menggembirakan. Di mana saat keduanya yang juga merupakan sepasang kekasih itu akhirnya gagal membangun mahligai perkawinan. Sebab, dua orang keturunan bangsawan itu ternyata masih saudara kandung yang sudah bertahun-tahun berpisah.

Baca: Sri Sumarni Ajak Perantau Ikut Bangun Grobogan

Akhirnya kedua sejoli itupun mengurungkan niatnya untuk membangun mahligai rumah tangga. Namun, mengingat segala sesuatunya sudah dipersiapkan untuk pesta pernikahan, Raden Sutejo pada hari pernikahan yang sudah ditentukan tetap hadir ke rumah Raden Ayu Mursiyah di Desa Ngombak.

Tetapi kedatangan itu bukan untuk melangsungkan pernikahan seperti yang sudah direncanakan. Tetapi sebagai wujud kegembiraan karena keduanya sudah bisa dipertemukan kembali oleh Yang Maha Kuasa setelah lama berpisah. Dan sebagai wujud kegembiraan, dalam pertemuan itu digelar pula pesta ronggeng yang meriah.

Quote