Ikuti Kami

Vita Ervina Danai Pembelian Bibit Alpukat Rp 600 Juta

Sebanyak 3.300 bibit buah alpukat aligator kepada Pemerintah Desa Menjer sebagai upaya penanganan lahan kritis di desa itu.

Vita Ervina Danai Pembelian Bibit Alpukat Rp 600 Juta
Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina memberikan bantuan sebanyak Rp 600 juta untuk penanaman pohon alpukat alligator.

Wonosobo, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina memberikan sebanyak 3.300 bibit buah alpukat aligator kepada Pemerintah Desa Menjer sebagai upaya penanganan lahan kritis di desa itu. Di mana Indeks tutupan lahan di Wonosobo tercatat ada 53,53 persen.

Baca: Sejahterakan Nelayan, Paramitha Salurkan 80 Perahu Sekoci

Perlu diketahui, lahan kritis merupakan tanah yang produktivitasnya tak sebanding dengan hasil yang diberikan. Hal ini disebabkan karena terjadinya degradasi tanah.

Lahan kritis pada 2020 di Wonosobo tercatat mencapai luas 36.482,85 hektar dan terbagi menjadi kawasan hutan lindung seluas 2.363,32 hektar dan di luar kawasan hutan lindung seluas 34.120,53 hektar.

Menyikapi kondisi itu, Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina datang ke Wonosobo untuk menghadiri Sosialisasi Pemulihan Lahan dan Peresmian Kampoeng Alpukat di Desa Menjer, Jumat (18/11). Sebagai upaya pemulihan lahan, Vita memberikan bantuan sebanyak Rp 600 juta untuk penanaman pohon alpukat alligator.

“Bantuan diberikan melalui aspirasi saya dengan KLHK, uang tersebut diswa kelola oleh kelompok masyarakat Menjer dan dibelikan 3.300 bibit alpukat alligator untuk lahan seluas 12,4 hektar,” kata Vita.

Selain itu, lanjut Vita, kami juga membuatkan anak tangga di Kampoeng Alpukat serta bangunan gapura. Semoga nantinya bisa dijadikan tempat wisata petik alpukat maupun religius,” tambahnya.

Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Edi Nugroho menilai kondisi tanah dan udara di Desa Menjer cocok untuk menanam buah-buahan. Namun juga harus melakukan kombinasi penanaman.”Tak hanya buah saja, namun juga di pinggirannya harus ditanami tanaman hutan. Sehingga bisa mengembalikan lagi fungsi lahannya,” terang Edi.

Dikatakan Edi saat ini KLHK tengah mengembangkan pertanian regeneratif, yang merupakan kombinasi program pertanian dengan peternakan. Di Wonosobo sendiri, ada beberapa desa yang tengah diuji coba, antara lain Tlogo, Menjer, Maron dan Kejajar.

“Program ini harapannya bisa memanen air yang ada di situ dan memungkinkan menggunakan tanaman yang punya fungsi misalnya dipagar agar tak kena hama. Selain itu karena unsur hara diserap tanaman diregeneratifkan dengan ternak itu memberikan ekonomi yang bagus untuk masyarakat,” imbuh Edi.

Sementara itu Kepala DLH Wonosobo Endang Lisdyaningsih menjelaskan, indeks kualitas lingkungan hidup di Wonosobo yakni 66,17 persen, sedangkan provinsi 70,92 persen dan nasional 68 persen. Dikatakan Endang, kaitannya dengan konservasi lahan, indeks tutupan lahan di Wonosobo mencapai 53,53 persen. “Indeks tutupan lahan di Wonosobo itu masuk dalam kategori sedang. Karena bisa dikatakan kondisinya kurang baik bila berada pada angka 30 persen,” jelas Endang.

Baca: Hasanuddin Harap Panglima TNI Baru Tak Berpolitik & Netral

Dia menilai indeks penutupan lahan di Desa Menjer masih rendah, sehingga tingkat erosi tinggi. Endang mengatakan, alpokat jenis alligator ini akan memasuki masa panen setelah tiga tahun. Namun tanaman ini bukan sebagai tanaman pokok dalam lahan, sistemnya tumpang sari.

“Kami mengajak masyarakat agar lebih peduli konservasi lahan. Kalau konservasi baik, lingkungan baik, ekonomi makmur dan kabupaten bisa dijadikan sebagai potensi dagang dari sisi wisata. Sehingga banyak orang berkunjung, karena yang dijual keindahan alam,” tutup Endang.

Quote