Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Eriko Sotarduga mengkritisi anggaran penelitian dan pengembangan (Litbang) yang besar di setiap kementerian namun hasilnya tidak seimbang.
Hal tersebut papar Eriko sampai saat ini riset dan inovasi Indonesia tertinggal dari negara lain.
Baca: Berkah Ramadhan, Eriko Sotarduga Santuni Anak Yatim Paseban
"Di setiap departemen (Kementerian) yang namanya anggaran Litbang itu besar tidak, lumayan. Ini saya kasih kesimpulannya saja. Di semua departemen itu kira-kira kurang lebih Rp 23 triliun. Coba bayangkan selama ini hanya dipakai untuk seminar, sampai katanya pada zaman Orde Baru dulu, itu disebut sangking seringnya seminar, kalau ditumpuk hasil seminar itu [bisa] sampai ke bulan. Coba bayangkan," jelasnya.
Eriko pun mempertanyakan di mana hasil dari anggaran Litbang yang besar itu ketika riset dan inovasi sangat penting.
Politisi PDI Perjuangan ini kemudian bercerita bagaimana bahan baku Indonesia dipakai untuk penelitian negara lain, namun Indonesia tidak melakukan dan mendapatkan hasil apa-apa.
"Saya punya sahabat baik peneliti. Saya tidak usah sebutlah negaranya, tidak enak. Ada peneliti di satu negara dan menemukan hal yang baru mengenai pengobatan, mengenai obat. Rekan saudara-saudaraku, dari mana bahan bakunya? Indonesia. Apakah Indonesia dapat sesuatu? Tidak. Terus nanti kita beli itu obat bayar, mahal," papar Eriko.
"Jadi Indonesia dapat apa? Nah ini yang harus ditekankan ke depan. Jadi tidak ada yang keliru," pungkasnya.
Baca: Perkuat Integritas, Hasto Pimpin PDI Perjuangan Bertemu KPK
Disisi lain Eriko menilai penggabungan Kemenristek dengan Kemendikbud sudah benar dan tak ada yang dikorbankan.
"Ini harus menjadi satu kesatuan. Jadi sudah sangat benar dan tidak ada yang dikorbankan. Apakah ada eselon satunya kemudian diberhentikan atau dihilangkan, kan, tidak ada," kata Eriko.