Ikuti Kami

Ananta Dorong Pemprov Banten Tingkatkan Produk Ekspor

Data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), neraca perdagangan Provinsi Banten pada tahun 2021 mengalami defisit 1,8 miliar dolar AS. 

Ananta Dorong Pemprov Banten Tingkatkan Produk Ekspor
Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana.

Banteng, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana mendorong ekspor produk dan jasa Provinsi Banten agar lebih meningkat lagi.

Legislator asal Banten itu mengungkapkan, bahwa berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), neraca perdagangan Provinsi Banten pada tahun 2021 mengalami defisit 1,8 miliar dolar AS. 

Sedangkan pada tahun ini per Oktober 2022 sudah mencatatkan defisit 3,6 miliar dolar AS.

“Sebagai wakil rakyat Banten, saya mendorong peningkatan nilai ekspor. Sehingga defisit perdagangan itu bisa ditutup,” ujar Ananta saat kegiatan Sosialisasi Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan RI yang diikuti ratusan pelaku dan pendamping UMKM, di Hotel Horison Altama Pandeglang, Banten, Jumat (9/12).

Baca: Ananta Apresiasi Upaya BNI Selama Pandemi COVID-19

Lebih lanjut Ananta memaparkan, bahwa sektor migas masih menjadi sektor impor terbesar di Provinsi Banten, disusul produk non migas misalnya semi finished products iron, acyclis hydrocarbons, gandum, dan tebu atau gula.

Sementara produk ekspor utama Provinsi Banten adalah alas kaki, besi dan baja, kawat dan tembaga, ekstrak kopi dan teh. 

Jika ditarik ke Pandeglang. Pada tahun 2021, struktur ekonomi di Pandeglang ini masih didominasi pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 33%. Sedangkan sektor lainnya hanya berada di kisaran 1-11%. 

Sehingga jika dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Pandeglang ini berperan kecil dalam pembentukan nilai tambah Provinsi Banten. Padahal, kata Ananta, salah satu kunci dari perdagangan Internasional adalah bagaimana kita membuat nilai tambah. 

“Ini merupakan tugas kami di DPR untuk menyampaikan ini ke pemerintah pusat hingga daerah. Untuk terus mendorong dan mengupayakan agar produk dan jasa yang ada di Banten menciptakan nilai tambah,” katanya.

“Saya percaya jika kemampuan Pandeglang untuk nilai tambah ditingkatkan apalagi dapat tembus pasar ekspor. Maka taraf hidup masyarakat juga akan meningkat,” imbuhnya.

Selanjutnya, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan itu juga menyampaikan, bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di Banten masih terbilang tinggi.

Seperti, untuk Pandeglang angka penduduk miskin mencapai 10,72 persen, dan pengangguran 7,70 persen. Untuk Lebak, angka kemiskinan mencapai 10,29 persen, dan pengangguran 7,86 persen.

“Sementara untuk Banten sendiri, kemiskinan itu 6,50 persen, dan nganggur mencapai 8,53 persen. Angka ini tentu masih tinggi.” ungkapnya.

Menurut dia, perdagangan internasional saat ini menghadapi berbagai macam tantangan di tengah optimisme pemulihan ekonomi di Tahun 2022, pandemi Covid-19 diperkirakan masih akan memberikan ketidakpastian.

Belum lagi faktor geopolitik dan disrupsi- disrupsi ekonomi lainnya membuat segalanya semakin tidak pasti bahkan beberapa ekonom memprediksi akan terjadi resesi global.

Misalnya naiknya harga minyak dunia akibat konflik geopolitik sehingga impor migas kita membengkak dan harga BBM di Indonesia harus mengalami kenaikan harga.

“Dampak kenaikan tersebut akan meningkatkan inflasi dan memiliki efek domino ke sektor lainnya, sehingga pemerintah harus melakukan penyesuaian kebijakan guna meminimalisir dampak negatifnya ke masyarakat,” jelasnya.

Baca: Ananta Wahana Apresiasi Program Kelistrikan PLN

Kendati demikian, tambahnya, di tengah peningkatan ketidakpastian dan perlambatan perekonomian global, ekspor Indonesia terus melanjutkan kinerja positif. 

Di bulan Oktober 2022 menurut Kementerian Keuangan, ekspor tercatat sebesar US$24,81 miliar atau tumbuh sebesar 12,3% (yoy). Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh komoditas unggulan seperti produk sawit, bahan bakar mineral, dan besi baja. 

“Tentu kita tidak boleh jumawa melihat neraca perdagangan, kita juga harus mawas diri. Salah satu faktor neraca perdagangan kita surplus karena naiknya harga komoditas,” katanya.

Maka dari itu ke depan, menurut dia, pemerintah harus mendorong berbagai upaya diversifikasi ekspor. Baik dari sisi pasar dan produk, serta penguatan strategi hilirisasi untuk menambah nilai tambah.

Quote