Ikuti Kami

Milenial Diajak Rawat & Teruskan Cita-cita Persatuan RI

Merawat dan meneruskan cita-cita persatuan Indonesia dari segala ancaman gerakan radikalisme yang memecah belah kebinekaan Indonesia.

Milenial Diajak Rawat & Teruskan Cita-cita Persatuan RI
Penggiat Milenial Sidoarjo, Samsul Hadi.

Sidoarjo, Gesuri.id - Penggiat Milenial Sidoarjo, Samsul Hadi mengajak gerenerasi muda atau kalangan milenial ditanah air untuk merawat dan meneruskan cita-cita persatuan Indonesia dari segala ancaman gerakan radikalisme yang memecah belah kebinekaan Indonesia.

Samsul juga mengajak kaum muda,kaum milenial untuk meneladani pemikiran-pemikiran Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafi'i dalam konteks pluralisme dan Kebinekaan di Indonesia.

"Semangat Almarhum Gus dur dan Buya Syafi'i dalam merawat kebinekaan Indonesia sangat jelas dengan menjunjung tinggi toleransi. Menurut Gusdur dalam hal toleransi dan pluralisme, apa pun keyakinan agama kita itu perlu dikontekstualisasikan dalam kebinekaan Indonesia," kata pria yang akrab di sapa Samhad di Sidoarjo, Rabu (16/11).

Baca: Basarah Tegaskan ASN Jadi Penjaga Ideologi Pancasila

Samhad mengungkapkan di Hari Toleransi ini dirinya berharap di era milenial, pelajar dan pemuda diharapkan meneruskan cita-cita para pahlawan.

"Kendati sudah merdeka, namun berbagai permasalahan seperti sektor ekonomi, sosial, kesehatan, keamanan tetap selalu ada, termasuk radikalisme yang mengancam pluralisme di Indonesia, sangat perlu peran kaum muda atau kaum milenial dalam garda terdepan menjaga toleransi di masyarakat," ungkapnya.

Samhad yang juga menjabat sebagai Sekretaris DPC PDI Perjuangan Sidoarjo ini menambahkan kaum muda harus bisa melahirkan dan menyebarkan semangat toleransi dan nasionalisme untuk menjaga serta merawat Indonesia dari segala ancaman yang menyerang  ideologi bangsa kita.

"Gus Dur sebagai bapak pluralisme mengajarkan apapun kepercayaan yang kita anut dikontektualisasikan dengan kebudayaan dan kebinekaan di Indonesia, sehingga negara kita sangat menjunjung tinggi toleransi," imbuhnya.

Lebih jauh Dosen disalah satu Universitas di Surabaya ini menegaskan jika semangat perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan tidak terbentuk dan tidak terbangun dari ruang kosong, tapi dari perjuangan seluruh anak bangsa.

"Pahlawan di Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, agama. Hal itu menunjukkan semangat kebinekaan sehingga perlu disadari bahwa kepahlawanan tidak didominasi oleh agama maupun suku bangsa manapun, tapi diisi oleh elemen bangsa dari ujung Aceh hingga Papua," jelasnya.

"Peringatan Hari Pahlawan 10 November juga merupakan hari kebinekaan dalam memperjuangkan bangsa ini," sambung Samhad.

Baca: Ini Makna Hari Pahlawan Bagi Bambang Riyoko

Pada Hari Toleransi Internasional ini, lanjut Samhad mari kita kenali ancaman yang meningkat yang ditimbulkan oleh mereka yang berusaha untuk memecah belah, dan mari kita berjanji untuk menempa jalan yang ditentukan oleh dialog, kohesi sosial, dan saling pengertian di masyarakat

"Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan, dan penghargaan atas keragaman budaya dunia kita yang kaya, bentuk ekspresi dan cara kita menjadi manusia," terangnya.

"Hari Toleransi Internasional adalah hari untuk merayakan keragaman dunia kita dan untuk mempromosikan toleransi sebagai sebuah nilai. Mari gunakan hari ini sebagai kesempatan untuk melawan intoleransi dalam segala bentuknya. Baik itu rasisme, seksisme, homofobia, atau bentuk diskriminasi lainnya. Mari kita gotong royong menjunjung tinggi toleransi untuk menjaga NKRI," pungkas Samsul Hadi.

Quote