Jakarta, Gesuri.id - Dalam rangka mendorong penguatan ekonomi sirkular dan menanamkan kepedulian lingkungan sejak usia dini (target Net Zero Karbon 2045), Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, mengambil langkah berani mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Melalui program ‘Sangu Sampah’ (Waste-to-Coin).
Dengan adanya program ‘Sangu Sampah’ tersebut, siswa dapat menghasilkan uang saku digital dengan menyetorkan sampah terpilah di sekolah. Dalam skema ini, siswa mengumpulkan dan memilah sampah menjadi delapan kategori, mulai botol plastik, logam, minyak jelantah, hingga sampah elektronik. Saat siswa menyetorkan sampah, sistem mengkonversinya menjadi koin digital yang bisa siswa cairkan sebagai uang saku.
“Sampah harus kita ubah menjadi ekonomi. PT JET mengelola value chain-nya, dan PT BPR Jwalita mendistribusikan nilai ekonominya. Jadi, semua siswa nanti memiliki rekening di BPR Jwalita,” ujar Mas Ipin, Minggu (07/12/2025).
Lebih lanjut, Mas Ipin menggarisbawahi bahwa ekonomi yang tercipta harus menguntungkan masyarakat lokal. Sehingga, Trenggalek menargetkan tidak ada sampah yang terbuang percuma.
Untuk pengelola memproses sampah organik dapat dijadikan pupuk, bahan urban farming, dan sumur biopori. Sementara sisa sampah yang sulit dimanfaatkan dialihkan ke TPA untuk menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) sebagai potensi sumber pendapatan daerah.
“Jika masih ada general waste, kita menyiapkan proses RDF. Program ini tidak memakai APBD, tetapi menambah pemasukan daerah,” tegas Mas Ipin.
Mas Ipin menjelaskan bahwa pemerintah menyasar pelajar karena perubahan karakter harus dimulai sejak kecil.
Ia juga menyampaikan bahwa berbagai bencana ekologis menjadi alarm keras untuk manusia agar berhenti merusak alam.
“Alam selalu mencari keseimbangannya. Kita merusaknya di kanan, ia bergerak ke kiri. Kalau kita merusak dua-duanya, dampaknya menyebar ke mana-mana,” ungkapnya.

















































































