Badung, Gesuri.id – Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, yang juga politisi PDI Perjuangan, menilai proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh harus menjadi peluang pengembangan ekonomi kreatif, bukan beban bagi keuangan negara.
Ia mendorong agar pengelola proyek dan pihak terkait mengoptimalkan sumber pendapatan komersial di dalam layanan Whoosh untuk memperkuat keuangan perusahaan dan mempercepat pelunasan utang kepada pihak China.
“Misalnya untuk meningkatkan pendapatan Whoosh, apakah kita bisa memasang iklan di setiap kursinya, seperti di pesawat. Banyak cara agar layanan ini menghasilkan profit dan tidak tergantung pada APBN,” ujar Adian di Badung, Sabtu (18/10/2025).
Menurut Adian, pengelolaan aset publik yang berbasis bisnis harus kreatif dan profesional. Ia mencontohkan, sektor transportasi di berbagai negara mampu menutup biaya operasional dari kegiatan komersial seperti iklan, penyewaan ruang usaha, dan layanan penumpang tambahan.
Ia juga menilai pentingnya kolaborasi lintas kementerian untuk mengembangkan model pendanaan inovatif, termasuk kerja sama dengan BUMN, swasta, dan investor nasional, agar proyek strategis tetap berkelanjutan tanpa membebani kas negara.
“Negosiasi dengan mitra luar negeri penting, tapi lebih penting lagi membangun kemandirian pendapatan. Jangan semua hal selalu bergantung pada pinjaman atau APBN,” kata Adian.
Sebelumnya, PT KCIC telah mulai mencicil utang pembengkakan biaya (cost overrun) proyek KCJB pada 2024. Total utang mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun, yang saat ini tengah dalam proses pelunasan kepada pemerintah China.