Ikuti Kami

Kapitra Serukan Pentingnya Nasionalisme di Bidang Ekonomi

"Kita juga harus bisa memproduksi produk-produk berkualitas, agar bisa merebut pasar".

Kapitra Serukan Pentingnya Nasionalisme di Bidang Ekonomi
Politisi PDI Perjuangan yang juga advokat Kapitra Ampera.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan yang juga advokat Kapitra Ampera menilai di tengah era globalisasi seperti saat ini, nasionalisme di bidang ekonomi menjadi sebuah keniscayaan.

Baca: RI Berpotensi Gelombang 3 Covid, Batalkan Reuni 212

Menurut Kapitra, dalam menggelorakan rasa nasionalisme di bidang ekonomi tak cukup dengan hanya menghimbau masyarakat untuk cinta produk-produk Indonesia.

Hal itu dikatakan Kapitra  dalam Webinar Moya Institute bertajuk Momentum Hari Pahlawan: Peneguhan Kembali Nasionalisme, Senin (15/11). 

"Kita juga harus bisa memproduksi produk-produk berkualitas, agar bisa merebut pasar," ujar Kapitra.

"Jangan hanya menghimbau masyarakat untuk membeli produk Indonesia, tanpa ada upaya meningkatkan mutu nya," tambahnya. 

Kapitra menyatakan, kesuksesan China menghasilkan produk-produk yang kompetitif, sehingga bisa bersaing dengan produk-produk Barat patut dijadikan contoh.

"Hanya dengan menghasilkan produk-produk kompetitif, ketergantungan kita pada produk-produk impor bisa semakin dikurangi," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Imron Cotan, mantan Duta Besar untuk Australia saat Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI menyatakan, proses pembentukan Indonesia sebagai sebuah bangsa, sudah dimulai sejak masa kolonial Belanda di abad 18. 

Proses itu tak henti, terus berlanjut hingga memasuki masa pergerakan nasional di abad 20, dan bermuara pada Proklamasi Kemerdekaan 1945.

"Dan wujud geografis kita sebagai negara kepulauan, yang terletak di antara dua samudra dan dua benua, membuat bangsa kita memiliki ciri khas yang berbeda dengan negara-negara besar lainnya yang umumnya kontinental," ujar Cotan. 

"Posisi geografis yang demikian, membuat bangsa kita, cenderung akomodatif. Tidak ekstrim ke kiri atau ke kanan," tambah Mantan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok itu 

Baca: Arteria Minta Susi Stop Nyinyir ke Puan, Introspeksi Diri !

Dan  peristiwa Pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, menurut Cotan merupakan 'tes' pertama kita sebagai bangsa dalam menghadapi ancaman. 

Yang patut diingat, sambung Cotan, para pahlawan yang berjuang mempertahankan Kemerdekaan kala itu berasal dari berbagai etnis, agama maupun ras. 

"Saya sendiri menemukan, ternyata ada makam pahlawan di berbagai kota yang didalamnya terdapat makam para pahlawan dari berbagai etnis, dengan nama yang juga beragam," ujar Cotan. 

"Sejarah bangsa kita menunjukkan, bahwa nasionalisme kita pasti bangkit ketika ada ancaman tertentu, tanpa harus diajar-ajari. Dan Nasionalisme kita, memang berbasis kebhinekaan," tambah Cotan.

Quote