Ikuti Kami

Andreas Minta TPID Bergotong-royong Tekan Inflasi

Gerakan gotong-royong ini harus digaungkan baik antar-TPID kabupaten/kota maupun antar-TPID Provinsi.

Andreas Minta TPID Bergotong-royong Tekan Inflasi
Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) harus melakukan terobosan berbasis gerakan gotong-royong dan menyatakan “perang” untuk menekan laju inflasi sebagai dampak krisis ekonomi global yang kini tengah terjadi.

Gerakan gotong-royong ini harus digaungkan baik antar-TPID kabupaten/kota maupun antar-TPID Provinsi.

"Tugas TPID sekarang menjadi jauh lebih berat karena harus bergerak seperti tim sepakbola yang memainkan total football dengan target bukan hanya inflasi di daerah masing-masing namun juga memitigasi daerah yang
surplus dan defisit bahan pangan tertentu untuk kemudian dilakukan perdagangan domestik," kata Andreas dalam keterangan persnya kepada gesuri.id di Jakarta, Selasa (2/8).

Ego kedaerahan harus ditanggalkan demi kepentingan nasional dalam rangka menekan laju inflasi. TPIP harus bisa menjadi semacam dirigen bagi orkestra TPID Provinsi. Sedangkan TPID Provinsi harus secara nyata membangun sinergi dan kolaborasi antar-TPI kabupaten/kota.

Baca: Ganjar Ajak TP PKK Bantu Atasi Inflasi

Selain gotong royong, juga diambil langkah-langkah antisipasi melalui strategi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Strategi keterjangkauan harga dilakukan dengan pemanfaatan anggaran belanja pemerintah dalam rangka stabilisasi harga. Strategi ketersediaan pasokan dilakukan melalui berbagai program dalam kerangka memenuhi kebutuhan pangan yang mudah diakses masyarakat. 

"Implementasi paling sederhana adalah pemenuhan kebutuhan hortikultura secara mandiri skala rumah tangga akan berdampak pada penurunan tekanan permintaan di pasar yang pada akhirnya berkontribusi terhadap stabilitas harga." Paparnya.

Kemudian strategi kelancaran distribusi dilakukan dengan mendorong dilakukannya kerjasama antardaerah
dalam rangka memenuhi pasokan komoditas pangan. 

Salah satu implementasi strategi ini adalah digitalisasi pasar tradisional yang akan memperluas pasar dan memperpendek rantai distribusi sehingga menekan biaya.

Tidak kalah pentingnya adalah strategi dalam pengelolaan komunikasi yang efektif melalui pemanfaatan teknologi informasi. 

"Pertimbangan strategi komunikasi ini adalah untuk menangkal terjadinya informasi asimetris terhadap perkembangan harga di pasar. Keterikatan masyarakat terhadap media sosial saat ini bisa menjadi celah terjadinya disinformasi yang berpotensi menimbulkan gejolak harga." Ungkapnya.

Perlambatan ekonomi

Semua itu sambung Andreas, dilakukan karena adanya fakta di depan mata bahwa tantangan perekonomian akan datang kepada ekspektasi kenaikan inflasi serta perlambatan ekonomi global, dampaknya berupa pelemahan nilai ekspor. 

Inflasi di semester II 2022 akan meningkat karena adanya pass through dari produsen ke konsumen serta inflasi di sisi pangan.

Kemampuan untuk membaca indikator-indikator awal (leading indicators) akan supply dan demand bahan pangan tentu saja menjadi sangat krusial agar tidak terlambat dalam mencegah kenaikan inflasi. 

Baca: Olly: Perempuan Berperan Kendalikan Inflasi Daerah

Keberhasilan dalam mencegah kenaikan inflasi domestik dengan koordinasi antardaerah akan menghilangkan satu faktor penyebab inflasi, yaitu hambatan distribusi.

Fenomena inflasi di Indonesia saat ini dipicu oleh kenaikan harga kelompok pangan bergejolak (volatile food).

Data Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2022 mengalami inflasi 0,61 persen (month to month/mtm) sehingga inflasi tahunan menjadi 4,35 persen (yoy).

Faktor pendorong inflasi adalah kelompok volatile food yang mengalami inflasi 2,51 persen (mtm) sehingga secara tahunan menjadi 10,07 persen. Namun, inflasi kelompok barang yang diatur pemerintah (administered
prices) tercatat 0,27 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,48 persen.

Tingginya inflasi komponen volatile food disebabkan gejolak harga komoditas hortikultura seperti cabai, bawang merah dan telur ayam ras. Selain itu juga tingginya curah hujan di sentra hortikultura dan peningkatan harga pakan ternak menjadi picu inflasi kelompok.

Quote