Ikuti Kami

Gubernur Koster Gagas Festival Budaya Dunia di Bali

Selama ini belum ada event budaya berskala internasional di Pulau Dewata.

Gubernur Koster Gagas Festival Budaya Dunia di Bali
Ilustrasi. Gubernur Bali, I Wayan Koster menyatakan siap menggelar Festival Budaya Dunia di Bali.

Denpasar, Gesuri,id - Gubernur Bali, I Wayan Koster menyatakan siap menggelar Festival Budaya Dunia di Bali.

Hal itu, lanjutnya, karena ia melihat selama ini belum ada event budaya berskala internasional di Pulau Dewata maupun di beberapa negara lain.

“Kita yang akan memiliki di Bali. Pang keren,” kata Koster dalam acara hari jadi ke-34 Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (7/1).

Koster mengatakan, wilayah Bali yang kecil hanya memiliki kekayaan lewat kebudayaan.

Oleh karena itu, menurutnya, Bali harus “bergaya” dengan kebudayaan.

“Kalau enggak gitu diremehin. Penyumbang suara sedikit, kecil secara politik. Makan kita harus mencari nilai lain untuk mengangkat. Pang gaya Bali,” katanya.

Ia menuturkan, Festival Budaya Dunia ini mash sedang disiapkan konsepnya dan direncanakan akan digelar pada akhir tahun, tepatnya pada November 2020.

Festival ini akan mengangkat kebudayaan masing-masing negara, hanya saja pelaksanaannya dilakukan di Bali. Nantinya akan diikuti oleh berbagai negara terutama bagi negara-negara yang juga memiliki kebudayaan yang kuat.

“Sedang disusun minggu ini TOR-nya, setelah itu akan diundang para konsul atau duta besar untuk sosialisasi ke negaranya,"ucapnya

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan “Kun” Adnyana mengatakan, Festival Budaya Dunia ini sebagai flatform baru agar Bali ini dikenal sebagai pusat kebudayaan dunia.

Kegiatan ini berangkat dari konsep Padma Bhuana.

“Mulai tahun ini kita rintis, jadi kita diskusikan dulu dengan para tokoh bagaimana mengelola sebuah event internasional di Bali,” ucapnya.

Kun menjelaskan, kegiatan Festival Budaya Dunia ini bersifat inisiatif dan partisipatif.

Inisiatif artinya memang sebuah ivent yang dibiayai oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali sendiri dan partisipatif dengan mendatangkan peserta dari luar negeri.

Selain dibiayai oleh Pemprov Bali, beberapa flatformnya juga didanai oleh CSR dari berbagai perusahaan.

Berbagai negara yang akan diundang dalam Festival Budaya Dunia ini seperti negara Asian Tenggara, kemudian Tiongkok, Korea, Australia dan Amerika.

Jika dibandingkan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang sudah berlangsung selama ini, Kun mengatakan kegiatannya cukup berbeda.

Festival Budaya Dunia nantinya tidak akan difokuskan dalam satu tempat saja, melainkan bisa menghidupkan tempat-tempat yang bisa dijadikan pagelaran atau kolaborasi lainnya.

Berbagai tempat tersebut diantaranya seperti Taman Ayun dan Pura Besakih.

Taman Ayun bisa dipusatkan sebagai tempat pagelaran mengenai lingkungan atau warisan budaya dunia.

Tempat lain yang dijadikan venue dalam Festival Budaya Dunia ini yakni situs-situs cagar budaya yang non-sakral seperti Candi Tebing dan sebagainya.

“Jadi cobak kita mainkan itu,” tutur akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Kun mengatakan, pemilihan tempat di situs cagar budaya non-sakral itu sesuai dengan misi dari Pemerintah Pusat agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya.

Selama ini cagar budaya masih pada ruang perlindungan semata.

Kun tak menampik, bahwa kini anggaran untuk melaksanakan agenda internasional itu sejatinya belum ada.

Namun pendanaannya akan dicarikan melalui anggaran perubahan.

“Makanya kita matangkan dulu konsepnya sehingga dilaksanakan November,” jelasnya.

Agenda Festival Budaya Dunia ini akan dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu agenda kebudayaan rutin dari Pemprov Bali.

Menurut Kun, hal itu dilakukan karena mengingat Bali hanya mempunyai keunggulan di bidang kebudayaan sehingga bisa memantapkan posisinya sebagai “diplomat” kebudayaan nasional.

Quote