Ikuti Kami

Kamboja Belajar Pengelolaan Lingkungan Kota Surabaya

Delegasi Kamboja belajar pengelolaan lingkungan hidup di Kota Surabaya.

Kamboja Belajar Pengelolaan Lingkungan Kota Surabaya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berfoto bersama delegasi Kamboja yang belajar pengelolaan lingkungan hidup di Kota Surabaya.

Surabaya, Gesuri.id - Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dan partisipasi warganya dalam pengelolaan lingkungan mendapat apresiasi skala nasional maupun internasional. Kali ini, sebanyak 13 delegasi yang terdiri dari wali kota dan jajaran Kementerian Lingkungan Kamboja dan lima petinggi Global Green Growth Institute (GGGI) belajar pengelolaan lingkungan hidup di Kota Surabaya.

Kedatangan mereka disambut langsung oleh Wali Kota Tri Rismaharini di Ruang Sidang Wali Kota, Balai Kota Surabaya, Selasa (14/8).

Baca: Terkumpul Rp 700 Juta, Risma: Fokuskan untuk Bangun Sekolah

“Kami membuat Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya) seluas 2.871 hektare untuk keamanan kota agar tidak terpapar banjir rob. Pemerintah Kota Surabaya juga telah membangun waduk dan hutan kota untuk persediaan air,” ujar Risma.

Risma menjelaskan, sebanyak 420 taman kota tersebar di seluruh kota Surabaya. Sejumlah taman tersebut sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, rekreasi warga dan tempat bersosialisasi warga.

“Taman-taman yang dibangun dilengkapi dengan lapangan olahraga dan free wifi”, jelas Risma.

Risma melanjutkan, jalur hijau dengan total 35 hektare dibangun untuk menyerap karbon dioksida yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Jalur hijau dibuat mirip dengan hutan agar karbon dioksida maksimal diserap oleh pohon agar karbon dioksida tidak sampai ke perumahan warga.

Menurut Risma, untuk merawat taman dan jalur hijau Pemerintah Kota Surabaya telah membangun 26 unit rumah kompos di beberapa tempat. Rumah kompos juga dibangun untuk mengurangi sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Beberapa rumah kompos dapat menghasilkan listrik untuk menerangi taman dan kawasan sekitar rumah kompos.

Masyarakat telah dilatih untuk membuat kompos secara mandiri dengan memanfaatkan komposter dan keranjang takakura. Kompos yang dihasilkan warga dapat dijual dan dimanfaatkan sendiri oleh warga untuk urban farming. Pemerintah Kota Surabaya juga membantu pemberian bibit secara gratis kepada warga. Dengan adanya program urban farming tersebut dapat meningkatkan pendapatan warga.

Terkait Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Surabaya, Risma menjelaskan, TPA juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga sampah yang dapat menghasilkan listrik sebesar 2 megawatt. Sekitar TPA dibangun buffer zone untuk mengurangi bau yang dihasilkan.

Baca: Bantu Korban Gempa Lombok, Risma akan Bangun Sekolah

Sedangkan untuk meningkatkan partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan dan transportasi massal, Surabaya telah memiliki Suroboyo Bus di jalan utama.

“Warga dapat mengakses fasilitas Suroboyo Bus hanya dengan menukar dengan sampah plastik. Kini terkumpul berton-ton sampah plastik yang nantinya akan ditenderkan.”, tutur Risma.

Quote